Bab 24

1.7K 58 0
                                    

"Bagus banget," ucapku spontan saat melihat pasir putih yang membingkai indah tepi pantai yang berwarna biru itu.

Ini menakjubkan, dan sialnya kenapa baru sekarang aku mengetahui tempat se indah ini.

"Zahra, nanti saja lihat-lihat pantainya ini udah siang sebaiknya kita cari tempat penginapan dulu,"

Aku mengalihkan pandanganku kemudian mengangguk menyetujui perkataan Zia dan berlalu dari sana. Liburan kali ini pasti sangat menyenangkan.

Fatah Dan Zuan sudah berada di dalam mobil duduk bersampingan di depan , dan aku duduk bersama Zia di belakang. Aku sudah beberapa kali meminta Zuan menghentikan mobilnya karena ingin pergi ke toilet dan membeli beberapa cemilan untuk di perjalanan.

Zuan sama sekali tidak protes, ia hanya diam saja sesekali bertanya itu pun kepada Fatah untuk menanyakan arah jalan. Aku juga tidak mengerti kenapa ia bersikap seperti itu, entah ia itu pendiam atau memang karakternya dinggin.

"Ini masih lama enggak sih, Zia?" aku sudah lelah duduk terus seperti ini di mobil, dab kenapa juga beum sampai-sampai di penginapan.

"Kita mau ke pasar dulu."

Aku mengernyitkan keningku binggung, bukannya Zia bilang padaku akan mencari penginapan lalu kenapa sekarang tujuannya berubah menjadi ke pasar. Kalau tahu kayak gini enggak usah ikut, kan bisa nunggu di pantai sembari makan, hadu membosankan, batinku.

"Yaudah, cepatan bawa mobilnya," tanpa sadar aku sudah memerintah Zuan.

"Hmm."

What, aku pikir ia akan marah dengan ucapanku barusan tapi ternyata tidak sama sekali.

Jalanan di sini terlihat cukup sepi, mungkin karena sebentar lagi malam akan tiba. Aku meraih jaket yang tadi aku bawa kemudian memakainnya dan tidur bersandar di pintu mobil sembari menikmati pemandang yang sangat jarang aku temui.

Kalau boleh berharap aku ingin suatuh saat pergi ke sini bersama dengan Abi, pasti akan sangat menyenangkan bila aku bersama dengannya.

Dan baru beberapa jam aku berpergian tapi rasa rindu sudah menghantui perasaan dan memenuhi pikiranku.

Angin perlahan-lahan menyapu anak rambutku yang tak terikat membawa rasa damai tersendiri untuk Perasaanku, tanpa aku sadari perlahan mataku mulai tertutup.

•Author POV

Zuan memilih untuk tetap berada di dalam mobil, Fatah dan Zia sedang berbelanja. Sementara Zahra masih setia menutup matnnya. Entah kapan ia akan bangun.

Ini sudah pukul 5 sore dan sebentar lagi malam akan tiba, Zuan sudah memesankan penginapan untuk mereka berempat agar tidak perluh susah-susah mencari lagi.

Fatah dan Zia keluar dari tempat berbelanja sembari menenteng beberapa kantong plasti yang berisi makanan di dalamnnya.

"Udah ayo berangkat," Zuan menoleh ke arah Zia kemudian masuk ke dalam mobil, sesudah masuk semua Zuan mulai melajukan mobilnnya ke tempat yang sudah ia pesan.
------

"Zahra, bangun ini udah sampai," ucap Zia membangunkan Zahra yang terlihat sangat menikmati tidurnnya.

"Ehmmm."

Zahra mengerakkan badannya yang terasa pegal-pegal karena terlalu lama tidur dengan posisi yang kurang baik kemudian berlalu keluar dari mobil. Ia mengikuti Zia dari belakang.

Pertama kali ia melihat tempat penginapan ini Zahra sangat terkejut sekaligus takjub dengan ke indahan tempat ini. Bangunan yang terlihat seperti bangunan klasik tetapi beberapa bagian juga menggunakan hiasan-hiasan kekinian yang semakin menambah kesan mewah tempat ini.

Di sini juga banyak sekali tanaman hias dan di sampingnya ada sebuah kolam yang berisi ikan hias yang sangat lucu, penginapan ini terlihat seperti satu buah rumah tapi sangat besar dan mewah.

"Ayo, kita cari kamar kita di mana," Zia menarik perlahan tangan Zahra menuju ke dalam rumah.

Masalah tas yang mereka bawah sudah di urus oleh Zuan dan Fatah, jadi tidak perlu di khawatirkan.

"Kamu mau satu kamar sama aku apa sendiri, Za?"

"Berdua sama kamu aja deh," jawab Zahra cepat, bukannya apa-apa tapi kalau ada apa-apa kan bisa meminta bantuan Zia agar tidak terlalu khawatir juga.

Zia hanya mengangguk menyetujui perkataan Zahra kemudian mengajaknya berkeliling untuk melihat-lihat. Beberapa jam Kemudian.

Mereka semua sedang asik makan di meja makan bersama, Zahra hanya makan sedikit kemudian pamit ke pada Zia untuk membuat susuhnya.

Susu yang Zuan bawahkan sudah habis ia minum di perjalan siang tadi, kalau pun di biarkan juga pasti akan basi.

Ia membawa susu itu ke teras penginapan tersebut, di sini juga tak kalah bagus, dengan beberapa kursi kayu dan meja kecil yang di hiasi dengan bungan-bunga kertas tersusun rapi di sana.

Zahra duduk bersandar, di kursi itu kemudian berdiam diri sembari menyandarkan kepalannya. Tiba-tiba ia teringat dengan ibunya,"ibu sedang apa yah?" tanya Zahra ada dirinnya sendiri.

"Apa dia kangen sama Zahra"

"Apa ibu udah maafin Zahra?"

"Apa ibu rasain apa yang Zahra rasain?"

Zahra terus saja mengucapkan pertannya-pertannya yang tiba-tiba memenuhi pikirannya. Tanpa sadar air matannya kembali jatuh untuk ke sekian kalinnya.

Kerinduannya kepada sosok ibu yang selama ini berada di sampingnya kembali membuat dirinnya menangis, Zahra ingat betul ekspresi ibunya saat mereka mengetahui tentang ke hamilannya.

Hari sudah semakin dinggin, sudah satu jam lebih Zahra terdiam di sini. Menikmati dingginnya malam yang sedikit memberikan rasa tenang kepadannya.

"Zahra, ayo masuk ini sudah malam waktunnya kita istirahat," tutur Zia kepada Zahra.

Sebenarnnya ia juga tidak tahu Zahra berada di sini, saat akan pergi ke kamar tiba-tiba Zuan menghentikannya dan memberitahukan ke beradaan Zahra. Dan ternyata benar Zahra berada di sini.

Untung saja Zuan meberitahuku Zahra di sini, kalau tidak Zahra pasti akan tertidur di sini sampai pagi, batin Zia.

"Iya," balas Zahra kemudian berlalu pergi dari tempat itu di ikuti zia di belakangnnya.

"Kemana semuannya?" tanya Zahra saat melihat ruangan tengah ini terlihat sepi sekali.

"Fatah udah duluan tidur dan Zuan sedang pergi, ia bilang ada sesuatu yang penting," jawab Zia.

Zahra tak berniat untuk bertannya kembali kepada Zia, ia juga tidak terlalu tertarik dengan pekerjaan apa yang sedang Zuan lakukan.
Sebaiknnya ia istirahat agar bayinnya sehat terus, pikir Zahra.

Setelah selesai dengan kamar mandi Zahra menyusul Zia yang sedang berbaring di tempat tidur sembari memainkan handponnya.

"Kita ngapain besok, Zi?" ucap Zahra perlahan.

Zia menyimpan handponnya kemudian ikut berbaring lagi bersama Zahra.

"Main air dan banyak lagi, Za. Pokoknya tunggu aja besok kita akan senang-senang."

Zahra tersenyum mendengar ucapan sahabatnnya itu kemudian mengangguk bersemangat. Mereka berduan bercerita banyak dan sesekali Zahra tertawa menanggapi cerita lucu sahabatnnya itu.

Saat sedang bercerita tiba-tiba suara mobil terdengar memasukki perkarangan penginapan ini, kenapa tidak sebab kamar mereka bersebelahan dengan garasi, hanya dihalangi tembok kamar saja.

"Itu Zuan?" tanya Zahra.

Zia mengangguk, "tidur saja ini udah malam, Za," ucapnnya.

ABIZHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang