11. Rumah baru ✔

2.6K 158 41
                                    

⚠W A R N I N G⚠

"Jangan lupa tinggalkan jejak. Jangan jadi silent readers, lagi pula apa untungnya buat kalian? Hargailah author dengan vote dan komen. Terimakasih."

Selamat membaca❤

__________
.
.
.

Suara adzan shubuh berkumandang, membangunkan insan yang terlelap untuk menunaikan ibadah kepada sang Pencipta. Begitu pun dengan Raina yang mulai terbangun dari alam bawah sadarnya. Raina menarik punggungnya untuk duduk, hal pertama yang ia lihat adalah sofa tempat Hamdan tidur semalam.

Raina mengerjapkan penglihatannya yang sedikit buram, ia mengucek matanya pelan, rasanya begitu berat. Mungkin ini efek karena Raina terlalu banyak menangis kemarin.

"Mas Hamdan kemana ya? Apa dia ke masjid?" Gumam Raina, karena tidak mau ambil pusing, akhirnya wanita itu beranjak dari kasur dan segera mengambil wudhu.

Setelah selesai berwudhu, Raina menggelar sajadah dan mengambil mukena. Baru saja ia membuka kerudungnya, pintu kamar sudah terbuka membuat dirinya terkejut.

"Astaghfirullahal'adzim!" Pekik Raina panik, ia segera memakai kerudungnya dengan gerakan asal. Meski sudah memiliki status suami isteri, tapi tetap saja Raina belum terbiasa jika Hamdan melihatnya tanpa kerudung.

"Cepat turun, kita sholat berjama'ah." Ajak Hamdan dan kembali menutup pintu tanpa menggubris wajah malu Raina.

Raina menepuk nepuk jidatnya seraya meruntuki dirinya sendiri, ia segera menyusul Hamdan turun ke lantai bawah. Di sana sudah ada Mama, Papa dan Hanum yang menunggunya.

"Maaf sudah membuat kalian menunggu," Ucap Raina tidak enak.

"Tidak apa apa nak. Gimana semalam? Tidurnya nyenyak?" Raina mengangguk. Tentu ia tidur begitu pulas semalam, tapi tidak tahu kalau Hamdan. Apa ia juga tidur nyenyak semalam di sofa?

_________

Selepas menyantap sarapan pagi, Hamdan dan juga Papanya pamit lebih dulu ke kantor. Begitu juga dengan Hanum yang pamit untuk pergi ke kampus. Saat itu, Raina bisa melihat bagaimana Mama mertuanya memperlakukan Papa sebelum meninggalkan rumah. Romantis dan penuh kehangatan, apa Raina juga bisa merasakan hal seperti itu nantinya?

Raina tersenyum tipis, ia mengulurkan tangannya kepada Hamdan dan berniat untuk mencium punggung tangan suaminya itu, sebagai tanda baktinya kepada suami.

"Ekhem." Deheman keras dari Papa Hamdan mampu membuyarkan lamunan pria itu yang sedari tadi hanya menatap uluran tangan Raina.

"Fii Amanillah... " Ujar Raina seraya mengecup punggung tangan Hamdan. Ia tersenyum begitu manis dengan tatapan yang meneduhkan hati.

Handan tidak membalas, ia langsung pergi begitu saja dari hadapan Raina.

Melihat ku saja ia enggan, apalagi menjadikan ku isteri seutuhnya? Mungkin ia akan berpikir beribu kali untuk itu. Gumam Raina dalam hati.

"Sabar ya nak? InsyaAllah, lambat laun Hamdan akan mencintai mu," Kata Mama seraya merangkul pundak Raina.

Raina mengangguk dan menggulum senyum. Ia yakin jika Allah telah berkehendak menumbuhkan rasa cinta dalam hati Hamdan, pasti laki laki itu akan menerimanya dengan segala kekurangan yang Raina punya.

"Ikut Mama yuk?" Ajak Mama, Raina sedikit mengernyitkan dahinya bingung, tapi tetap mengikuti langkah Mama menuju ruang keluarga.

Mama membuka laci dan mengeluarkan sebuah album di dana. Ia menunjukan beberapa foto Hamdan seraya menceritakan momen di balik foto itu.

Sebening Cinta Raina (NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang