Bab 32

2.9K 88 0
                                    


[Author: Sampai kapan mau jadi secret admirer?? Mendingan kita bulyy Abi sama Zuan bareng-bareng 😊😅.
Dan buat yang belum like, buruan like. kalau gak tahu caranya noh yang ada bintang di teken. BURUAN👇😂
Buat Readers kesayangan Author terus ikutin kselanjutan ceritanya yah yah yah 😁]

Heppy Reading 💕

Zahra sama sekali tidak berniat untuk membalas pelukan Abi, setelah apa yang Abi lakukan ia sama sekali tidak akan pernah bisa di percaya lagi.

"Hiks hiks hiks," Zahra masih menangis.

"Sttt, jangan dipikirkan lagi," ia berusaha menenangka Zahra dengan kata-katanya.

Mendengar perkataan Abi, Zahra melepas pelukan itu secara paksa dan menatap Abi dengan kemarahan yang sudah di ubun-ubun. Bagaimana bisa laki-laki ini berucap seperti itu padanya, batin Zahra tak habis pikir.

"Jangan ikut campur!" nada suara yang tadinya lemah sekarang sudah menjadi tegas dan lantang.

Abi menghela nafas sebentar kemudian menatap Zahra lekat. 'Kau salah paham' pikir Abi.

"Maksu...."

"Keluar!" belum sempat Abi menjelaskan maksut dari perkataannya barusan, tetapi Zahra sudah mengusir dirinya ke luar.

Demi apa, Abi sama sekali tidak bermaksud apa-apa berbicara seperti itu. Lalu kenapa Zahra sangat marah seperti ini. Sungguh ini pertama kali dirinya melihat Zahra yang dulu sangat mudah tersenyum dan penyabar kini sedang marah-marah.

Ah, ini sungguh menyebalkan.

Karena merasa di usir Abi memilih pergi saja meninggalkan Zahra sendiri.

Saat ia sudah berada di luar pandangannya langsung tertuju pada Zuan yang sedang menatapnya dalam. 'Cih, manusia gak tahu diri'. Batin Abi. Tanpa berpamitan terlebih dahulu ia pergi begitu saja dari hadapan Zuan dan yang lain. Mood nya sudah sangat buruk karena pengusiran Zahra barusan.

Abi melajukan mobilnya dengan sedikit ugal-ugalan, untung saja jalan memang sedang terlihat sepi.

'Ciiiiiiiittt'

Suara decit ban mobil yang bergeseran dengan aspal sungguh terdengar nyaring, Abi sengaja memberhentikan mobilnya di dekat taman.

"Apa-apaan sih!"

"Kenapa juga gue harus khawatir coba?"

"Aghrrrr, stop mikirin Zahra!"

Setelah memaki-maki dirinya sendiri Abi kembali melajuhkan mobilnya melewati jalan panjang menuju rumahnya.

Saat sampai di rumahnya Abi menatap sekelilingnya, jika dulu Zahra suka menunggu dirinya pulang sembari menonton tv makan sekarang tidak ada lagi, di sini sepi bahkan sangat sepi. Abi memang mempunyai pembantu dan supir pribadi tapi mereka berdua sudah pulang karena jadwal mereka hanya sampai jam tujuh malam.

Abi segera berjalan menuju kamarnya, ia memutuskan untuk mandi baru setelah itu ia makan. Sungguh suasana saat ini la yang sangat Abi benci. 'Sepi banget' pikirnya.

(~_^)

"Lo, mau kemana?" tanya Zia dengan ketus saat Zuan akan membuka pintu kamar rawatnya Zahra.

"Apalagi, ya nemuin calon bini la," jawab Zuan dengan santai.

"Enak aja. GAK BOLEH!"

"Bodoh amat."

"Ihhhhh, gue gak bakalan izinin!"

Tanpa berpikir dua kali Zuan langsung saja masuk ke dalam, meninggalkan Zia yang sedang marah-marah. Apa pedulinya, biarkan saja Zia marah yang penting ia bisa menemui Zahra sekarang.

Zahra yang sedang duduk bersender di kasurnya sontak saja menoleh ke arah Zuan yang tersenyum manis ke arahnya. Zahra memang sudah sedikit tenang saat ini, tapi wajahnya jelas menunjukkan bahwa ia baru saja menangis. Bahkan bekas air matanya masih tersisah di pipinya.

"Hay," sapa Zuan hangat.

Zahra hanya menggangguk tidak berniat balas menyapa Zuan, ia mengalihkan pandangannya ke arah jam dinding dan memperhatikan detik-detik yang di tunjukkan oleh jarum jam tersebuat dengan tatapan kosongnya.

Sementara Zuan yang hanya mendapatkan respon singkat dari Zahra hanya bisa bersabar. Mereka berdua terdiam menciptakan kesunyian di antara di ruangan yang sepi itu. Zuan tidak tahu harus memulai dari mana sedangkan Zahra ia masih sibuk berkelana dengan pemikirannya sendiri.

"Udah makan?" tanya Zuan pelan.

"Udah."

Setelah percakapan singkat itu keheningan kembali menyelimuti mereka. Zuan sendiri juga tidak tahu harus berbicara atau bertanya apa lagi kepada Zahra, ia sangat jarang sekali berdekatan dengan mahluk yang bernama wanita ini. Karena ia sangat sibuk dengan pekerjaannya, bahkan ini kedua kalinya Zuan jatuh cinta. Bukannya tidak ada yang mendekati dirinya tapi karena sikap dinggin dan arogannya semua wanita yang berada di dekatnya hanya mampu menyimpan kekaguman mereka dalam diam.

'Cklek'

"Ngapain masih di sini, keluar, Lo!" teriak Zia yang baru saja masuk.

Zahra mengerutkan keningnya, ia merasa heran dengan sikap Zia kenapa juga sahabatnya itu terlihat sangat tidak suka dengan kehadiran zuan.

"Gak mau."

"PERGIIIIII!" Zia sudah kehilangan kesabarannya, ia menarik paksa Zuan agar lelaki itu segera berjalan pergi dari sini.

"Lepas!" tegas Zuan, ia menatap Zia dengan tatapan dingginnya.

"Jangan harap karena cewek gue bakalan bersikap baik sama, Lo," suara Zuan saat mengucapkan kata-kata itu sukses membuat nyali Zia yang berapi-api seketika padam. Nyalinya ciut saat melihat tatapan Zuan yang begitu mengintimidasi dirinya.

Zuan menghempaskan cekalan Zia di tangannya kemudian beralih menatap Zahra yang sedang menunjukkan wajah bingungnya.

"Za, aku pulang dulu ya," Zuan mengusap pelan kepala Zahra, ia menatap rambut hitam panjang milik wanita itu. setelah berbuat seperti itu tanpa melihat ke arah Zia yang sedang menunduk takut Zuan langsung pergi dari rumah sakit itu.

Walaupun masih tidak mengerti situasi Zahra berusaha untuk tidak peduli, ia kembali menyandarkan tubuhnya. Sungguh ini sangat melelahkan. Saat ia sedang melamun tiba-tiba ada yang memeluknya dari samping. Zahra tahu itu Zia tapi ya sudahlah Zahra tidak mau peduli, ia masih marah karena Zia karena tidak jujur kepadanya.

"Za, maaf ya. Aku juga terpukul atas kejadian yang menimpa kamu," dari suara Zia, Zahra tahu sahabatnya itu sedang menangis.

Zahra memilih mengesampingkan amarahnya, ia membalas pelukan Zia dengan erat. Zahra menumpahkan semua amarah dan rasa sedihnya kepada Zia. Ia bercerita banyak hal dalam pelukan itu mencoba untuk menghilangkan rasa sakitnya.

......

ABIZHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang