Bab 2

3K 188 0
                                    


•Abigail POV

Aku terbangun saat jam dinding menunjukkan pukul 4, aku tidak bisa tidur dengan tenang akibat wanita bodoh itu. Semoga saja Mila tidak curiga padannya.

Tenggorokkan ku terasa kering, aku beranjak dari tempat tidur, kemudian pergi kedapur untuk mengambil minum.

"Kok lampu dapur nyala?" ucapku.

Aku memilih mengabaikannya mungkin saja Zahra lupa mematikannya, saat ingin kembali ke kamar aku melihat Zahra yang sedang tertidur pulas, enak saja dia tidur begitu nyenyak sedangkan aku tidak.

Aku mengambil air di kamar mandi kemudian menyiram Zahra yang sedang tertidur pulas.

'Byur'

Dia terbangun seketika, dan melihat kearahku yang sedang memandangnya dengan tatapan mengintimidasi, dia kemudian menunduk.

"Berdiri!." Perintahku.

Zahra berdiri dari duduknya kemudian menatapku penuh tanya?.

"Abi, kenapa aku disiram."

"Itu peringatan buat lo, karna udah bersikap gak sopan sama Mila!," ujarku sedikit membentak Zahra.

"Tapi apa salahku, aku sama sekali tidak pernah berbuat yang tidak sopan  sama Mbak Mila Bi!, bahkan baru tadi malam aku melihatnya."

"Justru Mbak Mila yang udah gak sopan sama aku Bi, apa kamu gak denger ucapannya tadi malam!," sambung Zahra dengan nada yang bergetar.

'plak'

Zahra tersungkur kesamping akibat tamparanku!. Apa yang sudah aku lakukan, aku tidak ingin menampar wanita dihapanku ini tapi Zahra sudah membuatku emosi dan lepas kendali, berani beraninya dia menghina kekasiku.

"lo gak pantes ngehina Mila!, dia itu lebih baik dari pada lo!." Bentakku padannya. Zahra terus menunduk tanpa membalas bentakkanku.

"Maaf."

Aku pergi dari hadapan Zahra!, tidak berniat membalas ucapannya.
Kemudian mengambil kunci mobil dan menjalankannya menuju apartemen Mila. Jalanan masih sepi karna ini masi sangat pagi.

Aku berhenti di pinggir jalan, entah kenapa tapi perasaanku menjadi tidak enak setelah menampar wanita itu.

"Itu bukan salah gue, salah sendiri dia ngomong kayak gitu." ucapku. Kemudian menlajukan mobilku ke tempat Mila.
-----------
•Author POV

Sesudah kepergian Abi, Zahra menangis sembari membekap mulutnya, agar tidak terdengar oleh orang lain walau Abi sudah pergi. Dia tidak mau kalau dia terlihat lemah dihadapan orang lain. Mengusap air matanya dan pergi berlalu ke kamar mandi.

Setelah membersihkan dirinya Zahra masak untuk sarapan. Setelah selesai ia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.

Wajahnya terlihat pucat, "semoga saja bayinya kuat"ucapnya lirih kemudia mengusap perutnya yang masih terlihat rata, disudut bibirnya berbawarna biru membengkak akibat tamparan Abi, dia memakai bedak tabur untuk menutupi memarnya walau masih terlihat!, kemudian mengoleskan lipstik agar tidak terlihat pucat.

"Abi kemana?, kok udah siang gini belum pulang juga, apa dia udah sarapan." Gumam Zahra, dia tidak bisa berhenti mondar mandir menunggu suaminya itu pulang.

"Aku ingin tau kabarnya!, tapi gimana caranya hendponku kan rusak dibanting Ayah."

Disaat Ayahnya pertama Kali mengetahui bahwa dirinya hamil!, ia sangat marah kepada Zahra kemudian membanting barang barang milik Zahra bahkan tak segan segan memukulnya.

Memang semua itu salah Zahra karna dari awal tidak jujur bahwa dirinya dilecehkan seseorang.

Saat itu Zahra baru pulang dari tokoh roti Ibunya, saat dijalan tiba tiba mobilnya dicegat oleh seseorang!, Zahra tidak bisa melakukan apa apa karna lelaki yang memakai topeng itu menodongkan pistol kearahnya. Disaat dia diam diam akan menggambil hendponnya untuk menghubungi seseorang, pria itu memukul tengkuknya. Dia sadar ditempat yang tidak dia kenali, disaat sudah pagi dengan keadan yang mengenaskan dia tidak mengenakan baju lagi tubuhnya pun terasa sakit semua!, seketika dia sadar bahwa hidupnya sudah hancur.

