(3)

1K 59 1
                                    

Aku tahu rasa yang aku miliki salah, tidak seharusnya aku memiliki rasa ini. Kau bahkan tak mau ku gapai, mungkin ini cara Tuhan memisahkan kau yang bahkan belum sempat ku miliki.

"NAMAKAMUUU!" Teriak steffi dari kejauhan

Namakamu yang sedang berjalan santai dari arah kantin pun menggeleng malas. Seperti inilah kelakuan Steffi yang membuatnya kesal, berteriak di koridor tanpa melihat sekelilingnya.

Tanpa ingin menjawab panggilan Steffi, gadis itu terus berjalan berbelok ke arah kelas.
Steffi yang melihatnya memutar kedua matanya malas.

"Selalu aja kayak gitu, coba aja kalau si kulkas yang manggil. Udah jungkir balik aja dia tuh."

Karena merasa tak terima, Steffi pun berlari mengejar Namakamu.

Tapi langkah Steffi terhenti saat ia melihat, di pojokan koridor terlihat si manusia kulkas sedang berdiri berhadapan dengan satu gadis yang bahkan tak ia kenali.

"Sok banget bilang gak mau disentuh sama cewek tapi tau taunya malah asik berduaan, emang cowok gak bisa di pegang omongannya. Kasihan sahabat gue kalau tahu kebenaran ini." Ujar Steffi dengan sengaja mengencangkan volume suaranya agar Iqbaal mendengarnya.

Dan tepat sekali, rencananya berhasil. Saat selesai berkata seperti itu, terlihat disana Iqbaal menatapnya dengan tatapan datar.

Karena malas nantinya akan menjadi gosip yang tidak-tidak. Iqbaal segera melangkah medekati Steffi.

Steffi yang melihat Iqbaal mendekat hanya mampu tersenyum mengejek.

"Tumben lu, mau gubris gue. Biasanya ogah-ogahan aja lu."

"Gak usah kepedean. Gue kesini, cuma mau bilang lu gak usah sebarin gosip gak bermutu."

"Kenapa? Takut Namakamu tahu terus berhenti ngejar-ngejar lu?" Desis Steffi tajam.

Iqbaal bahkan tak menanggapi lagi omongan gadis itu, dengan segera dia langsung melangkahkan kakinya meninggal kedua insan itu disana.

Namun siapa sangka ternyata dari tadi ada sosok yang melihat semuanya.

Namakamu Putri Aningtias. Gadis itu sebenarnya tak benar-benar masuk ke kelas. Setelah dia melihat Iqbaal bersama seorang gadis berdiri berhadapan di pojok koridor, dia pun berhenti. Dia ingin sekali mengetahui apa yang sedang di lakukan oleh mereka, tapi kini semuanya terjawab sudah saat dia mendengar teriakan Steffi.

Dengan mengumpulkan tenaganya kembali, Namakamu berlari pelan ke arah Steffi.

"STEFFI!!"

DUARR. bukan Steffi saja yang terhenyak namun pria dingin itu dan gadis yang masih berada di pojok koridor.

Tanpa ingin menebak-nebak, pria tampan itu segera berbalik arah dan Namakamu lah orang pertama yang dilihat.

Karena merasa suasana menjadi canggung, Steffi berusaha mencairkan kembali.

"Eh, kok..kok lu ada di.. di.. disini nam?" Tanya Steffi gugup setengah mati. Karena ia takut Namakamu akan meledak saat ini juga.

Namakamu yang mengetahui kenapa Steffi bersikap seperti itu hanya tersenyum tenang. Dengan langkah gontainya dia meraih pergelangan tangan Steffi.

"Kenapa sih lu jadi gugup gini? Tenang aja hehe. Kan lu gak bersalah. Lagian gak usah ngerasa kalau gue bakalan sedih hehe. Kan gue sama dia gak ada hubungan apa-apa. Bahkan dia gak pernah nganggap gue kan. Ayok kita ke kelas aja, gak enak lu udah ganggu waktu mereka."

Setelahnya Namakamu menarik tangan Steffi dan berjalan pelan. Tepat saat mereka berada di depan gadis yang tadi sedang bersama Iqbaal, Namakamu memberhentikan langkahnya.

"Langgeng ya, tolong jagain dia. Gue titip pria kulkas kalau kata Steffi mah hehe sama lu ya." Kekeh Namakamu dan kemudian dia benar-benar pergi dari tempat itu.

                                       •••

Dua hari setelah kejadian itu, Namakamu Putri Aningtias bahkan menjauhi Iqbaal. Bukan hanya Steffi saja yang kebingungan akan perubahan gadis itu, tetapi kedua sahabat Iqbaal juga.

"Weh bro, gue kok ngerasa sepi ya. Biasanya Namakamu udah berisik disini nawarin si kobal makan di kantin."

"Iya Di. Udah nyerah kali dia."

Iqbaal yang mendengarnya hanya terdiam. Sebenarnya jauh di lubuk hatinya, dia merasa kehilangan dan sedikit merasa bersalah atas kejadian 2 hari yang lalu.

Sebenarnya ada niatannya ingin mendatangi gadis itu dan memberikan sedikit penjelasan, tapi rasa gengsinya terlalu tinggi untuk itu.

Lagian dirinnya dan Namakamu tak mempunyai hubungan apapun, jadi ngapain dia harus repot-repot menjelaskan kepada Namakamu.

Saat sedang asik berbincang menbicarakan Namakamu. Tiba-tiba dari arah sana terlihat Namakamu sedang berjalan seorang diri.

Tanpa menunggu aba-aba. Aldi, pria itu langsung berteriak "NAMAKAMU."

Namakamu yang sedang berjalan, terhenti sebentar saat mendengar ada yang memanggil namanya.

Setelah mengetahui siapa yang memanggilnya, gadis itu pun berusaha tersenyum dan melangkah mendekat.

"Ada apa?" Tanya Namakamu saat sudah sampai di hadapan Aldi dan Kiki.

Aldi dan Kiki bersorak senang, akhirnya mereka bisa bertemu gadis itu lagi. Bukan apa-apa, hanya saja entah kenapa mereka sangat menyukai sikap Namakamu, dan secara terang-terangan mendukung gadis itu dengan Iqbaal.

"Eh tumben lu gak sapa doi lu dulu Nam?"

Tanpa ingin menjawab bahkan mengalihkan pandangannya ke Iqbaal gadis itu pun hanya memandang datar ke Aldi.

"Hehe maaf Nam, peace."

"Sans. Btw ada apa kalian manggil gue?"

"Kita cuma heran aja sih, kenapa akhir-akhir ini lu gak ke kelas kita lagi."

"Ngapain?" Tanya Namakamu kebingungan

Pertanyaan Namakamu sontak membuat Aldi dan Kiki saling menatap bingung.

"Ketemu Iqbaal lah siapa lagi." Sambar Kiki dengan polosnya.

Namakamu yang mendengarnya hanya tersenyum sinis. "Ngapain gue harus ketemu sama dia? Toh dia aja selama ini gak mau gue gapai kan. Lagian dia juga udah nemu yang sesuai sama dia, udah ya gue mau balik ke kelas dulu."

Setelah berkata demikian Namakamu segera melangkah meninggalkan Ketiga pria itu. Dengan Aldi dan Kiki yang menatap penuh tanya, dan Iqbaal yang sedari tadi terdiam menatap lurus ke depannya.

Karena merasa penasaran, kedua pria itu segera melangkah mendekat ke arah pria dingin itu.

"Jangan bilang lu udah punya cewek Baal?"

"Ah gak nyangka. Kecewa gue sama lu." Sambar Kiki

Iqbaal yang melihatnya hanya menatap datar kedua pria di hadapannya.

"Udahlah Di, mau ngomong seribu kali pun dia gak bakal nganggep kita. Mending kita pergi, gue malas nih hadapan sama cowok yang gak punya hati."

Setelahnya kiki menarik Aldi untuk berjalan meninggalkan Iqbaal seorang diri.

"ARGHHHHHHH!!!!!!."

Yuhuu 944 words, hehe. Maaf ya gais kalau masih kependelan. Entar aku next lagi ya hihi, jangan lupa tinggalin jejak kalian ya.

Thankyuuu ❤

COLD "IBAY" Where stories live. Discover now