Bab 7

2.1K 84 0
                                    


S

etelah selesai sarapan Zahra buru-buru pergi ke kamarnya untuk bersiap-siap, Abi sudah bilang padanya bahwa mereka akan pergi jalan-jalan hari ini.


Zahra sangat bahagia mendengarnya.

"Pakai baju yang mana yah?" tanyanya pada diri sendiri, ia ingin terlihat cantik untuk sang suami hari ini.

Setelah mendapatkan baju yang diinginkannya, Zahra segera mengganti pakaiannya kemudian berdandan. Ia memakai baju kaos putih bergambar minions dan celana jins hitam, rambutnya ia biarkan terurai rapi dengan jepit bunga kecil di atasnya.

Zahra bergegas keluar kamar untuk mencari Abi, tapi ia tidak menemukanya, akhirnya Zahra memutuskan untuk menunggunya sembari duduk di sopa saja.

Beberapa saat kemudian Abi turun dari lantai atas, dia terlihat tampan dengan penampilanya sekarang.

"Hay cantik," Abi menyapa Zahra kemudian terkekeh mengingat ucapanya barusan.

Sementara Zahra sudah tersipu malu.

"Apaan sih," balas Zahra malu-malu.

"Aku gak dipuji juga ni."

Abi bergaya bak seorang model di hadapan sang istri, sementara Zahra memperhatikan Abi dari atas sampai bawah.

"Ganteng kok," tutur Zahra yang berhasil membuat Abi tersenyum senang.

Abi mendekat kepada Zahra kemudian mengulurkan tangannya.

"Ayo berangkat, Sayang," ucap Abi, mereka berdua tertawa bersama menertawakan ucapan Abi barusan, kemudian bergandengan tangan menuju garasi.

Saat dijalan mereka bercerita tentang banyak hal. Ketika Zahra sedang minum tiba-tiba Abi bertanya kepadanya.

"Zahra, kalau nanti kita punya anak kamu mau laki-laki atau perempuan?"

"Uhuk uhuk."

Zahra tersedak disaat Abi membahas tentang anak denganya,dia bingung sekarang apa yang harus ia lakukan.

Abi yang melihat wajah Zahra yang seperti ketakutan sontak saja langsung menepikan mobilnya di pinggir jalan yang lumayan sepi.

"Ada apa? Kamu sakit, Za?" Abi bertanya kepada Zahra sembari menggengam tangan Zahra yang sangat dingin.

"A... Aku, gak pa-pa kok," balas Zahra berusaha bersikap setenang mungkin.

"Bener?"

"Iya," Abi kembali menjalankan mobilnya, sementara sebelah tanganya memegang erat tangan Zahra.

Setelah 20 menit perjalanan mereka sampai ke tempat tujuan.

"Wah, pantainya indah banget, Bi," Zahra terus mengedarkan pandangannya ke arah pantai, yah mereka berdua pergi ke pantai.

Tanpa Zahra sadari, Abi sedari tadi memperhatikan dirinya, saat Zahra menoleh ke arah Abi sontak saja pandangan mereka bertemu. Abi berjalan mendekati Zahra kemudian melingkarkan tanganya ke pinggang Zahra sembari menatapnya intens.

"Gimana pantainya suka gak?" tanya Abi kepada Zahra. Zahra tersenyum kemudian menganggukkan kepalanya.

"Suka kok. Makasi yah buat semua kenangan indah ini, Bi," zahra berusaha menetralkan suaranya agar tidak terdengar seperti orang yang akan menangis.

"Kita bakalan buat kenangan indah berdua, bukan hanya saat ini tapi selamanya, Za," ucap Abi kepada Zahra.

"Kalau kita gak bisa sama-sama terus gimana, Bi?"

"Kamu kok ngomong gitu sih," omel Abi kepada Zahra.

"Aku cuman mau tanya, Bi."

"Kalau kita gak bisa sama-sama terus, kamu bisa kok datang ke sini buat lepasin rindu kamu," Abi berucap dengan lembut.

"Aku harap kamu bakal nerima aku apa adanya, Bi?" tanpa sadar air mata Zahra mengalir. Abi tersenyum kemudian mengangguk.

"Aku bakal nerima kamu apa adanya, Za."

Zahra tak kuasa lagi menahan air matanya, ia memeluk Abi erat terisak di pelukan Abi. Zahra sangat takut Abi tidak menerimanya tapi setelah mendengar jawaban dari pertanyaannya Zahra berjanji dalam hati secepatnya ia akan memberi tahu Abi tentang kehamilanya.

mereka berdua berpelukan, tanpa mereka sadari Karel berdiri tak jauh dari mereka. Ia melihat dan mendengar semuanya tersenyum singkat kemudian melangkah menjauh pergi dari tempat itu.
------
Seminggu sudah berlalu sejak kejadian di pantai, Zahra dan Abi setiap hari semakin akrab. Abi juga tak sungkan membantu pekerjaan Zahra.

"Ternyata capek juga yah," keluh Abi kepada Zahra yang sedang mengelap meja.

Abi memaksa Zahra agar ia diizinkan mengepel lantai, setelah Zahra mengizinkannya Abi malah terus mengeluh.

"Kamu cuman belum terbiasa aja kok, Bi," ucap Zahra dengan senyum manisnya.

"Maaf yah."

"Maaf untuk apa, Bi?" tanya Zahra kepada Abi yang sedang menatap dirinya.

"Karena udah membuat kamu ngerjain semuanya sendiri, coba aja kalau aku gak pecat pembantunya mungkin kamu gak bakalan capek."

Zahra tersenyum menatap lekat wajah Abi yang terlihat bersalah.

"Gak pa-pa kok, aku juga senang ngerjainya."

Mereka mengerjakan pekerjaan rumah bersama.

Sudah beberapa hari ini Abi izin dari kantor, alasanya ingin kerja di rumah saja.
-----
Sementara disisi lain seorang wanita sedang mengobrol serius dengan seorang pria di hadapanya.

"Gimana lo setuju gak sama rencana gue?" ucap wanita itu.

"Gimana caranya?" tanya pria yang berada di hadapan Mila, yah wanita itu adalah Mila.

"Gue bakal kasih tahu lo nanti," balasnya pada pria itu. Pria itu hanya menganggu kemudian berdiri dari duduknya.

"Gue tunggu secepatnya."

Mila menatap punggu pria yang mulai menjauh itu kemudian tersenyum sinis.

"Lo lihat aja gue bakal buat Abi benci banget sama lo, Zahra!"

ABIZHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang