Dia malah semakin menjadi-jadi sampai aku nggak sadar sudah di bawa ke sebuah rumah besar. Muka ku bukan lagi pink tapi merah kayak kepiting rebus.
"Udah ayo turun,"ucap Raka membuat ku mengintip. Lantas keluar dari mobil dan berjalan cepat masuk ke dalam rumah tanpa menunggu nya lagi. Makin malu yang ada kalo nungguin dia.
"Assalamu'alaikum,"
"Waalaikumsalam,"
Beh kok ada Angga sama Anggita. Terpaksa duduk dulu lah, menghargai gitu nah. "Lho mana Raka,"tanya Aswin. "Assalamu'alaikum,"
Baru juga di omongin, muncul juga kan dia. Aku duduk dengan Anggita dan Anindita tanpa melihat wajah Raka. "Loh lagi marahan atau gimana tadi lancar kan,"tanya Angga.
"Nggak Yah. Alhamdulillah lancar Yah namanya cucunya Einstein. Apa sih yang nggak. Mungkin lagi salah tingkah,"ish itu bibir ngga bisa diem napa sih. Aku makin menunduk dalam untuk menyimpan wajah kepiting rebus ku.
"Heh punya salah tingkah juga kah kamu Sha. Biasanya ketemu cowok itu Jeng judesnya nauzubillah. Kok bisa sampai kayak ABG gini,"ucap Anindita. "Ibu,"ucapku lirih. "Udah Bu. Biar saling menikmati masa bareng sebelum nanti kangen kangenan,"ucap Aswin.
Kencang sekali manusia-manusia ini ngolok hamba Allah paling tercinta ini. Sedihnya ehh kehidupan sampai gini. "Ya sudah Dek Ashana saya minta maaf,"ucap Raka. Sekarang minta maaf tadi kemana Cong. "Tuh liat dulu wajahnya Ka karena mulai besok sampai lusa ngga boleh ketemu ya.
Kalian harus pingitan,"ucap Anggita. "Sha ngga mau liat wajahnya Raka,"tanya Anindita. "Ngga boleh Bu. Ntar malah jadi zina mata. Dosa lho Bu,"ucapku kayak iya-iya nya aja. "Yakin ngga mau liat? Biasanya kalo kita dulu ya Pak sampai kalo bisa lama lama sebelum pingitan,"tanya Angga.
"Itu sudah biarkan Pak. Nanti paling nangis itu,"ucap Aswin. Heh cuma seminggu aja kok apa sih susahnya tinggal tungguin aja. "Nggak aku kan perempuan tangguh,"ucapku. "Hmm nanti ini jadinya kayak Bunda Sha. Sok tangguh ujungnya kalahin pujangga cinta lagu galau terus diputar,"ucap Anggita.
"Ayo Bun. Mau ngurus persiapan di rumah dulu Ustadz Ustadzah,"ucap Angga. "Jangan gitu lah Pak. Masa Ustadz Ustadzah,"ucap Aswin. "Nggak nyangka anggota Cakrawangsa ada yang diterima jadi menantu Satyadewata,"ucap Anggita. "Juga kehormatan bagi kami Pak Bu. Punya besan petinggi militer,"ucap Anindita.
"Sha kami bawa Raka dulu ya,"ucap Angga. "Iya Yah bawa aja daripada resek,"ucapku. "Resek tapi suka juga,"ucap Raka. "Terpaksa,"ucapku asal. "Mana ada terpaksa sampai melongo,"ucap Raka membuat wajahku merona.
"Huaaa Bapak Ibu. Aku malu,"ucapku telungkup di atas ranjang tanpa melepas seragam yang ku pakai. "Mbak ini sok jual mahal kali nah. Padahal itu juga destinasi nya,"ucap Sekar. "Nggak mau. Nanti aja kalo sudah di sah kan baru,"ucap ku berganti posisi menjadi duduk.
"Siap. Jangan nangis ya kalo kangen. Sekar mau pulang ke rumah,"ucap Sekar beranjak pergi. "Nggak mungkin lah aku kangen. 5 tahun jarang pulang terdampar aja nggak kangen apalagi cuma seminggu. Ashana bukan perempuan biasa,"ucap ku menyemangati diri.
---
Pengenku siji bisa nyanding kowe selawase
Ra ono wong liya sing bisa misahke
Cukup sliramu gawe ati ku tenang
Ra bakal ilang mergo Kowe sing tak sayangEntah lagu ke berapa sejak kemarin sudah ku layangkan. Mulai dari sholawatan sampai galau. Begini ya rasanya merana nya pingitan. Mau bilang cinta tapi gengsi. Masa cewek yang ngomong duluan. Siraman pun sudah berlangsung.
Nggak nyangka gini. Di usia 27 nyaris 28 tahun aku akhirnya dipinang orang. "Bos Masya Allah akhirnya. Semoga lancar Bos,"ucap Farida. "Tuh kan bener. Mau lari kemana pun kalo memang dia jodoh nya bakal ketemu,"ucap Viora. "Gimana bos masih rindu lautan,"tanya Diana. "Hmm nggak Di. Aku ngerasa nyaman di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Srikandi Lautan Emas Nusantara - Completed
SpiritualHighest ranking : #5 surabaya #1 teknik #5 kimia Dulu saya nggak pernah mengharap menjadi pekerjaan saya saat ini. Dulu saya berniat untuk masuk sekolah untuk abdi negara. Namun tahun pertama saya gagal karena usia saya masih 15 tahun. Ya akhirnya...