Trouble

564 62 29
                                    

~•~



Menatap puluhan bunga merekah indah melambai tertiup angin membuat pikirannya terasa rilex akan beban. Beban tugas, tugas, dan tugas. Hanya 1 semboyan yang akan selalu wooyoung rutuki 'Selama kau masih menghembuskan napasmu, tugas tak akan lelah menunggumu'.

Wooyoung memanglah mahasiswa, kewajiban mahasiswa adalah belajar dan berkarya. Namun apakah selepas masa mahasiswa wooyoung pun terbebas dari tugas ? Mengingat semboyan memuakan dalam pikiran wooyoung baru saja, bekerja dan berkeluarga pun memiliki tugasnya masing masing. So, jika kita muak dengan tugas, maka berhentilah bernapas.

Sepasang sarung tangan yang membalut kedua tangannya, ceceran pupuk berserakan beralaskan tanah, sekop tanaman yang telah terlumuri tanah, wooyoung sedang ber-cosplay menjadi tukang kebun. Peluh keringat membanjiri kening hingga tengkuknya, tubuhnya terasa lengket menandakan harus segera di guyur dengan air menyegarkan.

"Selesai" desisnya sembari beranjak dari duduk jongkoknya guna mengemasi alat alat yang telah ia gunakan.

Rasa lelah karena telah mengeluarkan tenaga untuk berkebun membuat perutnya terasa lesu dan harus segera di isi dengan bahan bakar. Kembali memasuki rumah, mencuci kedua tangannya pada wastafel. Adakalanya ia menghampiri kamar mandi terlebih dahulu sebelum kedua pipinya menggembung mengunyah makanan. Wooyoung sudah merasa sangat risih dengan keringat di tubuhnya.

"Aku pulang" salam yunho memijak pada lantai ruang tamu dengan di sambut oleh sang appa.

"Selamat datang" kedua tangannya tetap sibuk membalik makanan pada teflon dihadapannya.

Membanting tubuh besarnya pada sofa bludru empuk, meluruskan kaki panjang nan jenjangnya, mengistirahatkan sejenak tubuh dan pikirannya. Sesekali penciumannya menyeruak aroma lezat yang datang dari arah dapur.

"Appa masak ?" Tanyanya dengan sedikit berteriak. Jelas saja ia harus mengeraskan suaranya, jarak ruang tamu dengan dapur cukup jauh dikarenakan rumah mereka seluas istana.

"Appa lapar" balas hongjoong tak kala keras.

"Kenapa appa yang masak ?"

"Ingin saja"

'Oh' tak ingin lagi semakin membuang tenaganya dengan berbicara keras.

"Ah-hyung.. kau sudah pulang" salah satu tangannya menggosokan handuk guna mengeringkan rambut basahnya.

"Hyung rindu padamu"

"Ck !" Wooyoung menapaki tangga menuju kamarnya "Aku bukan anak kecil lagi !" Ketusnya.

Yang diteriaki hanya terkekeh gemas melirik tatapan sinis sang adik "Dia itu tidak berubah" senyum tipis terpatri pada bibirnya.

"Yunho ayo makan" setelah mendapat sinyal lampu hijau, yunho bergegas menuju dapur. Sama halnya dengan wooyoung, perutnya pun harus segera di isi bahan bakar makanan.

Ayah tampan dengan kedua putranya tengah duduk pada meja makan menyantap masakan yang telah ia masak. Tanpa kehadiran sang istri tercinta karena sosoknya masih dibutuhkan pegawainya mengurus pesanan di butik yang ramai. Mereka bertiga melahap makanan tanpa mengeluarkan suara, seakan fokus mereka hanya terpusat pada makanan pada piring masing masing.

Juara 1 wooyoung, juara 2 yunho, dan juara 3 hongjoong, urutan siapa yang menghabiskan makanan mereka terlebih dulu. Seakan masih tersisa sedikit ruang kosong dalam perutnya yang belum sepenuhnya merasa kenyang, yunho mengambil buah dari dalam kulkas.

Back to Me [woosan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang