44. End

4K 161 63
                                    

Udah ya lunas aku up sekarang wkwk, jangan lupa vote dan komen.

Selamat membaca
.
.
.
_________

Hamdan turun dari mobil nya, rumahnya terlihat sepi bahkan pintunya di kunci, untung saja Hamdan membawa kunci cadangan, jadi dia masih bisa masuk.

"Tumben Raina kunci pintu nya." Gumam Hamdan sedikit heran.

"Raina?" Panggil Hamdan karena rumah itu benar benar terasa sepi.

"Sayang, kamu dimana? Raina?" Hamdan masih berusaha untuk memanggil Raina, tapi tidak ada sahutan.

"Mungkin di kamar." Tanpa berfikir panjang, Hamdan berlari menuju kamar.

"Na?" Hamdan membuka pintu kamar tapi tidak ada siapa siapa, ia melihat kamar itu kosong dan ada sebuah surat di tinggalkan di atas nakas, Hamdan mengambilnya.

Aku pamit untuk sementara waktu, atau mungkin lebih, aku gak tau harus bagaimana menjalani ini semua, rasanya benar benar lelah disaat aku terus mengingat masa lalu ku dan kamu menjauhi ku karena itu. Aku harap kamu selalu bahagia mas, walaupun tanpa aku.

Tertanda,
Raina.

Hamdan diam mematung setelah berhasil membaca tulisan tangan itu, hati nya mencelos, kenapa dia selalu mengulangi kesalahan yang sama hingga membuat Raina selalu tersakiti. 

Pandangan Hamdan kembali teralihkan saat melihat amplop yang di simpan tepat di bawah surat tadi, dia mengambilnya dan membuka isi amplop tersebut.

Hamdan kembali di buat terkejut dengan isi tulisannya, "Raina.. Dia positif hamil?" Lirih nya tidak menyangka, jadi kemarin Raina pingsan bukan karena kecapean? Tapi karena dia hamil? Pikir Hamdan.

Tanpa berlama lama lagi, Hamdan berlari keluar rumah dan menghidupkan mesin mobilnya, dia akan mencari Raina sebelum terlambat.

Di tengah kegelisahan nya, ponsel Hamdan bergetar, dia melihat sang penelpon sebelum menggunakan earphone.

"Halo Han? Ada apa?"

"Lo di mana sekarang?" Farhan malah balik bertanya.

"Gue lagi di jalan, gue mau nyari Raina, dia pergi dari rumah." Ucap Hamdan terdengar sangat khawatir, matanya fokus berkendara.

"Lo sebaiknya ke bandara sekarang, tadi Nasya bilang kalo Raina ada di bandara, dia mau terbang ke Aceh tempat tante nya tinggal."

"Penerbangan nya kapan?" Tanya Hamdan.

"Sekitar 20 menit lagi, lo cepetan ya!"

Sambungannya terputus, Hamdan segera menaikan kecepatan mobilnya menuju bandara.  Sepanjang jalan, dia berusaha untuk menghubungi Raina, tapi nihil ponsel istri nya tidak aktif sama sekali, ia semakin gelisah dan khawatir.

"Ya Allah...aku mohon, untuk kali ini, jangan biarkan dia pergi dulu"

_______

"Na, Kamu beneran mau ke Aceh? Kamu yakin?" Ucap Nasya yang menemani Raina ke bandara, Raina hanya berani bicara kepada Nasya soal ini, Ummi, Raihan dan lainnya tidak mengetahui, ia yakin jika ia memberi tahu mereka, pasti mereka akan melarangnya.

"Aku yakin sya, aku udah capek di sini, belum tentu juga Devan akan berhenti mengganggu ku kalo aku terus di sini kan? Setidaknya aku mau menenangkan pikiran aku dulu." Raina menatap Nasya sendu.

"Tapi kamu lagi hamil, aku khawatir kalo kamu pergi sendiri ke sana Na. Apalagi kamu belum dapat izin dari suami kamu," Nasya masih berusaha untuk membujuk Raina agar tidak pergi, ia sangat khawatir kepada sahabatnya itu, apalagi sekarang kondisinya sedang tidak baik baik saja.

Sebening Cinta Raina (NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang