"Zahra, kok kamu mau tinggal sama aku. Kenapa?" tanya Zia pada Zahra.Sementara yang di tanya bingung harus menjawab apa, Zahra sendiri merasa belum siap menceritakan keadaannya yang sekarang sekarang.
Zia menatap Zahra bingung, sedari tadi dia menunggu jawaban dari sahabatnya itu tapi sampai sekarang Zahra terus saja melamun.
"Za, kalo kamu belum siap cerita gak pa-pa kok," tutur Zia sembari mengusap lembut punggung sahabatnya itu.
"Sebenarnya gue udah menikah, Zia," jawab Zahra, pengakuan itu sukses membuat Zia ternganga tidak percaya. Bagaimana bisa sahabatnya ini menikah tanpa sepengetahuan dirinya.
"Lo kok tegah banget!" marah Zia,"kenapa Lo enggak ngabarin gue, Zahra, " sambungnya.
Sementara Zahra hanya diam menunduk, ia tahu kalau dirinya salah karna tidak mengundang sahabatnya itu. Tapi semua itu bukanlah keinginannya, Ayah tidak mengizinkan Zahra mengundang siapa pun kecuali keluarga dekat.
"Aku bisa jelasin, Zia," lirih Zahra berusah untuk terlihat tegar di hadapan sahabatnya ini.
"Jelasin semuanya."
Zahra menceritakan semuanya kepada Zia, tentang Abi dan kehamilannya. Zia berhak tahu kisanya, kalau pun disembunyikan suatuh saat pasti akan terbongkar. Cukup Abi dan keluarganya yang mengusirnya Zia jangan, kalau sampai itu terjadi Zahra tidak akan mempunyai harapan lagi.
Zahra menangis terseduh di pelukan Zia, hantinya kembali terluka oleh
Peristiwa yang baru ia alami.Ia tidak mengerti kemana takdir akan membawanya pergi, yang jelas Zahra sangat terluka karena kejadian ini.
"Zahra, kamu wanita yang kuat dan baik. Kamu pasti bisa hadapi semua masalah yang sedang terjadi ini."
"Ta-tapi, aku udah salah,Zia," Zahra terus saja menangis, ia sudah tahu dirinya salah tapi apakah tidak ada kata maaf untuk dirinya.
"Kamu bisa, Zahra." Zia berusaha meyakinkan Zahra, hatinya juga terluka melihat sahabatnya seperti ini.
Zia tahu Zahra tidak mungkin melakukan hal serendah itu, dia kenal Zahra bukan sebentar tapi sudah lama. Karakter Zahra sangatlah baik, dia juga tidak menilai seseorang dari harta, ia di didik dengan sangat baik oleh Ayahnya.
Entah takdir apa yang sedang sahabatnya ini jalani, tapi Zia akan selalu menemani Zahra seperti Zahra yang selalu mendukung darinya saat keluarga Zia pergi meninggalkan dirinya sendiri.
Zahra menghapus pelan air matanya, Zia benar. Menangis bukanlah solusi untuk masalah yang dihadapi Zahra sekarang.
"Zia, kamu mau bantu aku cari kerja?" tanya Zahra, semoga saja Zia mau membantu dirinya.
"Kamu kan lagi hamil, Zahra," protes Zia.
"Aku bisa, plis bantuin aku, Zi," Zahra berucap sembari memohon kepada Zia.
Zahra pikir ia masih bisa bekerja, tidaj mungkin ia hanya menumpang di sini. Zahra akan punya anak itu artinya dia butuh biaya yang besar, Zahra tidak ingin terus saja merepotkan Zia, sahabatnya itu sudah sangat membantu dengan mengizinkannya tinggal disini.
Sementara Zia hanya bisa pasrah dengan keputusan Zahra, memang sahabatnya ini sangatlah keras kepala.
"Tapi kamu gak boleh kerja yang berat-berat," tutur Zia memperingati Zahra.
"Siap," balas Zahra dengan semangat.
Ia sudah berjanji dalam hati ingin melupakan semua masalahnya, soal Abi nanti Zahra bisa menemuinya untuk menjelaskan semuanya.
Zahra jadi teringat dengan sang pengisi hatinya itu, sedang apa Abi sekarang, pikir Zahra.
----
Di sisi lain Abi sedang berdebat dengan pikirannya sendiri, ia tidak menyangka akan ditipu mentah-mentah seperti ini."Aghrrrrr!" teriaknya frustrasi, sudah banyak minuman ber alkohol tinggi yang ia minum tetap saja peristiwa itu tidak bisa ia lupakan.
