Part 30 : Every Parent's Dream

173 23 2
                                    

Para ahli laboratorium keluar masuk untuk mengambil sampel setiap darah yang muncul ke permukaan kulit kaki ku. Jangan tanyakan ekspresi ku, jelas sudah kayak upik abu. Dari awal mulai jeritan sampai teriakan berpadu jadi satu.

"Dok untuk masalah kelahiran sudah beres jadi bisa langsung tindakan sebelum makin parah,"ucap dokter makin membuat ku bingung. "Wehh ini aku kenapa hei,"ucapku bingung. "Dokter yang dari Amerika masih perjalanan udara Dok,"ucap suster yang masuk.

"Nggak dapat sakitnya melahirkan kena sakitnya racun. Setidaknya ngga dua-duanya,"ucapku dalam hati. "Sha sabar ya. Ini ngga tau kenapa bisa syaraf mu tiba-tiba kencang semua. Yang muncrat darahnya itu isi racun. Apa mungkin detoksifikasi tubuh mu memang begini ya?

Mau di operasi tapi daging nya sudah hancur terurai. Malah bikin lagi masalah. Nah salah satu jalannya tunggu dokter yang dikirim Jean Austen Malfoy datang,"ucap Acarya. "Ca ngga ada cara lain kah biar setidaknya ngga kesakitan,"tanya Raka.

"Nggak bisa Ka. Jangan kan dibius, kami kasih biar mengurangi nyeri malah obatnya ikut keluar ke campur racun. Memang mungkin ini jalur alami tubuh mendetoksifikasi racun,"ucap Acarya kembali dengan tim nya mencari cara demi kesembuhan kedua kaki ku.

"Dek ingat ngga waktu kamu nyanyi di caffe pusat kota San Francisco. Ayo nyanyi aja lagi kah,"ucap Raka makin aneh malah semakin membuat kaki ku terasa nyeri. Entah apa yang Raka lakukan ngga ada yang bisa mengalihkan rasa sakit yang sedang mendera.

"Bunda jangan sedih ya,"aku menoleh melihat Raka menggendong putra sulung ku dan menempatkan nya di atas dadaku. Bayi manis yang sedang meringkuk di atas dada ku ini sangat mirip dengan Raka. Aku kebagian apa nya ya. "Masya Allah,"ucapku mengusap pelan punggung nya yang masih rentan.

"Udah ada namanya kah Mas,"tanya ku melihat Raka. "Sudahlah. Kan aku hebat jadi siapkan nama cewek sama cowok. Aswanta Gardapati Cakrawangsa,"ucap Raka membuat ku tersenyum manis. "Jadi siapa panggilannya,"tanyaku lagi.

"Aswa lah. Nggak usah pakai baby nanti tambah ngerasa tua aku. Istri baby face gendong baby nah aku kayak kakeknya aja,"ucap Raka membuat ku tergelak. "Ada-ada aja kamu Mas,"ucapku kembali mengusap punggung nya.

"Dek kayaknya lapar itu Aswa,"ucap Raka memperhatikan gerak-gerik Aswa. "Tau Mas. Masa iya banyak orang begini buka baju,"ucapku. "Oke bentar ya,"ucap Raka menarik tirai yang menghalangi kami. "Ay ay Captain,"ucap Raka kembali ke tempatnya.

Baru juga buka kancing baju, Aswa langsung mencari sendiri letak dia bisa menuntaskan rasa hausnya. "Bismillah. Jadi anak yang sholeh ya Nak. Jadi anak cerdas yang membanggakan orang tua mu di dunia sampai akhirat,"ucapku melihat Aswa mulai menyusu.

Betapa rindu hatiku
Ingin dekat dengan kekasihku
Datang ke kota madinah.
Melepaskan dahaga jiwaku
Mengunjungi Mu.. Ya Muhamad

Aku menoleh mendengar suara merdu Raka melantunkan shalawat assalamualaika dalam 3 bahasa sambil mengusap kepala Aswa. Dengan perasaan haru aku ikut melantunkan shalawat bersama untuk menidurkan Aswa.

"Jagoan paling hebat semoga disini kelak terisi dengan 30 judz Al Qur'an ya sayang. Ayah memang bukan Hafidz Qur'an tapi insya Allah bisa mendidik kamu jadi penghafal Al-Qur'an kayak Bunda mu. Ayah dulu nakal, disuruh ngaji malah ngumpet di kolong kasur.

Jangan bawa sifat buruk Ayah ya sayang. Ambil sifat mulia Bunda mu aja. Tangguh nya, senyum nya, cerdas nya, shalihah nya, semuanya pun ngga papa. Asal jangan galau nya. Ikuti galau nya Ayah aja ya,"ucap Raka makin membuat ku speechless.

Meskipun ada tambahan kalimat jenaka tapi aku masih terngiang di awal. "Nggak nggak. Bukan cuma Aswa yang jadi Hafidz Qur'an. Kamu juga harus bisa,"ucapku memegang tangannya. "Tapi aku sudah tua Dek,"ucap Raka.

Srikandi Lautan Emas Nusantara - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang