•Author POVAbi terus mengikuti mobil Karel dengan jarak yang cukup jauh, agar Karel tidak curiga padannya. Entah Karel akan membawa Zahra pergi ke mana, Abi juga tidak tahu.
Abi tidak tahu mengapa ia melakukan ini, yang pasti dia harus seperti ini untuk sekarang.
Setelah beberapa saat barulah mobil yang di kendarai berhenti di sebuah rumah, Rumah itu sangat sederhana.
Abi kira mereka akan berhenti di depan rumah Ayahnya Zahra, tapi ternyata tidak. Lalu ini rumah siapa, apa ini punya sih Karel, pikir Abi.
Karel memberhentikan mobilnya dan membantu Zahra ke luar kemudian membawannya masuk ke dalam rumah.
Abi yang melihat Karel menggendong Zahra langsung ke luar dari mobil dan menghampiri Zahra dan Karel.
"Lepasin enggak!" dengan Kasar Abi merebut Zahra dari Karel
Karel yang merasa terkejut dengan keberadaan Abi hanya bisa diam saat Zahra di ambil ia terkejut.
"Abi, kok kamu ada disini?" tanya Zahra pada Abi, pasalnya ia juga merasa kaget sama seperti Karel.
"Udah diem," jawab Abi, ia berlalu dari hadapan Karel yang menatapnya bertanya-tanya.
Karel yang melihat Zahra dan Abi pergi teringat sesuatu.
"Dia yang mukulin gue waktu di pesta," gumam Karel, "ah sudahlah mending gue mikirin kesehatan Zahra aja.
Karel berjalan dengan santai ke arah rumah Zia, rumah itu terlihat sepi kemana Zia pergi, pikir Karel.
"Udah, turunin aku di kursi itu, Bi," tunjuk Zahra ke salah satu kursi yang berada di teras rumah Zia. Rumahnya memang sederhana tapi di sini lengkap walaupun bukan barang yang berkelas.
Abi menuruti perkataan Zahra dan mendudukannya, ia juga ikut duduk di samping Zahra. Sementara Karel mengetuk-ngetuk rumah Zia tapi tidak kunjung di buka. Rumah ini seperti tidak berpenghuni.
Zahra yang melihat Karel seperti kebingungan memutuskan untuk bertanya kepadannya.
"Ada apa, Rel?" tanya Zahra.
"Zia, kemana yah kok kayak enggak di rumaha yah," timpal Karel, menjawab pertanyaan Zahra.
Abi hanya diam, ia sama sekali tidak tahu siapa itu Zia dan rumah siapa ini. Kenapa Zahra tidak tinggal di rumah orang tuanya saja, pikir Abi.
"Yaudah, tungguin dulu aja, Rel," setelah mendengar penuturan Zahra Karel berjalan mendekatinya dan duduk di hadapan Zahra.
Sementara Zahra berusaha berpikir kira-kira kemana Zia pergi, biasanya dia sudah pulang jam segini apa lagi ini sudah malam.
"Lo tinggal di sini?" tanya Abi, ia masih tidak percaya Zahra akan tinggal di sini.
"Iyalah," ketus Karel menjawab pertanyaan Abi.
"Gue, enggak nanya sama, Lo," Balas Abi tidak mau kalah.
Zahra yang melihat mereka berdua sepertinya akan berdebat memilih untuk membahas soal Zia.
"Rel, kok dia enggak di rumah yah?" tutur Zahra, dia sungguh khawatir dengan keadaan sahabatnya itu, entah di mana Zia sekarang.
Karel hanya menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Zahra, ia juga tidak tahu sekarang Zia peegi ke mana.
Abi memperhatikan Zahra lekat, perutnya sudah terlihat walau tidak begitu besar. Hatinya menghangat melihat Zahra sedang hamil seperti ini, bibirnya tersenyum senang. Tapi tidak berselang lama Abi kembali menormalkan perasaannya. Saat menyadari bahwa itu bukanlah anaknya.
"Lo, kamu udah pulang, Za?" tanya Zia kepada Zahra, kemudian menghampirinya.
Zahra mengalihkan pandangannya ke arah sahabatnya yang baru pulang itu. Kemudian merentangkan kedua tangannya.
"Zia," ucap Zahra.
Mereka berdua berpelukan, Zia tidak menyangka Zahra akan pulang secepat ini, padahal besok Zia berencana untuk menjenguknya.
Sementara Karel dan Abi hanya diam membiarkan kedua orang itu berbicara dulu.
"Kamu kenapa udah pulang?" tutur Zia meminta penjelasan. Zahra yang ingin menjelaskan alasannya pulang kepada Zia harus tertunda saat seseorang memotong perkataannya.
"Zia, tas kamu ketinggalan," Semua orang yang berada di sana menolehkan pandangannya ke arah Fatah yang baru saja memasuki pagar rumah.
Zahra sangat kaget melihat Fatah berada di sini, sama seperti Fatah yang juga terkejut melihat Zahra.
"Oh iya," ucap Zia kemudian berjalan mendekati Fatah untuk mengambil tasnya.
Setelah memberikan tas Zia, Fatah berjalan mendekati Zahra kemudia memeluknya erat. Zahra juga membalas pelukan dari Fatah sama eratnya.
Semua orang di sana terkejut melihat peristiwa itu, tidak terkecuali Abi sendiri.
Abi mengepalkan kedua tangannya berusaha menetralkan emosinya yang sebentar lagi akan meledak. Ah tapi Abi tidak bisa menahannya lagi.
Abi menghampiri Zahra dan Fatah kemudian memisahkan mereka berdua dan merangkul Zahra erat ke pelukannya.
"Mine," ucap Abi lantang.
Zahra sangat kaget sekaligus bahagia mendengar ucapan Abi barusan, apakah ini pertanda Abi sudah memaafkan dirinya, semoga saja pikir Zahra dalam hati.
"Dia sahabatku," tutur Fatah. Pasalnya ia sangat merindukan Zahra, sejak pertemuan singkat itu dia tidak pernah melihat Zahra lagi.
"Dia istriku," timpal Abi tidak mau kalah.
Sementara Karel hanya berdecak sinis mendengar perkataan Abi barusan.
"Aku tahu," jawab Fatah santai. Kemudian berjalan ke Arah Zia dan merangkulnnya sembari tesenyum.
.......

KAMU SEDANG MEMBACA
ABIZHA [END]
ChickLitBuruan baca part nya udah lengkap!!!!! 😀 #Dilarang plagiat #Tinggalkan jejak Ini kisah hidup dimana seorang gadis harus hidup menderita dan terbebani, semua orang membencinya bahkan jijik kepada dirinya termasuk keluarganya karna dia hamil diluar...