Disaat Zahra sedang melamun Abi datang.

"Abi, kamu dari mana?, kok baru pulang sekarang?, kamu udah sarapan." Tanya Zahra beruntun. Abi memutar matanya malas.

"Bukan urusan lo." Ketusnya kemudian pergi ke kamarnya.

Kamar mereka memang terpisah, Abi berada di atas sedangkan Zahra memilih kamar yang berada dibawah.

Setelah selesai Abi kembali kedapur untuk makan.

Terlihat dimeja makan Zahra sedang menikmati secangkir teh nya.

"Ehem."

Zahra menoleh dan mendapati Abi yang sedang berdiri tidak jauh dibelakngnya," eh Abi!, mau makan?." tanya Zahra, Abi hanya mengangguk walau sebenarnya dia gengsi sama Zahra karna ini kedua kalinya dia memakan masakan zahra selama mereka menikah.

Saat ingin melangkah kaki Zahra tersandung kursi,sontak saja Zahra  memejamkan matanya.

'Bruk'

Zahra tidak merasakan apapun!.

"Buka mata lo."

Zahra membuka matanya dan melihat Abi berada dibawah tubuhnya dengan jarak yang sangat dekat. Mata mereka seketika bertemu. Setelah diam beberapa detik Abi mengalihkan pandangannya.

"Berdiri, lo berat." ucapnya.

"Eh, ma-maaf Bi gak sengaja." balas Zahra, dia berdiri menjauhkan tubuhnya dari Abi, lalu merapikan pakaiannya.

Abi juga ikut berdiri." ngapain lo masih disini?, sana siapin gue makan, gak usah mikir yang macem macem, kalau bukan gak sengaja udah gue pukul lo karna udah berani nyentuh gue!." bentak Abi.

Zahra memejamkan  matnya!, dia merasa takut saat Abi membentaknya kemudian mengangguk dan berlalu pergi untuk menyiapkan makanan.

Abi makan dengan lahap, pemandangan itu membuat Zahra sangat senang, Zahra sengaja mengintip dari dapur untuk melihat reaksi Abi saat memakan masakannya.

Setelah selesai Abi memanggil Zahra dan menyuruhnya membersihkan bekas makannya tadi, sesudah Zahra menyelesaikan tugasnya dia menghampiri Abi di ruang tv dan duduk agak berjauhan dari Abi.

"Zahra gue mau ngomong!,"

Zahra menoleh ke arah Abi."ada apa Bi.?" tanya Zahra lembut.

"Gue minta maaf soal tadi pagi!." ujar Abi kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Televisi.

"Iya Bi, udah aku maafpin  kok." jawab Zahra sembari tersenyum tulus.

Abi diam memperhatikan senyum Zahra yang cukup manis menurutnya.

"Besok di kantor ada pesta peresmian gue sebagai CEO baru disana, Bokap nyuruh gue buat ajak lo."

Zahra tersenyum senang karena Abi mau mengajaknya ke peresmiannya itu, baru ia ingin mengiyakan tiba tiba Abi kembali berucap.

"Gue gak mau lo dateng!, bilang aja lo sakit kalo bokap nanya sama lo nanti."

Senyum Zahra luntur seketika, rasanya seperti sudah terbang tinggi kemudian saat itu juga dihempaskan kembali.

"Kenapa." tanya Zahra berusaha tersenyum.

"Gue gak mau sampai semua orang tau tentang hubungan kita terutama Mila." balas Abi.

Zahra menghembuskan nafasnya berusaha untuk terlihat baik baik saja.

"Kamu tenang aja Bi, aku gak bakalan dateng." ucapnya tak lupa menampilkan senyum manisnya," yaudah aku ke kamar duluh Bi," sambung Zahra.

Abi hanya diam memperhatikan sikap Zahra. Dia tidak menyangka!, kenapa Zahra tidak protes?, apakah dia tidak tersinggung dengan ucapannya.

Abi tidak tau bahwa sebenarnya betapa hancur hati Zahra, dia tidak sekuat yang terlihat, dia sama seperti perempuan lainnya, mahluk lemah lembut yang harus dilindungi. Tapi sekali lagi Abi berhasil menghancurkan hatinya untuk kesekian kalinnya.

......

ABIZHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang