BAB 1

533 16 6
                                    

Ayasha Muliani Naina, atau akrab disapa Asha, perempuan berdarah Indonesia yang berusia dua puluh dua tahun. Ia merupakan mahasiswi tahun ke empat Fakultas Akuntansi di Universitas Laksa Gemilang, Jakarta .

Ia memiliki kulit putih berseri dan wajah yang cantik. Namun penampilannya tidak seperti sifatnya, ia dikenal oleh para mahasiswa dan mahasiswi sebagai perempuan yang cerewet.

Akan tetapi, sifat cerewetnya itu sering dianggap sebagai  "Cerewetnya seorang ibu" oleh teman-temannya, ditambah Ayasha merupakan salah satu mahasiswi yang aktif pada beberapa organisasi, cerdas, selalu berpikir positif, fasih berbahasa Inggris, rajin masuk kampus, dan masih banyak lagi.

Hal itulah yang membuatnya tetap terlihat cantik dan disukai banyak orang walaupun cerewet.

Ayasha sedang berusaha menyelesaikan dan merapikan ejaan atau penulisan untuk tugas skripsinya itu pada malam hari pukul setengah tujuh melalui komputer kuno yang telah disediakan oleh sang pemilik indekos untuk setiap mahasiswa yang tinggal di sana.

Ia sudah sempat memberikan tugas ilmiahnya itu kepada Sang Dosen. Namun setelah diperiksa, ternyata ada beberapa kesalahan dalam penulisannya sehingga ia harus melakukan revisi.

Ia berencana memiliki pekerjaan tetap setelah lulus kuliah, kemudian pindah ke tempat yang menurutnya layak untuk ia tempati.

Sebab, indekos yang saat ini ia tinggali itu menurutnya sudah terlalu tua.

Banyak bagian lantai yang sudah usang, pecah kemudian serpihannya hilang, lalu per kasur yang sudah mulai timbul, cat dinding yang telah terkontaminasi berbagai hal, dan banyaknya bagian yang terkelupas, pintunya yang sering terkunci dari luar sehingga ia sering terkurung di dalam kamar kosnya sendiri, dan masih banyak lagi.

Tempat ini juga sering diisi kehidupan oleh para nyamuk, sehingga Ayasha sendiri sering mengalami gatal-gatal akibat gigitan makhluk kecil namun mematikan itu.

Ayasha yang sedang berusaha fokus dengan skripsinya tiba-tiba mengalihkan pandangannya ke seluruh bagian dari ruangan yang saat ini ia tinggali dengan tatapan kesalnya.

"Kosan aneh, seram, dan tua gini harusnya udah dihancurin pake buldoser dari dulu, kalo punya banyak uang, udah ku desain nih tempat, apalah daya, anak susah gini mah gerak sana dibully gerak sini dicaci maki!" gusar Ayasha sambil mengacak-acak rambutnya, kemudian fokus kembali ke komputer kuno di hadapannya.

Namun, ia masih bertahan di sana dikarenakan biaya yang ia miliki sangat terbatas.

Maklum saja, ia anak rantau, orang tuanya berasal dari daerah kecil, makan untuk sehari-hari saja sulit, apalagi untuk memberinya uang saku, dan juga dia sendiri berada di kota yang jauh dari daerah asalnya, maka, mau tidak mau dia harus menerimanya.

Setidaknya dia memiliki tempat untuk tinggal, daripada ia hidup di jalanan?

Jika ia tidak memiliki uang, ia harus mencari kerja serabutan, karena jika tidak, maka ia tak akan bisa makan hingga berhari-hari.

Untungnya biaya untuk tinggal di sana setiap bulannya juga cukup murah, ditambah dengan keramahan dari pasangan berumur pemilik indekos tersebut yang membebaskan waktu para penyewa untuk membayar sewaan selama mereka tetap bertanggung jawab atas apa yang telah menjadi kewajiban mereka, jadi hal itu tidak terlalu membebaninya.


To Be Continued...

CMIIW

Please Don't Forget To Leave Your Vote And Your Comment.

All You Need To Know (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang