Bab 9

1.8K 97 3
                                    

•Author POV

Zahra hanya diam tidak berniat menjawab pertanyaan Abi, ia tidak tahu  harus menjawab apa, bagaimana bisa Abi menemukanya. Apakah semuanya harus terbongkar saat ini juga.

Sementara disisi lain, Abi memperhatikan Zahra dengan raut wajah bingungnya, tadi disaat ia sedang mencari lap untuk membantu Zahra membersihkan dapur, ia tidak sengaja menemukan susu khusus ibu hamil ini di lemari yang ada di sudut dapur.

Abi tidak tahu punya siapa ini, makannya dia pergi ke kamar Zahra untuk bertanya.

"Zahra, kok diam?" tanya Abi pada Zahra, disaat itu juga Zahra seketika tersadar dari lamunanya mendengar penuturan Abi barusan.

"Eh, i... Itu."

Abi menatap Zahra lekat, ia bingung kenapa Zahra bersikap seperti orang yang sedang ketakutan.

"Apa, Za?" tanyanya lagi kepada Zahra.

"Bukan punya aku," balas Zahra dengan nada yang terburu-buru.

"Terus ini punya siapa kalau bukan punya kamu?"

Zahra hanya menggelengkan kepalanya memberi jawaban kepada Abi. Sementara Abi menatap Zahra bingung sempat terbesit di pikirannya kalau susu buat ibu hamil itu adalah milik Zahra, tapi segera di tepisnya jauh-jauh pemikirannya itu, tidak mungkin juga kalau Zahra hamil, mustahil pikir Abi.

"Mu... Mungkin, punya mantan pembantu kamu, Bi," tutur Zahra.

Abi berpikir, setahunya pembantu yang dulu ia pecat sudah tua, apa mungkin pembantunya itu sedang hamil waktu itu.

"Terus ini kita kemanain?" tanya Abi sembari mengangkat kembali kotak susu yang ia temukan.

"Buang aja, Bi," jawab Zahra cepat.

Abi hanya mengangguk, kemudian pergi dari hadapan Zahra untuk membuang susu untuk ibu hamil itu.

Di sisi lain Zahra menghembuskan nafas lega, ia sangat bersyukur Abi tidak mencurigai dirinya. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi kalau Abi sampai mengetahui rahasia terbesarnya. Jujur saja Zahra sangat tidak siap untuk kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan terjadi kalau Abi sampai tahu.

Zahra segera menutup pintu kamarnya dan menguncinya dari dalam, pikiranya kacau ia tidak tahu harus berbuat apa sekarang, tanpa sadar air matanya kembali menetes.

Ia ingin mengakhiri saja hidupnya dari saat pertama kali mengetahui kalau dirinya positif hamil, tapi hati kecilnya tidak tegah mengingat janin yang tak bersalah di kandunganya, dia tidak bersalah.

Zahra terus saja terisak sembari membekap mulutnya agar suara isakanya tak terdengar dari luar.
----
Disisi lain Abi baru saja kembali ke kamarnya setelah membung susu ibu hamil itu, ia tidak terlalu memikirkan masalah itu. Dia percaya kepada Zahra dan tidak mungkin juga kalau Zahra sedang mengandung.

"Drettt drettt."

Lamunan Abi buyar seketika saat ada yang menelponya.

"Nomor tidak dikenal? Ah sudahlah mungkin cuman orang iseng saja," Abi menolak telepon dari nomor tidak dikenal itu, ia ingin mandi kemudian istirahat.

Setelah beberapa saat di kamar mandi Abi keluar dengan keadaan yang terlihat segar, berjalan santai menuju lemari pakaiannya dengan handuk melingkar di pinggangnya.

"Drettt dretttttt."

Ponselnya terus saja berbunyi sedari tadi, Abi bergegas memakai pakaiannya kemudian memutuskan untuk mengangkat telpon tersebut.

"Halo," ucap Abi mengangkat telponnya.

".............."

"Maksut lo apa?" tanya Abi kepada penelpon tersebut.

ABIZHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang