PROLOG

9.9K 822 12
                                    







400 years ago


Seorang pemburu dengan rambut yang sudah memutih dan kulit keriput berjalan melintasi tanaman liar. Menuju tempat dimana ia akan menghabisi musuh alami nya, iblis. Malam ini bulannya berwarna merah, dan angin bersemilir seperti biasa.

Haori merah berkibar seiring angin berhembus melewati celah Haorinya saat ia berjalan. Sampailah ia disini, di hadapan iblis bermata enam yang siap membunuhnya kapan saja. Pipi pemburu sepuh itu tiba-tiba basah oleh air matanya sendiri, dengan suara parau itu ia berkata..

" Aku merasa kasihan padamu.. kakak.. "

Iblis itu menghiraukan perkataannya. Iblis itu tidak marah. Melainkan saat pemburu sepuh itu menangis, ada rasa tertahan didalam dirinya. Iblis itu bingung dengan kegelisahan yang tak terduga.

Tiba - tiba, pria yang sudah tua dan sudah melewati kondisi puncaknya, menghilangkan emosi aneh miliknya, menurut iblis itu sendiri.

Dan dalam sekejap, iblis itu merasa ada yang menekan batu di kedua pundaknya. Dan juga tekanan udara yang meningkat seiring pemburu tua itu mengeluarkan aura intimidasi. Pemburu tua itu tidak memberi sedikit pun celah terhadap kuda-kudanya.

" Bersiaplah... "

Pria itu mulai menggunakan teknik pernafasannya, dan sekejap leher iblis itu hampir saja terpisah dari tubuhnya. Iblis itu pun mulai panik, bagaimana pemburu iblis itu masih sama kuat dengan saat-saat kondisinya masih prima ?

Namun sialnya, iblis memiliki kekuatan regenerasi dan lehernya mulai menyatu kembali. Iblis itu geram sekali. Yang ada dipikiran iblis itu adalah, jika pria sepuh ini mengambil satu pernafasan lagi pasti ia akan kalah.

Tetapi, apalah nasib tubuh yang sudah rapuh itu. Stamina pemburu sepuh itu langsung menurun dan ia terdiam. Iblis itu menggunakan celah tersebut untuk menyerangnya.


Tubuh tua itu terkena ayunan kuat dari pedang lawan, yang tidak lain adalah saudara kembarnya sendiri. Dan tubuh itu terbelah menjadi dua. Saudara kembarnya yang sudah menjadi bagian dari kaum iblis itu membunuh saudara kembar sendiri, dengan rasa kebencian yang sudah memuncak.

Iblis berdarah dingin itu mendekati saudara kembarnya yang sudah begelinang darah. Dan disaat itu juga, keluar air dari enam matanya. Entah tidak tahu apa yang membuatnya menangis seperti ini.

Didetik sebelum ia menghembuskan nafas terakhir, saudara kembarnya yang akan di jemput maut itu pun mengatakan kata terakhirnya. Sayang sekali, si iblis bermata enam itu sudah pergi meninggalkannya untuk terakhir. Rasa iri sudah menguasai hatinya dan ia telah membuang kemanusiaannya.


Saat matahari telah terbit, terlihat seorang wanita dari arah hutan berlari sekencang mungkin menghampiri tubuh yang sudah tak bernyawa itu. Matanya membelalak tidak karuan, kesedihan melandai nya. Ia tidak bisa menerima ini.

Adik kesayangannya, sudah bergelinang di atas darahnya sendiri. Pemburu sepuh itu sudah meniggalkannya tuk selama-lamanya. Mata wanita itu berkaca-kaca, dan sedetik kemudian air mata itu sudah tidak bisa di bendung.

Jatuh perlahan dari kantung mata. Wanita itu mulai menangis seperti orang gila. Memeluk jasad tak bernyawa adiknya se-erat mungkin.

Di dalam hati wanita itu sudah tersemat ambisi yang harus di lakukan sebelum ia mati. Dengan kutukan dari jurus pernafasannya sendiri, itu sudah menjadi kesempatan emas baginya.

Entah keajaiban dari mana tubuh nya tidak pernah menua semenjak ia pergi meninggalkan kedua adik kembarnya.


Dengan tubuh abadi miliknya, ia berambisi untuk menyelesaikan konflik di antara kedua adik kembarnya.. bagaimana pun caranya, serta membunuh induk dari para iblis..

































TBC

BETWEEN THE SUN AND MOON - Kimetsu no Yaiba x OC -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang