6. Perjodohan ✔

2.8K 157 16
                                    

{Sudah Revisi, Versi baru}

.
.
.
.
________________

Karena hari semakin sore, Raina dan lainnya memutuskan untuk pulang setelah acara syukuran di panti selesai. Hari ini begitu menyenangkan bagi mereka tapi tidak untuk Raina yang berkali kali harus menahan rasa sakit di dadanya melihat kebersamaan Safa dan Hamdan.

Entahlah, tidak seharusnya Raina merasakan hal itu. Namun, apa boleh buat, ia tidak bisa menahannya.

"Dadah Ummi, Abi, nanti kalian ke sini lagi ya?" Ucap Afifah kepada Raina dan Farhan.

"Siap komandan, Abi sama Ummi pamit dulu ya," timpal Farhan seraya menolehkan kepalanya kearah Raina, menggoda.

"Kak!!!" Geram Raina yang sedikit jengkel dengan godaan Farhan. Tapi, lelaki itu malah cekikikan.

"Cieee cieeee, Ummi, Abi." Maura terkekeh setelah berhasil menggoda Raina.

Berbeda dengan Raina yang malah menjadi risih jika di goda seperti itu. Jujur, dia paling tidak suka ada dalam situasi seperti ini, Raina hanya menganggap Farhan seperti kakaknya tapi berbeda dengan orang lain yang menganggap mereka lebih dari sekedar teman.

"Udah udah, kasian pipi adik gue nanti jadi tomat, udah bulet, merah lagi, kan makin emes." Bukannya membela sang adik, Raihan malah ikut ikutan menggoda seraya mencubit pipi tembam Raina.

"Ish abang," desis Raina seraya menepis kasar tangan Raihan dari pipi kesayangannya.

Dengan wajah di tekuk, Raina memilih untuk bergegas memasuki mobil. Mood nya benar benar hancur hari ini, ia benar benar lelah, tapi mereka sama sekali tidak mau mengerti.

________

"Apa benar Kak Farhan menyukai Rain?" Raina menghembuskan nafasnya berat seraya merebahkan badannya yang terasa lelah.

"Kalau benar gimana? Akh...Ya Allah, Rain sama sekali gak menaruh hati kepada Kak Farhan," monolog Raina gusar. Ia menutup wajahnya menggunakan selimut.

Tok tok tok

Pintu kamar Raina terbuka tanpa izin dari pemilik. Siapa lagi jika bukan abang kesayangannya.

"Ish abang! Buka pintu itu izin dulu, jangan sembarangan masuk!!" Gerutu Raina seraya mendudukan dirinya.

"Kan udah ketuk pintu," Raihan menyengir tanpa dosa.

"Mau ngapain coba kesini? Rain mau tidur, cape." Bukannya menjawab, Raihan memilih untuk duduk di sisi ranjang Raina.

"Abang tahu kamu gak bisa tidur gara gara mikirin ucapan Nasya tadi, Nasya itu bener loh dek, kayaknya emang Farhan cinta sama kamu," ucap Raihan, mengingat ngingat perkataan Nasya sewaktu di mobil tadi.

Raina mulai berfikir dan kembali mengingat ucapan Nasya tadi sore.

Flashback on.

Nasya sedikit memicingkan matanya, sepanjang perjalanan pulang, Nasya hanya bisa melihat Raina yang berkali kali menghembuskan nafasnya berat, seperti banyak pikiran.

"Na? Kamu gak papa kan? Perasaan dari tadi keliatannya cape banget, ada masalah?" Tanya Nasya.

Raina tersenyum lalu menggeleng, "aku gak papa kok Nas," mulut Raina memang bisa berkata demikian tapi tidak dengan pancaran matanya yang menunjukan bahwa dia sedang tidak baik baik saja.

Sebening Cinta Raina (NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang