41: Keadaan yang Berbalik

2.3K 290 29
                                    


Sebelum baca,
Hayo tebak...

Hewan apa yang selalu sedih?








"Kak Kier!..."

Suara teriakan Leta sontak membuat Kieran bangkit dari duduknya. Ia berjalan menghampiri sang adik yang tengah duduk malas di sofa sembari menonton televisi.

"Kenapa, Dek?" Kieran bertanya dengan lembut. Kontras dengan wajah Leta yang terlihat jutek dengan bibir cemberut.

"Laper..." rengek Leta membuat Kieran tertawa kencang.

"Loh, bukannya tadi kita kan baru selesai makan!..." jawab Kieran sembari memgacak poni Leta. Leta semakin memajukan bibirnya karena sebal. Leta juga tidak ingin kok makan lagi, Tapi perutnya tidak bisa dikompromi.

"Yaudah, mau makan apa?" Kieran akhirnya mengalah dan kembali bertanya sebelum Leta mengomel panjang.
Ah, rasanya semenjak kehamilan Leta, Leta tidak punya rasa takut sama sekali dengan Kieran. Hum, Kieran merasa jadi Babu bukannya Kakak.

"Mau makan Es Krim pedes!..." seru Leta dengan wajah bersemangat. Leta bahkan tersenyum lebar dan berbinar binar.

Tidak mengindahkan Kieran yang kini melongo karena mendengar permintaan Leta.

Hah?

Emang ada?

Kieran menghembuskan napas pasrah dan bertanya kikuk pada adiknya yang terlihat amat berharap "emang ada Es Krim pedes, dek?"

Leta langsung merengut dan menyilangkan tangannya di dada "Ada! Pokoknya kak Kier harus bawa es Krim itu buat Leta! Titik! Kalo enggak Leta nggak mau ngomong sama Kakak seminggu!..."

Kieran semakin cengo. Ia menggaruk rambutnya yang tak gatal dan meringis.

Memang nasib orang yang menjaga Bumil tuh sengenes ini ya?

"Udah kan itu aja?" Kieran mengakhiri protesannya dan mulai menarik jaket yang berada di kursi meja makan.

Ia mengambil kunci motor di meja dan kembali memghadap Leta yang sedang berfikir.

Leta memggembungkan pipi gembilnya dan mengetuk ngetuk dahi. Sesaat kemudian, ia tersenyum lebar dan berkata dengan semangat yang tak kalah membara dari tadi.

"Ah, Leta juga mau cake bluberry, cakue pake Keju, trus batagor tapi pake kuah seblak!" Ujar Leta dengan riang. Ia bahkan mengedipkan sebelah matanya ke arah Kieran yang kembali merutuki nasibnya yang sedang apes.

Ugh, Kieran benar benar menyesali mulutnya yang dengan refleksnya bertanya.

Ia berjalan gontai keluar dari rumah dan menjalankan motornya. Meninggalkan Leta yang kini sudah tertawa terbahak bahak di depan Televisi.

Tidak peduli sedikitpun dengan wajah memelas Kieran.

****

"Orion, ada hal penting yang harus kita bicarain!"

Sheila berkata pelan dalam ruangan Kerja Orion. Hari ini Sheila dan Orion berada di perusahaan.

Orion berjalan mendekati Sheila yang sedang duduk di kursi tepat depan meja kerjanya dan ikut duduk di depan Sheila.

"Hal penting apa?" Orion bertanya sembari membaca berkas penting materi Meeting yang akan ia lakukan setelah makan siang.

"Kehamilan Leta! Uh, kita nggak bisa menggampangkan masalah ini! Aku bener bener nggak mau Leta dianggep anak dengan pergaulan buruk sama orang orang diluaran sana!"

Mendengar penuturan Sheila, jemari Orion yang tengah membalikan berkas berhenti. Ia menatap Sheila yang menyendu dengan tak kalah sendu.

"Bener Shei, Aku hampir lupa sama hal ini!" Lirih Orion dengan helaan napas. Begitupun dengan Sheila.

Amaryllis (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang