18. Menyerah

4.3K 227 133
                                    

⚠Warning⚠

"Komen yuk, biar rame:)"

Selamat membaca❤
.
.
.
_______

S

etelah sampai di panti, Raina lantas menemui Afifah di kamarnya. Ia menaruh tas di atas nakas dekat tempat tidur Afifah dan duduk di sebelah anak itu.

"Fifah? Kenapa kamu bisa sakit gini sih, nak?" Tanya Raina khawatir persis seperti seorang ibu yang mengkhawatirkan putrinya.

Mata Afifah terbuka karena merasakan ada sentuhan hangat dari seseorang. Ia beberapa kali mengerjapkan penglihatannya yang sedikit buram.

"Ummi?" Lirih nya.

"Iya sayang, ini Ummi." Raina tersenyum hangat ke arah Afifah, gadis itu ikut tersenyum dan langsung memeluk Raina.

"Fifah kangen..." Katanya dan semakin mempererat pelukannya. Raina terkekeh geli, Afifah memang selalu bisa membuatnya gemas.

"Katanya, Fifah gak mau makan? Bener ya?" Raina mengurai pelukannya, ia menatap mata hazel Afifah.

"Fifah gak mau makan kalo gak ada Ummi." Ucap Afifah merajuk, ia mengerucutkan bibirnya beberapa centi.

"Gak boleh gitu dong, Fifah harus makan biar cepat sembuh." Ujar Raina seraya mengusap pipi halus Afifah.

"Tapi pengen di suapin ya?" Lagi-lagi Raina tersenyum lalu mengangguk. Afifah begitu menggemaskan, pikirnya.

Raina bangkit dari duduk nya menuju dapur, ia mengambil beberapa makanan untuk Afifah dan obat obatan. Ia sama sekali tidak keberatan dengan ini, ia pun tidak marah ketika Afifah memanggilnya dengan sebutan 'Ummi' justru Raina terharu dengan panggilan tersebut dan mungkin ia juga akan mendapat panggilan itu dari anak anaknya kelak.

Satu suapan Raina berikan pada gadis di depannya, ia mengacak rambut Afifah, "pinter! Gitu dong harus makan, biar cepet sembuh." Kata Raina membuat Afifah tertawa.

Tapi detik berikutnya, wajahnya Afifah kembali bersedih. Ia menunduk dalam menyembunyikan air matanya.

"Hey? Kenapa?" Tanya Raina dengan lembut, perlahan ia mengangkat dagu Afifah.

"Fifah takut kehilangan Ummi...nanti lusa, ada orang yang mau mengadopsi salah satu dari kita, Fifah takut kalo nanti Fifah yang terpilih." Lirihnya, Raina mulai mengerti, mungkin saja Afifah sakit karena terlalu banyak memikirkan hal itu.

"Hey, jangan nangis dong...harusnya Fifah seneng ada orang yang mau mengadopsi Fifah sebagai anaknya. Jadi, Fifah bakal punya Ummi dan Abi yang sesungguhnya."

Afifah menggeleng keras, ha semakin terisak, "enggak hiks...Fifah pengen Ummi yang jadi Ibunya Fifah! Fifah gak mau di adopsi!!" Ucap Afifah sedikit berteriak, ia semakin mengkencangkan tangisannya.

Raina mendekat dan memeluk tubuh mungil itu, "dengar ini, kalau pun nanti Fifah di adopsi oleh seseorang, Ummi gak bakal lupain Fifah dan Ummi janji bakal jenguk Fifah, kan Fifah sendiri yang bilang kalo dulu Fifah pengen punya keluarga yang lengkap." Tangan Raina mengusap lembut punggung Afifah yang bergetar.

"T-tapi...Fifah takut kalo orang itu gak sayang sama Fifah..."

Raina terdiam, benar, bagaimana jika mereka tidak menyayangi Afifah? Apa ia rela kehilangan Afifah secepat ini?

"Sekarang Fifah makan dulu ya? Nanti kita cari jalan keluarnya, yang terpenting sekarang Fifah harus sehat dulu." Raina mengalihkan topik, ia mengusap air mata Afifah dan kembali menyuapi gadis itu.

Sebening Cinta Raina (NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang