9. Luka terdalam

2.9K 154 34
                                    

{Versi baru}

Assalamu'alaikum...

Jangan lupa tadarusnya dulu ya, baca cerita Rain bisa di waktu luang🙂

Selamat membaca❤
.
.
.
.

_______________

Pagi pagi sekali, jasad Abi Raina sudah berada di rumah dan siap untuk di makamkan.

Raina menuruni tangga di papah oleh Raihan, karena sejak tadi Raina merasa pening pada kepalanya akibat menangis seharian, bibirnya juga terlihat lebih pucat.

"Kamu yakin dek mau ikut ke pemakaman?" Tanya Raihan meyakinkan, ia tidak pasti Raina akan kuat melihat Abinya di makamkan.

"Iya bang, Rain yakin, Rain pengen nganter Abi ke peristirahatan terakhirnya." Jawab Raina dengan suara parau.

"Assalamu'alaikum..." salam seseorang yang baru saja memasuki rumah Raina. Menampakan wanita bercadar dengan seorang pria di sampingnya yang menghampiri Ummi Raina dengan menangis.

"Wa'alaikumsalam.."

"Mbak!" Wanita itu menubruk tubuh Ummi Raina dan menangis.

"Kenapa mbak gak bilang kalo abang punya penyakit jantung?" Wanita itu melepas pelukannya dan menatap Ummi Raina.

"Maaf Adiba, mbak terpaksa merahasiakan ini dari kamu, semua atas permintaan abang kamu, maafin mbak ya Diba." Ucap Ummi Raina merasa bersalah. Adiba adalah adik dari Abinya Raina, setelah menikah Adiba memang tidak tinggal di Jakarta, tapi ia tinggal di tempat kelahirannya yaitu Aceh. Ia baru saja mendapat kabar buruk ini kemarin dan langsung memesan tiket penerbangan ke Jakarta.

Setelah mengharu biru sebentar, baru lah mereka mengantarkan pak Abdad ke tempat per istirahatan terakhirnya.

_________

Raina menghempaskan tubuhnya ke kasur, ia begitu lelah, lelah menangis. Tangannya terulur untuk membuka laci dan mengambil sebuah album di sana.

Lembar demi lembar Raina membuka isi album itu, begitu banyak kenangan di sana, mulai dari ia kecil hingga beranjak dewasa, Abi Raina sama sekali tidak melewatkan sedikit pun untuk memotret perkembangannya dulu. Tapi sekarang, super hero Raina sudah tiada, dan ia harus ikhlas akan itu.

"Raina? Sayang?" Raina menoleh dan dengan refleks ia menutup album itu, ia mengusap air matanya dan berusaha tersenyum ke arah tantenya.

"Tante? masuk saja," Raina mempersilahkan tantenya untuk masuk.

"Sedang apa?" Tanya Adiba kepada keponakannya itu dan ikut duduk di samping Raina.

"Tidak kok tante, Rain hanya melihat lihat album ini." Adiba memangut mamgut mengerti, ia mengusap pundak Raina lembut.

"Dulu Abi kamu pernah bilang, kalo dia pengen dapet ponakan dari tante, tapi sebelum sempat Abi kamu dapat, dia lebih dulu di panggil sang Illahi." Adiba tersenyum kecut di balik cadarnya, ia seakan gagal menjadi adik, di saat pak Abdad memghembuskan nafas terakhirnya, ia tidak ada di samping Kakaknya itu.

Adiba adalah adik satu satunya dari Pak Abdad, memang umur mereka terpaut cukup jauh, dan Adiba sudah menikah tapi belum di beri keturunan, hampir lima tahun ia bersabar untuk menanti anak di tengah tengah keluarga kecilnya.

"Sudah ya Tan, jangan merasa bersalah, Rain tahu ini berat untuk tante, untuk kita semua, tapi kita harus ikhlas demi kebahagiaan Abi di sana, di sisi Allah." Raina tersenyum ke arah Adiba, ia memeluk hangat tantenya itu, menyalurkan kebahagiaan, agar mereka bisa sama sama kuat dengan kenyataan ini.

Sebening Cinta Raina (NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang