23. Cecil

524 95 7
                                    


Aku pernah menemukan seseorang yang lebih istimewa darimu.
Tapi, aku menolaknya.
Karena dia bukanlah kamu.

-Ata L.B


"Jadi, Lo pilih kak Bara atau Arsen?"

Jada bimbang, ia diam dan berpikir. Melirik Agatha yang berada di hadapannya, kemudian kembali menunduk. Membenarkan letak kacamatanya sebentar, lalu menghela nafas pelan.

"Gue gak tau, selama ini juga. Gue deketin Kak Bara itu, supaya bisa jadiin kenyataan dari apa yang gue haluin di wattpad. Dan gue gak tau kalau si Arsen juga bakal kena dalam rencana gue."

Mendengarnya tentu membuat Agatha menghela nafas pelan. Baru kali ini, ia berteman dengan orang yang berjuang bukan karena cinta melainkan hanya karena kehaluan semata.

"Gini da, walau Lo yakin kalau selama ini yang Lo lakuin hanya untuk kehaluan yang ingin jadi nyata. Tapi yang gue yakinin adalah, Lo pasti suka sama salah satunya. Gak ada manusia yang tak punya rasa ketika saling dekat. Lo harus bicarain ini baik-baik sama diri Lo sendiri." Usai mengatakan hal itu, Agatha beranjak bangun. Memilih pergi keluar dari kelas, meninggalkan jada sendirian.

✓✓✓✓✓

Setelah seminggu lamanya Arsen Alfa dari sekolah, akhirnya ia kembali masuk. Dengan penyambutan dari sang guru tentunya, lantaran ia tak absen selama seminggu.

"Dari mana aja kamu?"

Arsen berdiri di depan, sedangkan teman sekelasnya hanya bisa memandang dirinya. Tak ada yang berani tertawa, terkecuali Andra dan Gavin yang tampak tersenyum di bangku belakang. Teman laknat memang.

"Dari rumah saya pak."

"Saya juga tau, tapi maksud saya, selama seminggu ini kamu kemana? Kenapa Alfa selama seminggu?"

"Ih bapak kepo sih, emang bapak pacar saya apa?"

"Emang kamu punya pacar?" Jleb, sang guru---pak galaksi, menanyakan hal itu membuat seisi kelas sontak tertawa keras. Sedangkan Arsen mendengus sebal.

"Lagi proses pak."

"Halah, proses-proses, yang adanya di tolak Mulu tuh sama doi." Andra menceletuk, dan Arsen langsung menatapnya tajam namun di abaikan.

"Udah, sekarang kamu buat perjanjian."

"Hah? Perjanjian apa pak?" Tanya Arsen ling-lung.

"Perjanjian supaya kamu gak absen dari kelas gitu aja, bentar lagi ujian dan kamu malah seenaknya aja Alfa dari kelas."

Arsen menghela nafas pelan, "Iya-iya, pak."

"Yaudah, cepetan." Pak galaksi memberi perintah lewat dagunya, menyuruh untuk Arsen segera bersuara.

"Saya berjanji, tak akan bolos ataupun Alfa lagi dari kelas." Semua siswa terdiam, bahkan Pak galaksi ikut mengangguk kan kepalanya. Namun hanya sedetik, lantaran perkataan Arsen selanjutnya membuat seisi kelas tertawa.

"Dan jika saya melanggar, maka saya akan berjanji lagi."

"ARSEN!"

✓✓✓✓✓

"Tuh si kak Arsen, itu si kak Bara. Mau pilih yang mana Lo?"

Ia mengangkat jari telunjuknya ke arah dagu, menatap Arsen yang berada di meja tengah kantin sedangkan Bara berada di meja pinggir dekat tembok.

"Kalau bisa dua-duanya, kenapa harus satu?"

Temannya tertawa renyah, "Emang ya, Lo gak berubah dari dulu. Bahkan, udah pulang dari Jerman aja, sifat playgirl Lo itu masih aja ada."

Cecil---siswi baru, yang sengaja pindah dari Jerman ke Indonesia. Menatap temannya remeh, "Itu akan selalu ada di diri gue."

"Tapi, sayangnya, mereka berdua udah ada yang deketin."

Mendengar perkataan temannya, tentu membuat kening Cecil mengkerut heran. "Siapa?"

"Tuh." Temannya menunjukan ke suatu tempat menggunakan dagu, membuat kedua matanya langsung beralih. Menatap seorang siswi yang berpenampilan nerd, tengah duduk di meja kantin dekat dengan Bara.

"Cewek cupu itu? Deket sama si Bara?" Tanya Cecil tak percaya.

Temannya mengangguk, "Lo jangan remehin si cupu itu, cupu-cupu gitu dia bisa ngedeketin Bara dengan mudah. Sedangkan, semua orang tau bila bara adalah tipe orang yang gak suka di deketin."

Cecil tersenyum, "Dan gue bakal bisa deketin si Bara ataupun Arsen, dan nyingkirin si cupu itu."

Temannya mengangkat kedua bahunya, "Oke, gue lihat."

✓✓✓✓✓

"Hai janda."

Jada mendongak, yang tadinya hendak ingin makan jadi terhenti. Menatap Arsen yang kini sudah berada di hadapannya. Cukup kaget sebenarnya, namun ia langsung merubah mimik wajahnya menjadi biasa saja.

"Nama aku Jada!" Kesalnya. Si Arsen dateng-dateng langsung ngajak Ribut.

"Kan gue dah bilang, Janda itu nama panggilan kesayangan gue." Mendengarnya membuat Jada memutar kedua bola matanya malas.

Dan tanpa di sadari, Bara menatap keduanya dari mejanya. Tak peduli jika ketiga temannya tengah menggoda dirinya.

"Oh." Jada mengacuhkan Arsen dan memilih melanjutkan makan. Ia mengumpati Agatha yang sedari istirahat tadi sudah pergi meninggalkannya entah kemana.

"Eh Jan, Lo tau gak?"

"Enggak."

Arsen mendengus, kemudian tiba-tiba mengacak Surai rambut Jada---dan hal itu membuat Jada sedikit terkejut. "Iyalah Lo ga tau, kan gue belum selesai jelasin." Arsen tersenyum, dimana hal itu sempat membuat Jada sedikit terpana namun hanya sesaat.

"Masa ya, ada yang naro surat di loker gue. Isinya itu, kalau dia kangen sama gue. Dan mau gue balik ke sekolah lagi." Mendengar penuturan arsen membuat Jada langsung mengalihkan pandangannya.

Asal tau saja, surat yang di maksud oleh Arsen adalah surat darinya. Ia iseng, dan juga penasaran. Bukan karena kangen. Arsen kepedean.

"Terus?" Jada berusaha terlihat biasa saja.

"Ya, gue penasaran aja. Kira-kira siapa ya yang naro surat itu? Bukan Lo kan?"

Jada tertawa renyah, "Kiamat dunia kalau itu surat dari aku."

Arsen mengangguk, "Kalau gitu, gak apa-apa deh kiamat. Asal gue dapet surat dari Lo."

Jada merotasikan kedua bola matanya malas, sedangkan Arsen tersenyum tak jelas. Dan Bara, hanya bisa melihat interaksi mereka berdua sekilas.

Tak ingin lama-lama.

"Oh iya da, gue gak yakin kalau bakal selalu ada di Deket Lo. Tapi, gue harap. Sebelum gue pergi, Lo udah jatuh cinta sama gue."










UP

BANTU SHARE DAN VOTE

THANKS

WATTPAD : Atalia_balqis
IG : Ata.l.b







Fake Nerd Girl (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang