Bab 10

2.6K 133 0
                                    


Zahra hanya diam menatap ke luar mobil, dia juga bingung kenapa Abi bersikap begitu kasar denganya. Sedari tadi Abi hanya diam tidak berbicara sedikipun kepadanya.

Dia tahu jalan ini menuju ke mana. Zahra ingin menangis tapi sebisa mungkin ia tahan.

Zahra menolehkan pandangannya ke arah Abi, laki-laki itu terlihat kacau, wajahnya jelas sekali terlihat kalau ia sedang marah. Zahra mengulurkan tangannya ke wajah Abi berniat ingin merapika rambut Abi yang terlihat berantakan.

Belum sempat tangannya menyentuh rambut Abi, dengan kasar Abi menepis tangan Zahra.

"Aku cuman mau benarin rambut kamu, Bi, " ucap Zahra.

Abi sama sekali tidak berniat menjawab ucapnya Zahra. Ia seakan tuli dengan keadaan di sekitarnya.

Setelah menempuh perjalanan yang lumayan memakan waktu, mereka berdua sampai di rumah sakit terdekat, Abi segera memarkirkan mobilnya kemudian dengan kasar menarik Zahra keluar.

Zahra menangis dalam diam, ia sangat hapal rumah sakit ini, dan sekarang ia hanya bisa pasrah menyerahkan semuanya kepada takdir.

Abi menariknya masuk ke salah satu ruangan.

"Permisi, Mas, ada yang bisa saya bantu?" tanya salah satu perawat disana.

"Kami mau periksa," jawab Abi,  perawat mempersilakan Abi dan Zahra masuk untuk pemeriksaan.

"Saya mau periksa dia, Dok," tutur Abi sembari menunjuk ke arah Zahra,  Dokter wanita itu mengangguk kemudian mempersilakan Zahra untuk ikut dengannya untuk di periksa.

Yah Abi membawa Zahra ke Dokter kandungan.

Setelah selesai pemeriksaan Zahra kembali ke tempat dimana Abi menunggu, Dokter mengikutinya dari belakang.

"Bagaimana hasilnya, Dok?" tanya Abi cepat.

Zahra menunduk takut, ia tahu mungkin ini saatnya Abi tahu semua rahasianya. Dirinya hanya bisa berharap Abi bisa menerimanya dan mau memaafkannya.

"Kandungannya sehat, dan janinnya juga berkembang dengan baik. Saya sarankan jangan terlalu capek."

'Deg'

Jantung Zahra seketika berdetak kencang.

Abi menatap Zahra lekat, sementara Zahra melihat wajah Abi dengan wajah sendunya.

Tanpa sepatah kata pun, Abi berjalan keluar dari ruangan itu. Zahra yang melihat Abi pergi segera menyusulnya.

"Abi," panggil Zahra, sementara yang dipanggil tidak menoleh sedikitpun.

Zahra berjalan sedikit cepat kemudian langsung masuk ke dalam mobil Abi,  air matanya mengalir deras perutnya juga terasa keram. Abi menjalankan mobilnya berlalu pergi dari rumah sakit itu.

Zahra menghapus air matanya, ia harus kuat tidak boleh lemah. Sungguh  ternyata sedih memang tidak bisa ditutupi walau sekuat tenaga Zahra menahannya tetap saja ia menangis.

Disisi lain Abi berdebat hebat dengan pikirannya, ia sangat marah dan merasa telah ditipu mentah-mentah oleh Zahra. Abi memukul setir beberapa kali mencoba menghilangkan sedikit emosi di dalam dirinya. Ia tahu Zahra menangis walau tidak terdengar suaranya, punggung gadis ah larat dia sudah tidak gadis lagi, punggung wanita itu bergetar itu sudah cukup membuktikan bahwa Zahra sedari tadi menangis.

Zahra memperhatikan jalan yang Abi pilih, disini sangat sepi dan jauh dari keramaian.

"Bi, kamu kenapa pilih jalan yang ini," tanya Zahra dengan nada yang sedikit bergetar, antara takut dan malu kepada Abi.

ABIZHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang