Bab 14

2.3K 115 0
                                    

Zahra terdiam, tatapannya hanya pokus ke satu arah,  Abi. Perlahan-lahan air matanya mengalir tanpa bisa di bendung lagi, rasa rindu yang coba ia hilangkan mengeuap keluar ke permukaan.

Ia sangat merindukan lelakinya itu, Zahra sangat bahagia melihat Abi disini. Zahra berlari menghampiri Abi, perasaan senangnya sudah tidak bisa di bendung lagi.

Saking bahagianya Zahra tidak memperhatikan jalannya hingga kakinnya  menginjak pecahan beling akibat kecerobohan anak salah satu tamu di sana.

"Awhh," lirih Zahra. Ia berhenti sebentar lalu mencabut beling yang melukai kakinnya.

Dengan perlahan Zahra berjalan berusaha menguatkan dirinya sendiri, setelah dekat dengan Abi tanpa sepatah katapun Zahra langsung memeluknya erat.

Rasa sakit di kakinnya seakan tidak ada lagi, Zahra terisak di pelukan Abi, menumpahkan semua kerinduannya pada sang suami.

Sementara Abi hanya bisa terdiam mematung, degup jantungnya seakan tidak terkendali. Ia juga merindukan wanitanya, sesaat kemudian Abi menyadari sesuatuh.

"Bruk!"

Tanpa memikirkan perasaan Zahra Abi mendorongnya hingga terjatuh ke lantai, seketika itu juga mereka berdua menjadi pusat perhatian para tamu undangan.

Zahra meringis menahan rasa sakit yang menjalar di perutnya. Abi yang melihat Zahra terjatuh akibat ulahnya hanya diam memperhatikan kemudian tersenyum sinis.

"Berani juga lo meluk-meluk gue, siapa lo?"

Ucap Abi spontan, dia ingin melihat apa reaksi dari Zahra.

Dia sangat benci dengan wanita pembohong di depannya ini, mungkin ini saatnya untuk membuat pembohong ini merasa malu. Mila yang baru saja kembali setelah mengambil dompetnya yang tertinggal di mobil terkejut melihat Zahra yang terlihat sedang kesakitan.

Mila segera menghampiri Abi dan meminta penjelasan. Abi sama sekali tidak berniat menjelaskannya, tiba-tiba Abi berjalan mendekati Zahra, dan mencengkeram erat dagunnya.

Wajah Zahra sangat pucat dan dia berkeringat dinggin, disaat itu juga perasaan Abi tiba-tiba merasa bersalah.

Abi barusaha menetralkan perasaannya, ia tidak boleh kasian dengan seorang penipu seperti Zahra. Dia pantas mendapatkannya.

"Kenapa diam!" bentak Abi.

Semua orang disana juga sama terkejutnya saat Zahra memeluk Abi, karena yang mereka tahu Abi adalah pacar Mila.

"Lo emang enggak punya malu yah, masih berani nunjukkin muka jalang lo itu di depan Gue," gumam Abi, ia berucap pelan agar tidak didengar orang lain.

Zahra sama sekali tidak menjawab, perutnya sangat sakit. Luka di kakinnya juga mengeluarkan banyak darah. Abi yang melihat Zahra hanya diam tidak menjawab pertanyaannya tersulut amosi, dengan kasar Abi melepaskan cengkeramannya di dagu Zahra.

Dia berdiri menjauh beberapa langkah dengan Zahra, saat akan berbalik tiba-tiba ada yang berteriak.

"Cepat bantu wanita itu dia berdarah."

Abi berbalik cepat dan mempokuskan tatapannya ke arah Zahra yang masih diam terduduk. Seketika pandangannya berhenti saat melihat darah mengalir dari atas kakinnya.

Beberapa orang berkumpul mengelilingi Zahra yang sedang meringis merasakan sakit yang tidak terkira. Abi hanya diam di tempat tubuhnya  kaku seakan tidak bisa bergerak.

Rasa sakit yang Zahra berusaha tahan sudah tidak bisa ia tangani, perlahan-lahan tubuhnya terasa lemas, ia tidak bisa melihat sekeliling dengan jelas. Saat ia akan menutup matanya samar-samar Zahra melihat seseorang mengangkatnnya, saat itu juga Zahra jatuh pingsan.
------
"Bagaimana keadaannya," tanya Abi kepada perawat yang baru saja keluar dari ruangan dimana Zahra di rawat.

"Maaf, Mas, sebaiknya tunggu Dokter karel dulu. Biar dia yang menjelaskannya."

Abi yang mendengar perkataan perawat tersebut merasa tidak asing dengan nama itu. Ia memilih mengabaikannya dan kembali duduk di kursi tunggu.

•Flasback ON

Abi berjalan mendekati Zahra, ia berteriak kencang menyuruh orang-orang untuk memberikan jalan.

Setelah sampai di hadapan Zahra Abi segera menggendongnya berjalan ke arah parkiran, Zahra tidak meringis lagi matanya tertutup rapat hal itu membuat Abi khawatir.

Entahlah dia sudah berusaha sebaik mungkin untuk tidak peduli dengan Zahra lagi, tapi ia tidak bisa hatinya juga merasa terluka.

Abi membawa Zahra ke dalam mobilnya dan menidurkan Zahra di pangkuannya kemudian menyuruh supir untuk pergi ke rumah sakit terdekat.

"Zahra," tutur Abi mencoba membangunkan Zahra yang berada di pangkuannya.

Sama sekali tidak ada jawaban, pikiran Abi terasa kacau dia memang marah kepada Zahra tapi ia juga tidak ingin melihat Zahra seperti ini.

"Bodoh," Abi merutuki dirinya sendiri yang dengan bodohnya mendorong Zahra sampai seperti ini.

Abi memperhatikan penampilan Zahra, dari atas sampai bawah. Abi baru menyadari sesuatu.

"Kenapa, Zahra memakai seragam pelayanan," pikirannya tidak bisa memikirkan apa'pun.

Setelah sampai di rumah sakit, Abi segera membawa Zahra dengan bantuan beberapa perawat ke dalam ruang UGD.

•Flasback Off

Abi masih setia menunggu Dokter memeriksa keadaan Zahra, Abi sedari tadi merasa takut, bagaimana kalau Zahra kenapa-napa pikirnya.

Saat sedang asik dengan pikirannya pintu kamar rawat yang Zahra tempati terbuka.

Abi segera menuju ke sana untuk bertemu dengan Dokter yang menangani Zahra.

"Lo...,"

......

ABIZHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang