Bab 23

1.9K 71 0
                                    


•Zahra POV
Sekarang waktunya bersiap-siap untuk liburan, aku dan Zia sudah merencanakan ini semua dari jauh-jauh hari sebelumnya. Dan aku sudah  tidak sabar lagi.

Sebenarnya ada sedikit perubahan rencana, dari awal aku hanya ingin aku dan Zia saja yang pergi, tapi karena Zuan terus memaksa maka Zia mengizinkannya. Dan paranya lagi Zia tidak hanya mengizinkan Zuan saja yang ikut tapi juga Fatah.

Kesal juga sih, tapi mau gimana lagi ini juga untuk ke selamatan kami berdua jadi biarkan saja. Dan aku harap mereka berdua tidak akan mengganggu liburanku.

"Zia, kamu yakin mau ajak mereka berdua?" tanyaku berbisik ke pada Zia agar tidak di dengar oleh Zuan dan Fatah.

Mereka berdua memang sudah sampai dari tadi subuh, padahal berangkatnya juga udah jam tujuan tapi mereka on time banget. mungkin takut di tinggal, batinku.

"Kita udah bicarakan ini sebelumnya, Zahra."

Aku menghela nafas pelan, sepertinya aku harus menerima mereka berdua, banyakkin sabar aja deh, pikirku.

Kami baru saja selesai sarapan, satu jam lagi baru barangkat dan sekarang aku harus meminum susu ibu hamil dulu biar sehat terus.

Jadwal periksa kandungan beberapa minggu lagi, jadi aku masih sempat untuk liburan dulu. Baju yang aku bawah juga tidak terlalu banyak, hanya beberapa baju panjang dan switer serta jaket kalau nanti ke dingiinan. Semua barang yang aku perlukan juga sudah tersusun rapi di dalam tasku.

Aku melihat Zuan yang sedang santai duduk di kursi sembari memainkan handponnya, aku memutuskan untuk menghampirinnya dengan membawa susu bumil di tangannya. Susunya masih panas jadi belum sempat aku meminumnya.

"Kamu yakin mau ikut?" tanyaku santai.

Aku duduk sedikit jauh darinya, berusaha bertanya-tanya. Karena jujur saja aku masih belum siap jika liburanku ini terganggu.

"Banget."

Dengan santainya pula dia menjawab pertanyaanku, nada bicaranya juga  terdengar dinggin. Kalau sudah begini aku juga tidak tahu harus mencegahnya dengan cara apa lagi. Ia sama sekali tidak melihat ke arahku dia hanya pokus sama handponnya, menyebalkan batinku.

Tanpa sadar karena kesal merasa tidak di respons aku meminum susu yang tadi ku buat padahal masih panas.

"Ahhhhhhhh panas!"

Aku berteriak sembari mengipas-ngipas lidahku yang terasa panas.

Saat akan beranjak pergi ke dapur, tiba-tiba Zuan memberikan air minum dinggin ke padaku. Tanpa menunggu lamablagi langsung ku ambil dan menghabiskannya.

Setelah beberapa saat rasa panas itu berangsur membaik, legah rasannya. Aku melirik ke arah Zuan yang berada di hadapanku, ternyata ia juga sedang melihat ke arah ku. Kalau sudah begini aku juga salah tingkah sendiri.

"Ma—makasi," tuturku kepada Zuan, aku juga bingung sebenarnya di sini siapa yang salah. Masalahnya aku jadi seperti ini juga karena dia, coba saja kalau ia tidak mengacuhkan diriku, pasti aku tidak akan kesal dan seperti ini.

"sama-sama."

Zuan berlalu dari hadapanku, menuju dapur di rumah Zia entah apa yang ingin ia lakukan.

"Lo ceroboh banget sih," Zia mulai mengomel tidak jelas, ia memang sangat cerewet kalau sudah begini. Aku hanya mengangguk patuh mendengar semua perkataan Zia, toh ini semua juga karena kecerobohan aku sendiri jadi wajar saja kalau ia marah.

Zuan kembali dari dapur kemudian duduk di samping ku, aku memperhatikan dirinnya lekat. "buat apa itu," aku memperhatikan apa yang dia bahwa.

"Ini susu dinggin buat kamu di perjalanan nanti."

Zuan memasukkan botol itu ke dalam tas ranselnya. Melihat perhatiannya seperti ini aku jadi teringat Abi, ke mana ia seminggu ini tidak menemuiku bahkan tak memberikan kabar sama sekali.

Sejujurnya aku khawatir dengan keadaan Abi sekarang, bagaimana jika terjadi sesuatu ke padannya.

"Za, Zia bilang kita harus siap-siap berangkat."

Aku mengangguk kepada Fatah kemudian berjalan menghampiri tasku, semoga saja perjalanan ini lancar.

"Sini biar aku aja."

Zuan mengambil tasku dan membawannya pergi ke luar." Siapa yang kasi dia izin buat bantu? ah sudahlah yang terpenting aku tidak perlu repot-repot angkat tas lagi," pikirku.

.........

ABIZHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang