21: Antara peduli dan tidak diperdulikan

2.8K 271 22
                                    


Kangen?










BUGH...

BUGH...

BUGH...

Suara pukulan memenuhi ruangan putih tanpa perabot yang diisi dua manusia. Satu lagi tengah memukul dengan brutal dan satu laginya hanya pasrah dipukul

"Lo gila!..."

"Dasar, Kieran sinting!..."

"Anjingg....!"

Oknum yang memukuli sembari menyerapah adalah Reihan. Anak pertama dari Alex dan Tanya. Kakak sepupu Kieran dan Leta juga cicit pertama Prayuda.

Alasan mengapa malam ini Reihan memukuli Kieran dengan brutal karena Reihan tidak sengaja mendengar perkataan Kieran saat hendak menjenguk Bumi.

Ah, pernyataan mungkin lebih tepatnya!

Pernyataan Cinta sialan yang membuat amarah Reihan langsung naik.

"Damn! Lo bener bener orang paling gila yang pernah gue temuin!..." Reihan kembali berteriak dengan lantang. Memukul tanpa ampun juga tanpa peduli wajah Kieran yang sudah lebam membiru.

"Leta adik lo sat! LETA ITU ADEK KANDUNG LO!..." Reihan menggeram dan mendorong Kieran yang sudah tak berdaya hingga tersungkur dilantai.

Napasnya menderu kencang bersamaan dengan gigi yang bergemelatuk. Menahan kekesalan yang tak kunjung pergi meskipun telah memukuli Kieran secara membabi buta.

"Apa ini salah gue, kak?" Lirih Kieran diikuti dengan desisan karena merasa bibirnya sakit bahkan hanya untuk sekedar bicara.

"Gue bahkan nggak minta hal ini! Gue juga tersiksa dan sama nggak terimanya! Apa lo tau kan, nggak ada yang tau kapan dan pada siapa Cinta bakal jatuh!"

"Semua ini nggak rasional kak! Tapi semakin gue ngelak, semakin dalam perasaan dihati gue! Sshh...." kieran memegangi bibirnya yang kembali mengalirkan darah saat ia selesai berbicara.

"Tapi, lo harusnya tahan dan nggak ngumbar rahasia itu, Kier! Beruntung cuman gue yang denger! Apa lo bisa bayangin gimana kalo yang denger kemaren itu nyokap sama bokap lo?"  Ujar Reihan kesal. Ia menarik rambut Kieran dan kembali menghantamkannya kelantai membuat Kieran kini memekik kesakitan.

"Lo paham kan, Kita lagi rusuh gara gara si anak angkat itu! Tapi lo... Argh, kenapa lo malah nambahin kerusuhan ini dengan perasaan lo yang... Shit, bahkan gue nggak mau nyebut ini sebuah perasaan!..." Gerutu Reihan dengan mengacak rambutnya.

Kieran terkekeh sinis mendengar perkataan Reihan dan mencoba berdiri
"Kalo lo ngerasa ini malah buat semakin ribet, harusnya lo nggak usah bertindak sejauh ini dan Diem!..."

"Kenapa lo nggak pura pura seolah lo nggak tau apa apa?" Kieran menatap tajam kearah Reihan yang sudah kembali melayangkan tatapan marah.

Tanpa menunggu semakin lama, Reihan langsung melayangkan tinjunya untuk yang kesekian kali pada wajah Kieran.
Bertubi tubi seolah Kieran adalah samsak tinju.

Tak peduli dengan Kieran yang sudah memuntahkan darah saking kuat tinjuan itu.

****

Leta merasakan hidung nyeri seperti di tarik dengan kencang. Ia mendesah kecil dan melepaskan pensil yang sedari tadi ia gunakan untuk mengerjakan ratusan soal yang selalu bertumpuk di meja belajarnya.

Tes...

Kertas putih yang terbentang dihadapannya tiba tiba saja terkotori oleh tetesan darah membuat mata Leta membulat.

Amaryllis (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang