Memilih itu bukanlah hal yang mudah.
Apalagi jika harus memilih dengan tepat.-Ata L.B
Jada menghela nafas, berdiam diri di atas rooftoof sendirian. Ternyata bukan ide yang buruk, ia malah merasakan ketenangan. Kedua mata hazelnya yang tertutup oleh lensa kacamata hanya bisa memandang lurus. Rambut panjang sebahu sedikit berterbangan terbawa angin.Jada penasaran sama hatinya sendiri.
Ia masih ragu, apa yang ia inginkan sekarang.
Jika ia menginginkan Bara dari dulu sampai-sampai ia harus mengikuti tata cara yang ada di buku panduan---sampai-sampai Agatha sahabatnya hanya bisa menggeleng melihat kelakuannya sendiri.
Ia sudah dekat dengan Bara, sangat malah. Tapi, ia juga penasaran. Kenapa tiba-tiba saja Bara mau menerimanya. Sedangkan kemarin-kemarin ketika ia dekati, malah sangat teramat cuek. Bahkan pertama kali ia menuruti buku panduan untuk menabrakan diri ke Bara, Bara justru hanya menatapnya datar lalu berlalu pergi begitu saja.
Hatinya bilang ia tak suka Bara. Dan otaknya bilang, jika ia menyukai Bara makanya sampai ia kejar.
Nyaman memang jika bersama Bara. Tapi, rasa nyamannya entah kenapa berbeda dengan Arsen.
Omong-omong tentang Arsen. Jada juga penasaran atas omongannya beberapa hari lalu ketika di kantin. Yang dimana ia mengatakan seolah-olah akan pergi jauh dan berhenti untuk berjuang lagi.
Waktu itu Jada hanya acuh, namun saat ini ia malah kepikiran. Apa maksud dari Arsen.
Ia menghela nafas pelan, sepertinya dirinya harus meminta usulan dari Agatha. Dan semoga Agatha bisa memberinya sebuah solusi yang membuatnya galau sekarang.
Berbalik badan, lalu menuruni tangga. Hendak ke lantai dua dimana letak kelasnya berada. Namun, ketika ia sampai di toilet wanita. Ia justru mendengar sebuah percakapan yang mampu membuatnya penasaran.
"Jadi, kakak Lo itu deketin si cupu itu karena dia sekilas mirip sama orang yang Bara sayang? Yang dimana orang itu udah pergi jauh?" Suara seseorang terdengar jelas dari dalam.
Sedikit sakit mendengar kata tersebut. Sudah di pastikan cupu yang di maksud adalah dirinya sendiri. Tapi, ia penasaran dengan obrolan selanjutnya. Jadi lebih baik ia memilih lebih lama menguping, kan itu tujuannya kan? Sebelum melepas samarannya, ia harus tau motif apa atas dasar Bara mendekati dirinya.
"Ya." Kening Jada sedikit mengkerut, sepertinya suaranya tak berasal dari dalam toilet langsung. Melainkan dari ponsel, kemungkinan orang yang berada di dalam toilet tersebut sedang menelpon seseorang.
"Sayang banget emang. Kak Bara padahal udah sayang sama orang itu, tapi malah dia pergi begitu saja. Tapi, tenang aja kok. Aku barusan dapet kabar dari dia kalau dia itu mau balik dan bakal ketemu bara lagi. Mungkin, bentar lagi kakak aku gak bakal jomblo lagi." Suaranya terdengar riang, sedangkan Jada sendiri menahan mati-matian untuk tak mengamuk.
"Kalau gitu, artinya kak Bara gak bakal deketin si cupu itu lagi dong?"
"Ya jelaslah."
Untuk kalimat terakhir, jada tak mendengarnya lagi. Ia sudah berlalu pergi dari sana, walau tak sengaja menyenggol sapu yang tersender di tembok dekat pintu toilet.
Tanpa Jada sadari, bila orang yang berada di dalam toilet tersenyum senang. "Rencana kita berhasil dong," ucap Cecil dengan girang.
Dan orang yang di telepon Cecil tak lain adalah Vina---adik angkat dari Bara ikut tersenyum senang. Menyingkirkan si cupu itu ternyata sangat mudah.
"Dan tinggal sisa Arsen," ujar Cecil melanjutkan.
"Dan saya akan bantu kamu."
✓✓✓✓✓
Agatha hanya bisa memberi ketenangan pada Jada yang kini tengah emosi. Untung saja kelas mereka sepi lantaran sudah jam istirahat.
Agatha sebenarnya cukup terkejut, kala mendapati Jada yang tiba-tiba saja datang. Dengan ekspresi muka yang sangat menyeramkan.
Bahkan Jada menendang sebuah bangku yang tak bersalah sama sekali. Lalu menghempaskan kasar bokongnya ke bangku miliknya. Dan Agatha tak bisa melakukan apapun kecuali menenangkan Jada. Walau ia sendiri tak tau apa masalahnya.
"Oke, Lo tenang dulu. Jangan emosi."
"GIMANA GUE GAK EMOSI!" Agatha sedikit tersentak, kala Jada berteriak dan membuatnya cukup kaget.
Jada yang bobrok sekarang berubah menjadi sosok yang menyeramkan ketika marah.
"Oke-oke, tarik nafas dulu. Tunggu sedikit tenang, lalu Lo boleh cerita."
Jasa mengikuti intrupsi dari Agatha. Dan ia berusaha untuk tenang dan tak emosi. Setelah merasa tenang, akhirnya Jada langsung menceritakan yang tadi kepada Agatha.
"Bener dugaan gue." Agatha bergumam kala jada sudah menyelesaikan ceritanya, namun walau Agatha bergumam tetapi Jada masih bisa mendengarnya.
"Apa dugaan Lo?"
Agatha menghela nafas pelan, "Kak Bara itu bukan tipe orang yang mudah di deketin. Dan gue tau itu, soalnya dia jadi kakak pembimbing gue waktu MOS. Udah banyak yang nyatain atau ngejer dia secara terang-terangan. Tapinya kak Bara sama sekali gak tertarik. Terus, tiba-tiba Lo dateng dan langsung mau deketin Kak Bara. Bahkan gue kaget banget, denger dari Lo kalau kak Bara malah Nerima Lo selalu ada di deketnya. Bukan hanya gue, satu sekolahan juga kaget sekaligus heran. Untung aja siswa di sini gak suka nyinyir, kalau iya, bisa-bisa hidup Lo gak bakal tenang karena di hujat Mulu."
Perkataan Agatha yang panjang lebar tersebut, membuat Jada sadar. Pantas saja Agatha langsung tertawa meremehkannya ketika tau siapa cowok yang akan ia kejar. Ternyata alasannya itu.
"Jadi, Lo masih mau Deket Kak bara? Walau akhirnya Lo dah tau kalau Lo itu di gantungin?"
Jada langsung terdiam, perkataan Agatha ada benarnya juga. Jika ia tetap pada rencana awalnya, yaitu mendekati Bara. Bisa-bisa perasaanya akan selalu di gantung tanpa keterangan yang jelas. Dan itu sangat sakit, tentu saja.
"Atau, Lo mau Nerima orang yang selalu ada buat Lo?"
Jada tau dan paham siapa orang yang di maksud oleh Agatha. Siapa lagi jika bukan Arsen, yah, orang yang sama sepertinya.
Yaitu mengejar cinta seseorang. Cuma bedanya, ia mengejar cinta Bara. Dan Arsen mengejar cinta dirinya.
Dan pada akhirnya, ia bingung ingin memilih siapa.
Arsen?
Atau
Bara?
UP.
BANTU SHARE DAN VOTE
THANKS
WATTPAD : Atalia_balqis
IG : Ata.l.b
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Nerd Girl (COMPLETED)
HumorCERITA INI KALIAN COPY? SIAP-SIAP GUE BULLY! Nerd, apa yang kalian pikirkan setelah membaca seuntai kalimat tersebut? yang pasti kalian langsung tergambar pada sosok yang berpakaian cupu, memakai kacamata, dan hobi sekali membaca. iya kan? namun, a...