Pengkhianatan yang Zahra lakukan tidak bisa ia lupakan, Abi membanting semua barang yang berada di dekatnya tanpa terkecuali. Kecewa dengan keadaan dirinya yang sekarang.
Dia sudah menghubungi keluarga Zahra untuk meminta penjelasan, tapi mereka menjawab tidak tahu apa-apa. Semuanya karna Zahra, andai ia tidak percaya dengan wajah polos wanita itu.
Keluarga besar Abi juga sudah tahu kebenaran tentang kehamilan Zahra, Abi yang memberitahukannya. Mereka sangat marah dan mendukung keputusan Abi yang megusir Zahra kecuali ibunya.
Memang Ibunya Abi sangatlah menyayangi Zahra saat pertama kali melihatnya.
"Wanita sialan, JALANG!" kata-kata kasar Abi lontarkan untuk Zahra, wanita yang mengisi hatinya sebelum ia tahu kalau wanita itu adalah seorang penipu.
Seorang wanita berpakaian kekurangan bahan berjalan mendekatinya, iya tersenyum samar melihat keadaan Abi saat ini. Rencana yang ia buat ternyata berjalan sangat baik dari yang ia bayangkan.
"Kamu tidak akan puas hanya dengan berteriak-teriak seperti itu," wanita itu mendekati Abi kemudian memegang tangan Abi lembut. "Kamu harus buat dia menyesal karna sudah mengkhianat kamu, Bi," sambungnya.
Abi tidak menepis genggaman wanita itu, yang dikatakannya barusan memang benar. Setelah berfikir beberapa saat Abi tersenyum devil.
"Liat aja, gue bakalan buat perhitungan dengan wanita penipu itu. Makasi buat saranya, Mil," balas Abi.
Yah, yang menemui Abi adalah Mila mantan pacarnya.
Untung saja Mila memberitahukan semua kebusukan Zahra, kalau tidak Abi tidak tahu kebohongan apa lagi yang akan wanita itu lakukan.
-----
"Zahra!" teriak Zia dari luar rumahnya.Sudah dari 20 menit yang lalu ia menunggu Zahra yang sedang bersiap, tapi sampai sekarang belum selesai juga.
Entah apa yang dilakukan Zahra selama ini.
Zahra berjalan pelan menghampiri Zia yang sedari tadi menunggu dirinya bersiap.
Zia terlihat terkejut melihat penampilan Zahra, dia hanya menggunakan baju yang biasa Zia gunakan untuk berkerja dan sedikit memoles wajah cantiknya. Tapi kenapa Zahra terlihat sangat cantik, apa mungkin karna Zahra yang jarang terlihat memakai make up.
"Cantik banget kamu, Zahra," gumam Zia.
"Kamu juga cantik kok, Zia," balas Zahra lembut. Zia terlalu berlebihan menurutnya padahal Zia juga tidak kalah cantik menurut Zahra.
Mereka berdua akan mencari pekerjaan untuk Zahra, Zia sudah menyarankan untuk Zahra bekerja dj toko-toko makanan atau kue saja. Disana mungkin tidak akan membuat Zahra capek fikirnya.
Zahra sudah menghubungi Karel memakai ponsel Zia, dan Karel akan menemui dirinya setelah pulang saja.
Sudah beberapa toko mereka datangi tapi belum ada yang menerima Zahra, dan toko kue ini sudah yang kesekian yang mereka datangi. Hari juga sudah siang.
"Permisi, apa disini masih ada lowongan kerja, Mbak?" tanya Zahra ke salah satu pegawai di sana.
"Ada, Mbak?," jawab pegawai itu, senyum tercetak jelas di wajah Zahra dan Zia. Akhirnya mereka menemukan pekerjaan untuk Zahra.
"Saya mau melamar kerja, Mbak," tutur Zahra bersemangat.
Pegawai wanita itu mengangguk, kemudian menelepon seseorang. Zahra dapat mendengar isi percakapan mereka, ternyata wanita itu sedang memberi tahu atasannya.
"Mbak boleh kerja disini," jawab pegawai itu setelah menerima telepon.
......

KAMU SEDANG MEMBACA
ABIZHA [END]
Genç Kız EdebiyatıBuruan baca part nya udah lengkap!!!!! 😀 #Dilarang plagiat #Tinggalkan jejak Ini kisah hidup dimana seorang gadis harus hidup menderita dan terbebani, semua orang membencinya bahkan jijik kepada dirinya termasuk keluarganya karna dia hamil diluar...