20. Sedikit berbeda

3.6K 201 50
                                    

⚠Warning⚠

"Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen:)"

Selamat membaca❤
.
.
.
_______

Seusai melaksanakan sholat zuhur sebentar, Raina kembali ke ruang inap Hamdan, ini waktunya Hamdan untuk minum obat jadi dengan segera ia kembali ke ruangan itu.

Entah harus ia bahagia atau sedih karena bisa kembali dengan Hamdan, semoga saja kali ini Hamdan mampu membuka hatinya untuk Raina.

Sebelum memasuki ruangan itu, sekelebat Raina melihat Hamdan yang sedang berusaha menyuapkan bubur ke dalam mulutnya karena memang tangan kanan Hamdan belum bisa bergerak dengan normal. Raina lantas memasuki ruangan itu dan membantu suaminya.

"Sini, biar Rain suapin ya?" Kata Raina seraya mengambil alih mangkuk yang ada di hadapan Hamdan.

"Hmm...terimakasih."

Raina mulai menyuapi Hamdan dengan telaten, membuat pria itu sedikit tersentuh dengan perlakuan Raina.

Sepertinya benar kata Mama, gue sudah menyia nyiakan wanita sebaik Raina, tapi gue masih butuh banyak waktu untuk menata kembali semuanya, semoga Raina masih tetap mau bertahan sampai gue bisa menemukan cela untuk mencintainya.

Pandangan mereka tiba tiba bertubrukan, Hamdan memandang mata cantik Raina dengan sendu dan Raina menatap Hamdan dengan tatapan yang sama. Jantung nya berdebar hebat melihat tatapan itu, tatapan yang sebelumnya belum pernah Raina lihat lagi setelah berminggu minggu lamanya.

Beberapa detik tersadar, dengan cepat Raina mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia jadi salah tingkah sendiri.

"Wajah kamu terlihat pucat, apa kamu sakit?" Pertanyaan Hamdan sontak membuat Raina kembali mendongak.

"Eum...e-enggak kok, Rain..cuma gak enak badan." Balas Raina sedikit gugup.

"Kalau begitu, sebaiknya kamu pulang dan istirahat." Ucap Hamdan, Raina lantas menggeleng.

"Rain di sini aja." Kata Raina seraya mengangkat sendok ke arah Hamdan.

"Kamu butuh istirahat, saya--

"Suttt...kalo Rain pulang, siapa yang mau jagain mas? Rain gak papa, lagi pula ini udah mendingan." Potong Raina, ia kembali mengangkat sendok kepada Hamdan sampai bubur itu tak tersisa lagi. Hamdan hanya menghela nafas pasrah dan mengangguk.

"Padahal saya bisa sendiri di sini." Gumam Hamdan yang masih terdengar oleh Raina. Gadis itu menggulum senyum simpul dan memberikan beberapa obat anti nyeri pada Hamdan.

Raina menoleh ke arah handphone nya yang berbunyi, ia meminta izin kepada Hamdan untuk mengangkatnya terlebih dulu.

"Assalamu'alaikum, bu?" Salam Raina pertama yang di jawab oleh seseorang di sebrang sana.

"Raina, Afifah akan di adopsi, dia meminta Ibu untuk menelpon mu, dia ingin ketemu sama kamu."

Deg!!

Badan Raina mematung, ia membulatkan pupil matanya, "d-di adopsi?" Kejut Raina.

"Iya, ada orang yang hari ini datang ke panti, dia ingin mengadopsi salah satu anak di sini, dan Afifah yang terpilih, dia akan mempunyai keluarga yang baru." Jelas Bu panti, membuat Raina semakin syok.

"Astaghfirullahal'adzim...Rain-Rain ke sana sekarang..." Suara Raina melemah, ia mematikan sambungan itu dan kembali memasuki ruang rawat inap Hamdan untuk mengambil tas selempang nya.

Sebening Cinta Raina (NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang