Di ruang yang mewah ini ada beberapa orang yang sedang berkumpul, mereka semua sedang menunggu kedatangan Tuan mudah mereka. Entah apa yang akan mereka dapatkan akibat dari kelalayan mereka.Semua orang disana nampak tegang, kenapa tidak Tuan muda mereka hanya akan melakukan rapat jika itu sangat penting.
Mereka semua tahu kesalahan apa yang mereka perbuat hingga Tuan muda mereka menjadi sangat marah.
"Cklek."
Semua orang berdiri kemudian membungkuk menyambut kedatangan sang pangeran muda.
Tatapan dinggin yang selalu menyertainya, ia sangat tampan tapi dia sangat menjaga jarak dengan kaum hawa. Hanya satu alasannya karena ia sudah jatuh cinta kepada seseorang.
Ia berjalan melewati para penjaga dan beberapa asistennya menuju ke kursi kebesarannya. Menatap satu persatu orang yang berada di depannya.
"Jelaskan kenapa dia bisa sampai masuk rumah sakit," ucapnya dinggin, tatapannya mengintimidasi semua yang melihatnya.
Salah satu asisten kepercayaannya maju selangkah, jika bukan dirinya yang menjelaskan kepada Tuan mudahnya ini maka tidak akan ada yang berani dan jika itu terjadi bisa-bisa ini menjadi hari terakhir mereka semua.
"Nona Zahra, mengalami sebuah kecelakaan sewaktu ia sedang berkerja di salah satu pesta penguasa ternama," jelas Sem, sang asisten kepada pria tersebut.
Sem, dia sudah berkerja dengan Tuannya selama Ayahnya meninggal yaitu sejak 5 tahun yang lalu. Kesetiaannya sudah tidak di ragukan lagi. Ayahnya dulu juga seorang asisten pribadi di rumah ini, jadi keluarga ini sudah seperti keluarganya juga.
Nyonya besar, juga sangat menyangi Sem karna sudah mengenalnya sedari kecil. Kedua orangtua Sem juga sudah tiada semua.
"Bagaimana bisa!" bentak pria itu, wajahnya terlihat sangat emosi.
Semuan penjaga bergetar karena ketakutan.
"Maaf Tuan, saya kurang tahu," jawab Sem takut-takut.
Pria tersebut berusaha menetralkan emosinya, ia tidak boleh lepas kendali. Zahra nya lebih penting sekarang.
"Bagaimana keadaan, Zahra," tuturnya.
Sem menghela nafas legah, ia masih bisa bersyukur untuk saat ini.
"Nona Zahra, hampir mengalami keguguran dan kakinnya terluka karena menginjak pecahan gelas salah satu tamu di pesta itu," Sem tahu perkataannya barusan pasti akan menciptakan masalah besar.
Tapi dari pada ia menutup-nutupi sesuatu lebih baik ia jujur, setidaknya ia tidak akan takut jika sewaktu-waktu ia terbunuh karena ketahuan berbohong.
Ia tahu keadaan Zahra dari salah satu detektif yang di tugaskan dimana Zahra di rawat.
"Prank."
Semua orang disana terkejut dan bergetar takut melihat Tuan muda mereka melempar guci yang terpajang indah di sisinya.
"Jagain ruangannya dan jangan sampai ia tahu kalau sedang di awasi."
Semuanya mengangguk patuh, tidak ada yang berani berbicara.
Sementara pria tersebut keluar dari ruangan rapat mendadak tersebut kemudian buru-buru berlalu pergi ke suatu tempat.
-----
Sudah 3 menit dari saat Zahra menahan Abi agar tidak keluar, tapi sampai sekarang Zahra belum juga membuka suara.Abi yang sedari tadi hanya diam memperhatikan Zahra yang terus saja memilin baju khusus pasien yang ia kenakan.
"Mau ngomong apa?" tanya Abi berusaha sedikit sabar menghadapi Zahra.
"Jadi gini,ak...."
Belum sempat Zahra menyelesaikan ucapanya, tiba-tiba pintu kamar rawatnya terbuka dari luar.
Abi dan Zahra kompak melihat ke arah Karel yang sedang berjalan mendekati mereka berdua.
Karel tidak memakai pakaian yang biasa ia gunakan saat akan memeriksa pasien, dia hanya menggunakan pakaian sehari-harinya.
"Gimana keadaan kamu, Za," tanya karel sembari menghampiri Zahra.
"Baik kok, Rel," jawab Zahra santai, sementara Abi hanya diam memperhatikan Zahra dengan Karel yang saling melempar senyum.
Merasa di abaikan Abi memilih pergi ke luar dari ruangan itu. Ia mengerutu kesal karena Zahra tersenyum ke Karel.
"Menyebalkan," ucapnya, Abi rasannya ingin kembali memukuli wajah Karel yang sok itu.
Ia memutuskan untuk kembali ke rumahnya untuk istirahat, mungkin nanti malam ia akan kembali menjenguk Zahra. Untuk sekarang biarkan dulu Zahra istirahat, kalau ia sudah siap untuk bercerita maka Abi akan berusaha mendengarkan penjelasanya.
----
"Kamu gak kerja, Rel?" tanya Zahra kepada Karel."Gak, Zahra."
Zahra hanya menganggukkan kepalanya tanda ia mengerti, mereka bercerita tentang banyak hal.
Saat Karel sedang menceritakan sesuatu yang membuat Zahra tertawa lepas, tiba-tiba beberapa orang berpakaian hitam masuk tanpa permisi ke dalam ruangan Zahra.
Meraka membawa banyak bunga mawar dan cokelat, Zahra mengerutkan keningnya bingung. Pasalnya dia tidak pernah memesan ini semua.
Zahra menoleh ke arah Karel meminta penjelasan.
"Bukan aku, Za," jawab Karel sembari menggelengkan kepalanya.
.......
KAMU SEDANG MEMBACA
ABIZHA [END]
ChickLitBuruan baca part nya udah lengkap!!!!! 😀 #Dilarang plagiat #Tinggalkan jejak Ini kisah hidup dimana seorang gadis harus hidup menderita dan terbebani, semua orang membencinya bahkan jijik kepada dirinya termasuk keluarganya karna dia hamil diluar...