Abi hanya diam tidak berniat menanggapi ucapan Zia, hanya satu pokusnya saat ini siapa lagi kalau bukan wanita yang sedang menunduk dengan pakaian dan wajah yang kotor akibat percikan dari ban mobilnya sendiri."Kenapa kamu ninggalin aku di rumah sakit?"
Zahra tetap tidak menjawab, ia bingung harus berkata apa kepada Abi. Hati dan pikirannya memang tidak pernah sejalan, di saat pikirannya memilih untuk mundur hatinya malah mendorong Zahra untuk tetap di sini.
Sementara Zia hanya menatap Zahra bingung, entah kenapa ia merasa Zahra menyembunyikan sesuatuh darinya. Tidak biasa Zahra berdiam seperti ini saat bertemu Abi, pasalnya Zia tahu bahwa Zahra sangat mencintai suaminya itu lantas kenapa sekarang sikap Zahra menjadi seperti ini.
"Kenapa diam?"
"G—gak pa-pa," akhrinya Zahra membalas ucapan Abi ia sadar bahwa dirinya tidak selamanya bisa bersembunyi dari Abi.
"Lantas apa jawabanmu atas pertanyaan ku, Zahra?" tanya Abi dengan tanpang datarnya. Sebenarnya entah kenapa Abi merasa rindu dengan wanita di hadapannya ini, tapi segerah ia buang jauh-jauh perasaan itu.
Abi memperhatikan Zahra dengan lekat, wanita itu kini menunduk sembari memegang tangannya sendiri menggenggamnya erat. Zahra, nama itu yang beberapa bulan ini menjadi pusat pikirannya. Sejak berpamitan untuk membeli makan di rumah sakit dulu Zahra tidak pernah kembali dan jujur itu sangat mengganggu pikirannya.
Dari jarak yang cukup jauh Abi pernah mengawasi rumah Zia, tapi Zahra tidak pernah terlihat di sana. Tanpa Abi sadari ia sedikit tergangu dengan menghilangnnya Zahra.
"Zia, ayo pergi," tutur Zahra mengacuhkan Abi, ia mengusap wajahnya yang terkenah lumpur lalu mulai melangkah menjauh dari hadapan Abi di ikuti Zia di belakangnya.
"Zahra!" panggil Abi sedikit berteriak, tangannya mengepal kuat karena perasaanya kesal melihat Zahra mengacuhkan dirinya.
Zahra tidak memperdulikannya bahkan ia semakin mempercepat jalannya, karena terburu-buru tiba-tiba Zahra tersandung.
'Bruk'
"Zahra!" teriak Zia, kemudian berlaru menghampiri Zahra yang terjatuh.
Abi juga bergerak cepat menghampiri Zahra yang sudah menangis menahan rasa sakit yang terasa mencengkeram perutnya.
"Awwww," ringis Zahra.
"Za, kamu gak pa-pa," tanya Zia dia sangat khawatir sekaligus takut melihat Zahra yang menangis sembari memegang perutnya. Zia berusaha menenangkan Zahra.
"Bawa ke mobil," tegas Abi. Dirinya juga sama khawatirannya seperti Zia melihat keadaan Zahra sekarang.
Zia mengangguk setuju kemudian menyingkir menjauhi Zahra untuk memberikan ruang buat Abi mengangkat Zahra pergi ke mobilnya. Dengan buru-buru Abi mengendong Zahra, raut wajah Abi terlihat sangat hawatir Zia bisa melihat ketakutan itu.
Di Rumah sakitZia duduk terdiam di kursi tunggu, matanya sembab karena habis menangis. Zahra sudah di tangani oleh dokter dari dua jam yang lalu. Dan sekarang wanita itu masih tertidur akibat obat yang diberikan dokter tadi.
Dokter sudah menjelaskan tentang keadaan Zahra, Zia sangat terkejut bukan cuman Zia Abi yang ikut mengantar Zahra ke rumah sakit juga terkejut mendengar pernyataan Dokter tersebut. Zia bingung apa yang akan ia katakan kepada Zahra saat dia sadar nanti.
Sementara Abi hanya diam mematung berdiri menghadap kaca yang memperlihatkan seorang wanita sedang tertidur di dalam ruangan itu dengan alat-alat medis menempel di tubuhnya.
"Ceroboh,"lirih Abi, sementara pandangannya tidak lepas dari Zahra.
Tuk tuk tuk
Suara pantulan sepatuh yang berbenturan dengan lantai itu membuyarkan lamunan Zia dan Abi, mereka berdua kompak menoleh ke asal suara. Melihat seorang Dokter berjalan ke arah mereka Abi langsung menghampirinya begitu juga dengan Zia.
"Bagaimana, Dok?" tanya Zia cemas.
"Operasi pengangkatannya sekarang bisa dilaksanakan."
Mendengar penuturan sang Dokter Zia tidak bisa menahan air matannya, untuk ke sekian kalinya dia menangis karena merasa takut entah apa yang akan terjadi kepada Zahra setelah ini.
"Lakukan secepatnya," jawab Abi, dia tahu ini akan sulit tapi hal ini harus segera delakukan.
Sang Dokter mengangguk, "kalau begitu silahkan tanda tangani dulu surat persetujuannya," sambungnya."
Abi mengangguk kemudian mengurusi semuannya, setelah selesai ia kembali berjalan menuju ruangan Zahra. Saat akan tiba di sana terlihat beberapa perawat dan Dokter membawa Zahra. Abi berjalan mendekati mereka, terlihat Zia menemani Zahra yang masih belum sadarkan diri.
"Kami akan segera melakukan operasi," ucap Dokter itu, Abi hanya mengangguk kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Zahra yang terlihat pucat.
Perasaannya terasa gundah saat melihat wajah Zahra, Abi menghembuskan nafas gusar. Ia sangat terganggu dengan pemandangan di hadapannya ini.
.......
KAMU SEDANG MEMBACA
ABIZHA [END]
ChickLitBuruan baca part nya udah lengkap!!!!! 😀 #Dilarang plagiat #Tinggalkan jejak Ini kisah hidup dimana seorang gadis harus hidup menderita dan terbebani, semua orang membencinya bahkan jijik kepada dirinya termasuk keluarganya karna dia hamil diluar...