13. Obsesi

2.4K 168 54
                                    

⚠W A R N I N G⚠

"Jangan lupa tinggalkan jejak. Jangan jadi silent readers, lagi pula apa untungnya buat kalian? Hargailah author dengan vote dan komen. Terimakasih."

Selamat membaca❤
.
.
.
__________

Safa memijit pelipisnya yang terasa sakit, sudah beberapa hari ini ia selalu merasakan sakit di kepalanya. Mungkin karena terlalu banyak hal yang ia pikirkan, sehingga sering kali ia tidak fokus saat bekerja atau selalu merasakan sakit di bagian kepalanya.

"Safa makan siang yuk! Aku yang traktir deh!" Ajak Maura.

Safa tidak menggubris, ia masih setia menundukkan kepalanya, rasa sakit itu semakin menjadi hingga penglihatannya memburam seketika.

"Eh, Safa!!!" Pekik Maura kaget saat badan Safa ambruk ke lantai, tidak sadarkan diri.

"Eh tolongin dong!! Jangan di liatin aja!!" Ucap Maura kesal karena tidak ada yang mau membantunya, mereka yang ada di sekitar kejadian hanya diam tak berkutik melihat Safa yang pingsan.

Tersadar karena teguran Maura, mereka lantas membantu Maura untuk memindahkan Safa ke tempat yang lebih aman dan nyaman sebelum meminta izin untuk membawanya ke rumah sakit terdekat.

"Dari tadi kek di bantuin! Malah diem aja!!" Gerutu Maura kesal.

"Ya maaf Ra, tadi seketika otak kami ngelag liat Safa pingsan." Ucap salah satu teman Maura. Bisa bisanya otak mereka berhenti bekerja saat melihat orang pingsan! pikir Maura.

"Safa? Bangun Saf." Maura menepuk nepuk pipi Safa pelan, berharap jika sahabatnya itu masih bisa merespon.

"Gimana Dev? Safa boleh di bawa ke rumah sakit?" Tanya Maura saat salah satu temannya menghampirinya setelah meminta izin kepada atasan mereka untuk membawa Safa ke rumah sakit terdekat, karena Safa tak kunjung bangun dari pingsannya.

"Boleh kok, mending sekarang lo cepet bawa Safa ke rumah sakit, takut ada apa apa, gue udah pesenin taxi tadi." Ucap Deva, Maura mengangguk dan segera membopong Safa di bantu oleh teman perempuannya yang lain.

_________

Karena merasa penat setelah setengah hari bekerja, Hamdan berinisiatif untuk makan siang terlebih dulu sebelum melanjutkan pekerjaannya lagi.

Ia keluar dari ruangannya, tapi tidak sengaja Hamdan berpapasan dengan karyawan yang ada di staf bawah, samar sama ia mendengar nama Safa di sebutkan.

"Kasian ya, kayaknya dia kecapean banget sampai pingsan tadi." Ucap salah satu perempuan.

Hamdan mengernyit, "pingsan? Safa pingsan?" Gumamnya.

"Sebentar, apa ada karyawan yang pingsan?" Tanya Hamdan kepada karyawannya itu.

"Eh? I-iya pak, dia sudah di bawa ke rumah sakit terdekat, rumah sakit mutiara medika." Jawab orang itu sedikit gugup, Hamdan mengangguk dan berterimakasih, ia segera menyusul Safa ke rumah sakit.

Tanpa Hamdan sadari jika sedari tadi ada Farhan yang tidak sengaja mendengar percakapannya dengan karyawan itu, ia tidak habis pikir jika Hamdan memang benar benar masih peduli dengan Safa. Apa ia tidak memikirkan perasaan Raina sebagai istrinya? Bagaimana jika Raina tahu bahwa Hamdan belum bisa melupakan Safa? Pasti ia sangat terluka, pikir Farhan.

"Mana mungkin gue tega liat Raina tersakiti? Gue harus bicara dengan Hamdan!" Batinnya kesal, karena tidak mau berlama lama lagi, akhirnya Farhan mengikuti arah mobil Hamdan menuju rumah sakit.

Sebening Cinta Raina (NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang