15. Nilai, Halu, dan Cupu.

562 86 4
                                    


Mencintai dan di cintai.
Dua hal yang berbeda.
Namun memiliki maksud yang sama.

-Ata L.B

Dentingan suara ponsel tak di hiraukan oleh Jada. Ia tetap asik dan fokus membaca. Karena ia tau siapa pelaku yang mengganggunya sedari tadi.

Jadi daripada kelakuan nya semakin menjadi, Jada memilih untuk abai. Namun, bukan nya berhenti, malah semakin menjadi. Orang itu tetap mengiriminya sebuah pesan tanpa henti. Yang Jada juga tak tau apa isi pesan nya, lantaran ia sama sekali tak berniat untuk melihat.

Jangan kan untuk melihat nya, menyentuh ponsel nya saja ia enggan.

Dan akhirnya hening.

Entah kenapa tak ada lagi suara dentingan ponsel, membuat Jada menatap ponsel nya yang kini berada di atas meja makan. Kemudian menghela nafas lega. Lagian salah yang mengirim kan pesan juga, ngechat anak orang kok pagi-pagi.

"Lo liatin ponsel gak akan ngebuat dia jadi pacar Lo." Celetukan dari Kai yang tiba-tiba saja datang entah darimana, yang pasti dia dari kamar nya.

Jada mendengus, "Dan Bangkai liatin foto kak Putri juga gak bakal buat bangkai sama dia balikan lagi."

Jada tersenyum senang, saat raut wajah Kai berubah menjadi masam. Dikira emang dia saja yang pandai bermain kata-kata kali. Jada juga bisa.

"Lo-"

"Udah jangan ribut, masih pagi." Sang ayah langsung berkata, lantaran tau jika Jada serta Kai sudah bertemu. Maka jangan harap akan ada kedamaian.

Dan akhirnya suasana di ruang makan menjadi hening, Jada masih tetap sibuk dengan buku novel nya. Kai yang memainkan ponsel nya, dan ayah yang terlihat sibuk dengan beberapa berkas.

Hingga sang bunda datang membawa beberapa piring, lantaran memang tinggal piring saja yang belum tersedia di atas meja.

"Tumben nih ga ada perang dunia." Kai serta Jada hanya menatap sekilas ke arah bunda, dan langsung membuang muka. Membuat Ayah serta bunda tersenyum geli melihat nya.

"Eh iya, ayah belum tau nilai ujian semester kuliah kamu Kai, udah di umumin apa belum?" Tanya Ayah.

"Ah belum yah, paling Minggu depan."

"Yaelah, palingan nilai nya kecil." Jada tiba-tiba saja menceletuk, membuat Kai langsung menjitak dahi Jada.

"Apaan sih bang?!" Dan Jada tentu saja tak terima, jarinya mengelus pelan dahi nya lantaran sedikit sakit atas jitakan nya Kai.

Sedangkan ayah serta bunda hanya menggeleng maklum, melihat Kai serta Jada yang memang tak akan pernah akur.

"Lagian kalau nilai Abang kecil, ada solusinya kok," ujar Jada, seraya menelungkup kan tangan nya pada dagu dan menatap Kai.

"Apa?" Tanya Kai, siapa tau solusi dari Jada dapat membantunya. Dan semoga tak Ngac-

"Tinggal di zoom."

-Co.

Sudah terduga, pasti jawaban Jada tak pernah benar.

"Bodo amat."

Jada langsung terkekeh geli, menggoda Abang nya memang kesukaan nya. Apalagi kalau ia melihat wajah Abang nya cemberut, tambah senang dia tuh.

Definisi adik laknat ya begini.

✓✓✓✓✓

Jam Tujuh lewat lima menit, namun suasana di sekitar sekolah masih cukup lenggang. Hanya ada beberapa siswa yang berjalan di sisi koridor. Termasuk Jada.

Dengan sebuah novel yang masih setia berada dalam genggaman nya, terkadang juga terlihat ia tersenyum sendiri ketika membaca bagian yang menurutnya lucu ataupun romantis. Tak ayal juga ia langsung menghayal.

"Eh janda. Udah Dateng? Pagi banget."

Dan suara sapaan seseorang mampu membuat Jada yang tadinya tersenyum karena membaca tepat di bagian romantis, kini berubah menjadi raut wajah datar. Yah, siapa lagi kalau bukan Arsen.

"Nama aku Jada, gak ada huruf N di tengah nya."

"Emang sih gak ada huruf N nya, tapi bagusan gue panggil nya janda aja deh."

"Terserah!" Jada berkata ketus, lantaran sudah tak habis pikir lagi tentang Arsen. Sudah sebulan lebih dia mendekati dirinya. Membuat Jada cukup dongkol oleh nya.

"Minggir." Jada langsung saja berlalu pergi ketika Arsen memberinya sedikit jalan.

Namun, Bukan Arsen namanya bila ia hanya diam seperti orang bodoh. Ia justru berlari mengejar Jada, dan kembali membuat Jarak di antara keduanya menjadi dekat.

"Baca novel Mulu, suka halu ya." Jada tak menanggapi perkataan Arsen, ia justru semakin fokus dengan buku nya.

Arsen menghela nafas, "andaikan aja haluku dan halumu bersatu. Mungkin akan menjadi haluve you. Kan pasti uwu."

Sontak saja Jada langsung menoleh, menatap Arsen yang menyengir.

"Iya, dan itu hanya halu."

Singkat, jelas dan menyakitkan. Di tambah Jada langsung pergi begitu saja setelah mengatakan hal itu.

Tapi, memang dasar Arsen pria yang tak pantang menyerah, ia malah kembali mengejar Jada.

Dah lah, gak usah di ceritakan. Kalau terus di ceritakan yang ada nanti adegan India yang saling kejar-kejaran. Eh, ralat. Tapi di kejar dan menghindar.

✓✓✓✓✓

"Eh bar, Lo masih inget sama yang namanya Arsen gak?"

Pertanyaan dari Dio mampu membuat Bara langsung berhenti menulis, menoleh sekilas lalu tampak berpikir sejenak. Kemudian mengangkat kedua bahunya.

"Arsen si adek kelas yang dulu pernah nantangin Bara untuk balapan karung pas waktu tujuh belasan?" Tanya Taro, dan Dio mengangguk membenarkan.

"Emang kenapa?" Dan ini bukan Bara yang bertanya, tapi gantian lays---teman per-sechikian nya Taro. Walau terlihat sibuk dengan pulpen serta buku---karena ia sedang menyalin tugas milik Bara. Terlihat sibuk, tapi telinganya tak sibuk.

"Rumor nya, dia lagi deketin murid baru yang cupu." Kata Dio, membuat Bara langsung kembali menatap Dio.

"Lalu?"

"Dan murid cupu itu pernah deketin Lo seminggu yang lalu," ujar lays, ia baru paham maksud dari tujuan pembahasan Dio kali ini.

Sedangkan Bara hanya terdiam, di dalam benak nya terdapat banyak pertanyaan. Salah satunya, kenapa ia tak mengingat jika ada murid cupu yang mendekatinya?

✓✓✓✓✓

"Hari ini, apa rencana Lo da?" Agatha bertanya, ketika melihat Jada yang tampak tersenyum sumringah.

"Hari ini gue bakal kasih kotak bekal makan siang," ujar Jada seraya menunjukan sebuah kotak bekal miliknya, yang berwarna biru serta gambar doralemon yang menghiasinya.

Agatha hanya mengangguk, kemudian menepuk pelan pundak Jada. "Moga berhasil, gue ke kantin duluan ya."

Jada mengangguk sebagai balasan, hingga sepeninggalan Agatha. Sekarang dirinya berada di kelas sendirian.

Menghirup nafas dalam, lalu mengeluarkan nya secara perlahan. Merapikan kedua ikatan rambut nya yang di kepang, dan membenarkan letak kacamatanya.

Di saat sudah cukup, Jada langsung beranjak bangun dan pergi keluar dari kelas.

Apa kali ini akan berhasil, atau tidak?

Tapi, semoga saja berhasil.





BANTU SHARE.

THANKS.

WATTPAD : Atalia_balqis
IG : Ata.l.b

Fake Nerd Girl (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang