Bab 15

2.7K 112 0
                                    

"Lo," Abi nampak terkejut melihat Karel yang baru saja ke luar dari ruangan dimana Zahra di rawat.

Abi tidak menyangka akan bertemu lagi dengan Karel, orang yang dulu ia pukuli karna sudah berani mencium Zahra.

Sementara Karel yang melihat Abi nampak biasa saja, dia tahu siapa pria di hadapannya ini. Pria egois yang sudah mengusir Zahra tanpa perasaan sedikit pun.

Walaupun Zahra tidak menceritakan kenapa ia sampai pingsan di pinggir jalan, Karel sudah tahu semuanya karna ia menyewa orang untuk mencari tahu. Dan saat mengetahui kebenarannya Karel merasakan beban yang ada di hatinya sedikit berkurang.

Karel sangat mencintai Zahra sejak pertama kali melihatnya, tapi perasaan itu harus ia kubur dalam-dalam karena Zahra sudah bersuami. Dengan keadaan Zahra yang sekarang mungkin ada kesempatan untuk bersama dengan Zahra.

"Kenapa?" tanya Karel santai.

"Ngapain lo disini?" tanya Abi, ia masih tidak percaya kalau Karel yang sudah menangani Zahra.

"Saya barusan memeriksa pasien yang ada di dalam yaitu,  Zahra," jawab Karel terlewat santai.

Abi yang mendengar penuturan Karel hanya bisa terdiam menahan kesal, kenapa juga harus lelaki ini yang menangani Zahra pikirannya. Abi tidak berniat menanyakan keadaan Zahra, gengsinya terlalu besar untuk menanyakan itu pada Karel.

"Zahra, hampir kehilangan bayinya. Kakinya juga terluka seperti tersayat benda tajam, jadi untuk sementara Ia harus dirawat inap," jelas Karel, sebenarnya ia sendiri juga malas berbicara dengan manusia bodoh satu ini, tapi karena ini sudah menjadi tugasnya yah dia tidak bisa menolak.

Di sisi lain Abi sedikit terkejut dengan penuturan Karel, bagaimana tidak ia hampir saja menjadi seorang pembunuh.

Dan apa katanya, kaki Zahra luka. Bagaimana bisa ia tidak mengetahuinya.

"Hmm, iya," timpal Abi singkat.

Karel mendekat ke arah dimana Abi berdiri kemudian membisikkan sesuatu. "kalo Lo enggak mau sama, Zahra, Gue siap jika harus gantiin posisi, Lo. "

Setelah mengatakan hal itu Karel berlalu pergi dari hadapan Abi yang nampak tercengang dengan  ucapannya barusan.

Biar saja Abi tahu perasaannya kepada Zahra, toh dia akan bersaing secara sehat, lagian bukannya Abi sendiri yang sudah mengusir Zahra.

"Sial!" teriak Abi sembari memukul dinding di hadapannya.

Hatinya merasa marah saat Karel berucap ingin merebut posisinya di hati Zahra, perasaan tidak ikhlas memenuhi dirinya. Sekarang apa yang harus ia lakukan.

Setelah mengeluarkan semua emosinya Abi berjalan memasuki kamar yang Zahra tempati.

Saat pertama kali membuka pintu, Abi melihat Zahra yang sedang berbaring dengan selang oksige melekat di hidungnya. Zahra masih saja tidak mau membuka matanya.

Abi berjalan mendekati Zahra, bagaimam bisa Abi menyakitinya sampai separah ini.

"Lo, kenapa sih? selalu ajah mainin perasaan gue, " gumam Abi, rasanya sakit melihat Zahra seperti ini.

"Gue benci banget sama, Lo," ucap Abi.

Ia masih tidak menyangka bagaimana bisa wanita yang terlihat polos berbuat seperti itu. Bagaimana bisa Zahra hamil.
---

Perlahan-lahan Zahra membuka matanya, cahaya yang berada di ruangan rawat itu terasa menyilaukan. Rasa sakit di perutnya sudah tidak sesakit tadi. Tapi kepalannya terasa sakit.

Zahra mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan, ia masih penasaran siapa yang sudah menggendongnya saat di pesta.

Tapi di sini tidak ada siapa-siapa, hanya suara alat medis yang terdengar. Ia menghela nafas pelan berusaha menggerakkan tangannya yang terasa lemas.

"Cklek."

Suara pintu yang terbuka membuat Zahra mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Zahra terkejut melihat Abi berdiri di depan pintu dengan memegang kantong plastik di tangannya.

Abi memang keluar sebentar untuk membeli makanan, ia tidak menyangka saat kembali Zahra sudah sadar.

Keduannya hanya diam di tempat dan dengan pikirannya masing-masing, dengan perlahan Abi berjalan mendekati Zahra kemudian meletakkan makanan yang ia bawah ke meja yang ada di dekat Zahra.

Ia berdiri di samping Zahra, hanya hening yang tercipta di antara merekah. Zahra memutuskan untuk membuka suara.

"Haus," lirih Zahra, dirinya masih lemas untuk mengambil minum.

Abi yang mengerti perkataan Zahra segera menggambilkannya air dan membantu Zahra duduk untum minum. .

"Pelan-pelan minumnnya," dengan perlahan Abi menidurkannya kembali setelah selesai minum.

Zahra kembali berbaring, "makasih, Bi," tutur Zahra kepada Abi.

Mereka berdua kembali terdiam, canggung. Zahra ingin berbicara dengan Abi tapi ia bingung harus memulai dari mana.

Abi yang merasa canggung berniat meninggalkan ruangan rawat Zahra, saat ia akan berbalik tiba-tiba Zahra menahan tangannya.

"Ada yang mau aku omongin,  Bi," tutur Zahra.

....

ABIZHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang