20: Retak

2.8K 289 22
                                    


Panjang, niih...
Pada belum tidur kan?









Sheila meringkuk di atas kasur dengan memeluk kedua kakinya ditutupi selimut tebal. Badannya bergetar tanpa henti sesaat setelah ia menyadari bahwa dirinya melayangkan sebuah tamparan pada Leta.

Ingatannya tentang masa masa tidak menyenangkan kembali memenuhi pikiran Sheila.

Harusnya ia bisa berfikir rasional dan tidak asal menggunakan tangannya untuk berbicara.

Air mata entah mengapa tidak berhenti mengalir. Orion yang mendengar suara isak Sheila dari sambungan telepon langsung bergegas pulang dari kantor.

Dan ia mendapati Sheila tengah melamun di ringkukannya. Meskipun bagitu, wajahnya nampak teramat sendu dengan bercak air mata dimana mana.

Orion langsung merengkuh Sheila dan menepuk punggungnya perlahan untuk menenangkan Sheila yang Orion sendiri tidak tau dengan penyebab mengapa ia jadi seperti ini.

Orion mengangkat wajah sendu Sheila dan mengusap pipi Sheila yang basah. Kemudian mengecup kening Sheila selama beberapa menit. Membiarkan Sheila memejamkan matanya dan bersandar pada dinding pertahanan Orion.

"Kenapa?" Tanya Orion lirih sembari menyandarkan Sheila pada bahunya.

Sheila menjawabnya sembari terisak kecil "aku... aku... aku nampar Leta!..."

"Aku terlalu emosi sampe... sampe nggak sadar kalo nyakitin putri kita!..."

"Aku takut Leta marah dan kecewa sama aku! Aku takut Leta lari dari aku! Aku takut, Orion...! Aku takut anak kita malah benci sama aku!..." Sheila memukuli dada Orion dalam tangisnya. Orion menghela napas pelan dan kembali menepuk nepuk punggung Sheila.

"Okay, kamu tenang dulu!... Kamu bicara ya sama Leta! Bicara baik baik, aku yakin Leta paati maafin ibunya!..." ujar Orion menenangkan.

Sheila mengangkat wajahnya dan menggeleng "aku takut... Gimana kalo, Gimana seandainya Leta malah benci sama aku?..."

Orion tersenyum tipis dan menangkup kedua pipi Sheila. Menuntun mata Sheila agar menatap iris hazel milik Orion yang menenangkan

"Kita nggak tau selagi belum mencoba kan? Please, coba dulu bicara baik baik sama Leta!.." bujuk Orion dengan penuh harap.
Akhirnya, meskipun ragu Sheila memgangguk mengiyakan.

Setidaknya ia harus berusaha memeperbaiki kasalahannya secepat mungkin.

Hingga sesaat kemudian, suara ketukan pada pintu kamar Sheila dan Orion membuat mereka berdua tersentak.

Orion beranjak membuka pintu dan mendapati bibi pembantu berbicara dengan gagap. Raut wajah Orion berubah seketika.
Ia terlihat sedikit cemas sembari berfikir kemudian keluar dari kamar.

Membiarkan seseorang memasuki kamar dan menemui Sheila secara personal.

Mata Sheila terbelalak seiringan dengan mulutnya yang sontak menjerit karena terkejut

"Aurell!..."

****

Aurell tersenyum tipis melihat Sheila yang terlihat amat terkejut akan kedatangannya.
Sebenarnya, memang Aurell datang untuk mengejutkan Sheila.

Dengan langkah anggun, Aurell berjalan mendekati Sheila dan duduk dipinggiran kasur, tepat disebelah Sheila.

"Lo kenapa?" Tanya Aurell sembari memiringkan wajahnya untuk melihat jelas wajah sembab Sheila. Aurell terkekeh pelan dan perlahan jemarinya menyentuh wajah Sheila yang basah. Sheila benar benar menegang. Raut wajahnya tak bisa ia kendalikan saat jemari Aurell menelusuri wajah cantiknya.

Amaryllis (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang