56: Tuhan tau yang terbaik

2K 249 30
                                    



Let Me treasure you,
Ada yang Teume disini?








"Mom, makan yaa,"

Suara lirih Shaleta menyapa pendengaran Sheila yang kini tengah memejamkan matanya di atas kasur. Dengan wajah yang memucat, Sheila lagi-lagi menolak makanan yang ditawarkan oleh satu persatu anggota keluarga kecilnya.

"Mommy udah enggak makan tiga hari, lho! Mommy emang enggak laper?" Leta kembali membujuk sang Mommy yang tadi menggeleng atas tawaran Leta.

Sheila kembali menggeleng untuk kedua kalinya. Nafsu makannya hilang semenjak kematian Raya. Sheila sama sekali tidak bernafsu untuk memakan apapun.

Leta menghela napas panjang sebelum akhirnya mengambil tindakan yaitu memeluk    Sheila dari belakang. Tangannya melingkar di pinggang Sheila dengan erat. Membuat Sheila sedikit tersentak.

"Lihat! Mommy sekarang kurusan!" Leta berbisik pelan. Ia mendengar helaan napas sebagai jawaban dari celetukannya.

"Mommy pikir dengan Mommy enggak makan, Mommy bisa mengubah sesuatu yang sekarang udah terjadi? Bukannya Mommy sendiri yang bilang ke aku, kalau kita harus bertingkah rasional."

"Nolak makan tiga hari berturut-turut itu enggak rasional kan, Mom?" Leta kembali membujuk Mommynya dengan cara lain.

Kini lengan Leta yang melingkar di pinggang Sheila dilepas paksa oleh Sheila. Sebenarnya, hanya didorong sedikit karena Sheila dalam keadaan lemas.

Sheila membangkitkan tubuhnya kemudian duduk menghadap Leta yang sontak ikut duduk. Wajah Sheila yang memerah dengan mata bengkak adalah hal pertama yang Leta lihat saat Mommynya berbalik.

"Mommy enggak nolak makan, Mommy cuman enggak nafsu makan dan enggak laper sama sekali! Nanti kalau Mommy laper, Mommy pasti makan kok!" Balas Sheila. Ini adalah kalimat terpanjang yang Sheila katakan semenjak kematian Raya.

Mendengar kekeras kepalaan Sheila, Leta hanya bisa mengangguk pasrah. Mau bagaimana lagi? Sepertinya Mommy tidak bisa dipaska untuk menelan sesuatu!

"Janji, yaa..." desis Leta sembari menyodorkan jari kelingkingnya.

Sheila tersenyum tipis dan menautkan kelingkingnya, tanda ia berjanji.
"Iya, Mommy janji bakal makan!"

Leta mengerjapkan matanya menatap wajah sang Mommy dengan sendu setelah melepaskan ikatan kelingkingnya. Rasanya ia tidak ingin beranjak sedikitpun untuk menenangkan Mommynya.

"Mom,"

Leta memanggil Mommynya dengan suara sangat lirih. Sheila mengangkat pandangan matanya dan kembali melihat kedua bola mata jernih Leta.

"Tuhan tau kok yang terbaik untuk kita! Pokoknya Mommy enggak boleh larut dalam kesedihan,"

Setelah mengatakan kalimat itu, Leta langsung beranjak keluar dari kamar Sheila.

Tuhan selalu tau yang terbaik untuk kita?
Apa sebuah kematian juga pilihan terbaik dari Tuhan untuk kita?



*****


"Enggak bisa dioperasi, terus Leta harus apa? Apa tugas Leta hanya harus menahan rasa sakit sampai malaikat maut menjemput Leta?"

Leta berguman kecil sembari mendorong ayunan yang tengah dinaikinya. Angin sepoy-sepoy membantu ayunan yang dinaiki Leta untuk bergerak.

"Apa rasa sakit yang Tuhan kasih ini yang terbaik untuk Leta?" Leta kembali bergumam. Berdiam diri seolah menunggu sebuah jawaban atas pertanyaannya.

Amaryllis (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang