⚠W A R N I N G⚠
"Jangan lupa tinggalkan jejak. Jangan jadi silent readers, lagi pula apa untungnya buat kalian? Hargailah author dengan vote dan komen. Terimakasih."Selamat membaca❤
.
.
.
__________Raina mondar mandir tidak jelas sedari tadi, ia sedang menunggu Hamdan, sudah hampir larut malam tapi suaminya itu belum pulang.
"Kok mas Hamdan belum pulang ya? Dia sebenarnya kemana sih?" Gumam Raina, ia menatap miris masakannya yang sudah tersaji di atas meja makan. Pasti sudah dingin, pikirnya.
"Apa mungkin mas Hamdan gak pulang?" Pikiran Raina semakin tidak karuan, ia khawatir, takut terjadi apa apa kepada Hamdan. Bagaimana pun juga Hamdan itu suaminya kan?
Tok tok tok
Bibir Raina tertarik, dengan cepat ia melangkah menuju pintu utama.
"Iya, sebentar." Katanya sedikit berteriak.
"Alhamdulillah, akhirnya mas pulang juga, Rain khawatir terjadi sesuatu sama mas, mas kemana aja?" Sambut Raina saat Hamdan sudah berada di hadapannya. Laki laki itu tidak menggubris, ia melangkahkan kakinya untuk masuk dan meninggalkan Raina.
Hamdan memasuki dapur, ia mengambil segelas air putih dan menegaknya hingga tandas tak tersisa.
"Mas mau makan? Rain sudah siapkan makanannya, tapi sepertinya ini sudah dingin, biar Rain panaskan dulu ya?" Tawar Raina, ia berniat untuk mengambil salah satu piring di meja tapi di cegah oleh Hamdan.
"Tidak perlu, saya sudah makan." Tolak nya tanpa ekspresi. Hamdan berdiri dari duduknya.
"Kalau begitu, mas cobain pie ini ya? Kata Mama, mas suka banget pie cokelat, jadi Rain buatin deh," Tawar Raina lagi yang masih berusaha membujuk Hamdan agar mau memakan masakannya meski sedikit, ia tidak masalah.
"Saya tidak mau." Lagi dan lagi, Hamdan menolaknya dengan dingin.
"Tapi mas, dikitttt aja mau ya?" Raina sedikit mendekatkan piring berisi pie itu ke hadapan Hamdan.
"Saya bilang tidak mau!!!" Bentak Hamdan, ia menepis kasar piring yang ada di tangan Raina sampai pie itu jatuh berantakan ke lantai.
"Astaghfirullahal'azdim," Gumam Raina, ia sedikit terlonjak kaget.
"Saya tidak butuh perhatian dari mu! Jangan urusi, urusan saya! Urus saja hidup mu sendiri, paham?!!" Suara Hamdan meninggi, ia berlalu pergi meninggalkan Raina.
Raina menatap kepergian Hamdan dengan miris, ia mengusap dadanya yang terasa sakit lalu berjongkok untuk membereskan pie yang tumpah itu.
"Astaghfirullahal'azdim," Berkali kali ia melafalkan kalimat itu untuk mengurangi rasa sakit di dadanya, air mata menetes begitu saja.
"Sabar kan lah aku, Ya Allah."
________
Raina berjalan menaiki tangga dengan perasaan sedikit kecewa, ia melewati kamar Hamdan dengan pintu yang terbuka.
"Kamu begitu sempurna, mana mungkin saya melupakan mu Safa?"
Samar samar Raina mendengar suara Hamdan dari dalam kamar, ia sedikit mengintip di balik pintu.
"Saya akan melakukan apapun, agar kita bisa kembali bersatu," Lagi Raina mendengar itu, ia lihat Hamdan sedang memerhatikan sebuah foto.
Hembusan kecil terdengar dari bibir Raina, ia kembali terluka dengan kenyataan di depannya. Hamdan benar benar tidak bisa melupakan Safa, apa harus dia yang mundur dan membiarkan Hamdan menikahi Safa? Apa harus ia melakukan itu demi kebahagiaan Hamdan?
![](https://img.wattpad.com/cover/236861461-288-k576624.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebening Cinta Raina (NEW VERSION)
ActionLengkap. (Revisi ke 2 menyusul) Harap follow akun author sebelum membaca. _________ Aku memang mencintainya, tapi berbeda dengan dirinya yang hanya menganggap ku seperti bencana. Cinta memang tak selamanya indah bukan? Pasti ada ujian yang harus k...