23: Kebenaran Pertama

2.9K 312 18
                                    


Get Ready?
Jawab dongg :)



Orion memang hanya duduk di depan computer, tapi pikirannya bercabang saking banyaknya hal yang ia pikirkan.

Kemarin, Sheila memberi tahu maksud kedatangan Aurell. Orion juga sama takutnya dengan Sheila karena ia sudah mengetahui sejak dulu kalau keinginan Aurell seperti perintah mutlak yang tak bisa dibantah atau terbantahkan.

Belum lagi, ketua tim perencanaan proyek yang belakangan ini ia garap ketahuan melakukan korupsi. Orion harus membereskan banyak hal di satu waktu.

Sheila yang biasa berangkat kerja bersamanya kini hanya terbaring di kasur karena trauma yang seharusnya sudah sembuh sejak dulu kembali membelenggu Sheila secara perlahan.

Juga anak angkatnya yang ternyata kembali melakukan Cutting membuat Jena harus dirawat secara intensif. Bukan hanya fisik melainkan mentalnya juga.

Dan Argh... Akhir akhir ini Orion merasa sangat jauh dengan kedua anak kandungnya. Bahkan seharian Orion berada dikantor dan berniat untuk lembur demi kesuksesan proyek garapannya sekarang.

Orion mencoba kembali fokus pada pekerjaannya sembari sesekali memijat pelipisnya.

Ketukan dipintu ruang kerja Orion membuat Orion tersentak kecil. Gerakan tangannya yang mematuk keyboard dengan kencang sontak terhenti. Dahinya mengernyit karena merasa bahwa ia tak memiliki janji dengan siapapun tapi setelah itu ia langsung berkata dengan sedikit kencang.

"Masuk!..."

Seorang remaja memasuki ruangan Orion membuat mata Orion semakin membulat karena terkejut. Ia pikir, staffnya yang akan memberikan laporan, rupanya dia hanya anak remaja.

Tapi tunggu, buat apa dia kemari?

Ada urusan apa seorang anak kecil menemuinya?

Orion dengan canggung mempersilahnya anak itu duduk di sofanya dan bertanya dengan formal,

"Ada urusan apa dengan saya?"

"Om..."

Anak itu tersenyum kecil, mengetukkan jemarinya di meja berlapiskan kaca dengan irama yang beraturan. Setelah berdiam diri, anak itu berbicara beberapa kalimat yang membuat Orion mematung.

Membuat Orion harus segera mengambil keputusan terbaik yang ada.

****

"NGGAK... NGGAK BISA! AKU NGGAK TERIMA DENGAN KEPUTUSAN KAMU, ORION!..."

Suara teriakan menggema didalam kamar setelah Orion memgatakan bahwa Leta harus segera pindah kerumah Aurell.

"BAH, KAMU TAU AURELL KAYAK GIMANA KAN! KAMU MAU, LETA JADI KAYAK AURELL?" Teriakan Sheila kembali terdengar.

Orion menghembuskan napas dan dengan kasar menarik dasi yang terasa membelit lehernya. Ia menggenggam bahu Sheila dengan erat. Iya, menenangkan Sheila yang jelas mengamuk dan marah dengan keputusan sepihak Orion.

"Shei..."

"NGGAK BISA, ORION! LO GILA!"

"SHEIL, DENGERIN AKU DULU!..." Orion akhirnya berteriak. Mengalahkan suara Sheila yang kini menciut. Orion kembali memghela napas secara kasar.

Ia mencoba menatap Sheila dengan tajam pertanda ia akan berbicara dengan serius.

"Kieran, Shei! Dia suka sama Leta!.." ujar Orion dengan nada pelan namun langsung membuat jantung Sheila seolah berhenti berdetak.

Amaryllis (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang