Hari sudah menampakkan sinarnya pertanda bahwa pagi sudah tiba, tetapi Zahra masih saja setia membungkus tubuhnya di bawah selimut dengan damai.
Sinar matahari yang masuk melalui cela-cela gorden seakan tak mampu mengganggu tidur nyenyaknya.
Zia sudah bangun dari tadi subuh dan sedang sarapan, bukannya tidak mau membangunkan Zahra, tetapi sudah beberapa kali ia mencoba dan hasilnya sama saja bahkan untuk menjawab perkataan Zia saja Zahra enggan.
Dan akhirnya Zia menyerah saja, toh kalau lapar ia akan bangun sendiri, Zuan juga sudah bertannya kenapa Zahra tidak ikut sarapan dan dengan senang hati Zia menjelaskan alasan tidak sarapannya Zahra. Saat Zuan ingin menyusul Zahra ke kamar dengan cepat Zia menghentikannya.
"Gak usah, nanti kalau dia sudah bangun pasti langsung cari sarapan, Zu," tutur Zia kepada Zuan.
Zuan yang mendengar penuturan wanita tersebut hanya diam kemudian kembali ke tempat duduknya semula. Dalam hatinnya kalau buka Zia adalah sahabat Zahra maka Zuan tidak akan segan-segan untuk bersikap kasar karena sudah berani melarangnya.
Sementara di sisi lain Zahra baru saja membuka matannya, cahaya matahari yang masuk ke kamarnnya sedikit mengganggu penglihatannya.
"Pagi anak bunda," ucap Zahra sembari mengusap perutnnya yang terlihat besar dengan senyum manis yang membingka wajah indahnya.
Bagi Zahra ini adalah salah satu momen yang akan selalu ia kenang, bahagia yang ia rasakan seakan dapat menutupi semua rasa sakit yang selama ini ia tahan.
Mungkin jalan hidup Zahra memang sulit, tapi ia bersyukur karena masih ada beberapa orang yang tulus menyayanginnya.
Zahra bangkit dari atas kasur dan melangkah pelan menuju kamar mandi, setelah selesai dengan kamar mandi Zhara berganti Pakaiaan. Ia terlihat manis saat mengenakan dress Panjang berlengan pendek.
"Pagi semua," sapa Zahra berjalan mendekat ke arah di mana Zuan dan yang lainnya sedang duduk bersantai.
Mereka yang sedang pokus itu mengalihkan pandangan ke arah wanita cantik yang sedang berjalan. Mendekati mereka semua.
"Ini udah mau siang, Zahra."
Zahra hanya terkekeh mendengar penuturan sahabatnnya itu, siapa lagi kalau bukan Fatah.
"Udah sarapan," Zuan memilih untuk bertanya kepada Zahra.
"Belum," jawab Zahra singkat.
"Makan dulu, Za."
Zahra mengalihkan perhatiannya ke arah Zia yang juga sedang melihat ke arahnya. Kemudian Zahra mengangguk menyetujui usul dari Zia dan mulai berjalan ke arah dapur.
Ia hanya sarapan sedikit, karena perutnya sedang tidak ingin makan. Setelah selesai sarapan Zahra tidak perna lupa untuk meminum susu bumil miliknnya.
Setelah selesai Zahra kembali bergabung dengan Zia. "ke mana yang lainnya?" tanya Zahra.
"Lagi siap-siap, kan kita mau jalan-jalan."
Pernyataan Zia barusan mengingatkan Zahra akan satu hal, karena bangun. Ke siangan Zahra bahkan belum menyiapkan barang yang akan ia bawah saat liburan.
Secepat mungkin Zahra berlalu pergi ke dalam kamarnya, ia mengambil tas dan memasukkan beberapa baju yang akan ia gunakan di pantai nanti.
Setelah selesai bersiap-siap Zahra bergegas membawa barang bawaannya, pergi ke garasi menemui Fatah dan Zuan di sana.
"Ayo berangkat," tutur Zahra dengan nafas yang masih belum teratur.
Fatah menggelengkan kepalannya pelan melihat kelakuan sahabatnnya ini, masih sama seperti dulu sangat pelupa dan ceroboh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABIZHA [END]
Romanzi rosa / ChickLitBuruan baca part nya udah lengkap!!!!! 😀 #Dilarang plagiat #Tinggalkan jejak Ini kisah hidup dimana seorang gadis harus hidup menderita dan terbebani, semua orang membencinya bahkan jijik kepada dirinya termasuk keluarganya karna dia hamil diluar...