Haii, selamat pagii.
Apa kabar kalian?
Maaf banget ya tiga hari ka up cerita, soalnya aku bener-bener lagi sibuk banget buat persiapan acara hari ini di rumah kakek.Terima Kasih buat kalian yang sudah setia membaca cerita aku yaaa, kalau ada typo maafin ya ini aku ngetik pas banget baru bangun tidur😂.
Langsung aja ya, selamat membaca kalian❤❤.
.
.Lima hari sudah Namakamu menjauhi Iqbaal. Kedua sahabat pria itu merasa ada yang kosong. Karena biasanya Namakamu lah yang membuat ramai suasana. Hanya Namakamu yang benar-benar berani dengan pria beku itu.
Dia tau cara mengembalikan mood pria beku itu. Namun sayangnya entah kenapa gadis itu hilang. Ketika tanpa sengaja berjumpa di koridor atau kantin gadis itu pasti akan buru-buru pergi.
Dari kebingungan Aldi, Kiki. Ada Zidny yang bahagia, dia teramat senang karena lima hari ini dia bisa terus berdekatan dengan Iqbaal walaupun terus di usir oleh pria itu.
"Pergi." Sentakan dingin Iqbaal kepada gadis di hadapannya ini.
"Kamu kasar banget sih sama aku yang."
Ujaran manja ala Zidny pun di dengar oleh Aldi dan Kiki.
"Huek, gue mual banget ki."
"Iya Di sama gue juga."
Zidny yang mendengarnya menggeram kesal. Kenapa dua manusia di hadapannya ini selalu berulah.
"Bisa gak sih diem aja. Gue ngomong juga sama Iqbaal bukan kalian."
Aldi yang mendengarnya mulai naik pitam. "Orang yang lu sebutin itu sahabat kita, kalau lu belum tahu. Lu orang baru, sedangkan kita udah dari orok bareng ama dia."
Zidny yang mendengarnya hanya berdengus pelan dan mengerucutkan bibirnya. Tanpa ingin menjawab Aldi, dia berbalik kembali ke arah Iqbaal dan mulai memulai aksinya yang sempat terhenti tadi.
"Baal, itu temen kamu jahatin aku."
Iqbaal yang sudah jengah pun menatap tajam ke arah Zidny. "Lu bisa gak jauhin gue? Jijik tau gak." Sentak Iqbaal dengan wajah merah. Yang berarti pria itu sudah berada di batas kesabaran dan akan meledak sekarang.
Aldi dan Kiki yang mengerti keadaan ini, seketika berbalik dan mencari seseorang.
"Ih kok gaada sih."
Baru saja Aldi mendumel, terlihat Kiki sangat antusias di sampingnya. "Noh, pawangnya ada disana pintu masuk kantin."
Seketika wajah Aldi beseri-seri dan dia segera melangkah ke arah pintu kantin.
•••
Namakamu yang sedang bercanda tawa dengan Steffi pun terhenyak karena Aldi yang tiba-tiba berada di hadapan mereka. Terlebih lagi dengan nafas yang terengah-engah.
"Ada apa?" Tanya Namakamu datar.
Aldi yang melihatnya tersenyum sebentar, sambil terus membaca doa dalam hati agar gadis itu mau mengikutinya.
"Gue minta tolong, please. Lu tolong kesana, Iqbaal bentar lagi bakalan meledak." Ujar Aldi dengan kedua telapak tangan disatukan, pertanda memohon.
Namakamu dan Steffi yang mendengarnya menyerit bingung. Iqbaal meledak? Emang pria itu bom yang bisa meledak?. Ah, entahlah.
"Lu kata dia bom apa?." Desis Steffi malas
Aldi memutar matanya malas dan kembali menatap kedua gadis itu. "Maksud gue, Zidny. Dia udah buat Iqbaal emosi, dan sekarang udah di batas kesabaran. Kalian tahu kan kalau dia udah meledak kaya gimana. Gue gak mau aja hal itu terjadi, please."