BAB 8

129 6 0
                                    

“Ini, bapak sudah catat hal apa saja yang harus kamu lakukan nanti,” ucap Pak Rudi sambil memberikan secarik kertas kecil, yang sepertinya sudah disiapkan sebelumnya.

“Wah, sepertinya memang aku yang ditunggu Pak Rudi dari tadi, pantas saja beliau sudah di kelas ketika aku masuk,” batin Ayasha berucap, lalu ia mengambil secarik kertas itu dari tangan Pak Rudi.

“Baik pak, akan saya laksanakan, tapi mohon maaf sebelumnya pak, kalau boleh tahu, nama orang yang akan datang ke sini siapa ya, Pak?”

“Oh iya, saya hampir lupa, nama orangnya adalah Pak Devian Miller Adams, Kamu bisa memanggilnya Pak Devian,” jawab Pak Rudi.

“Baik, Pak.”

“Oke, kalau begitu saya pergi ya, terima kasih atas bantuanmu, semoga Kamu sukses.”

“Terima kasih juga, Pak,” balas Ayasha dengan senyum paksa yang dibalas acungan jempol oleh sang dosen.

Kemudian Pak Rudi bergegas pergi meninggalkan Ayasha dengan raut wajah setengah lega dan setengahnya lagi khawatir.

Sedangkan, Ayasha sendiri masih berdiri mematung di tempat yang tadi ia pijaki saat berbicara dengan Pak Rudi sambil menatap lurus pintu yang baru tertutup.

Ayasha menghela napasnya.

Ia harus siap bertemu dengan Pak Devian, dia tidak boleh membuat malu nama universitasnya, karena kalau ia sampai membuat malu, banyak hal yang pasti akan terjadi.

Mungkin Pak Devian itu akan berhenti menjadi donatur di kampusnya, atau Ayasha akan dipermalukan olehnya, atau bahkan hal buruk lain yang akan menimpanya.

Tentu hal itu tidak diinginkan olehnya sama sekali, ditambah ia belum tahu bagaimana wujud Sang Donatur kampusnya itu.

Yang akan Ayasha lakukan sekarang sambil menunggu Pak Devian adalah menemui Alesia, ia akan menceritakan hal itu pada sahabatnya.

Sekitar Dua puluh menit akhirnya Ayasha tiba ke perpustakaan yang didatangi oleh Alesia.

Lalu ia segera mencari keberadaan Alesia yang ternyata sedang duduk di lantai menyender di depan rak buku berkategori “Buku Novel”,  Ayasha hanya dapat menggelengkan kepalanya, lalu segera menghampiri Alesia.

“Hei Alesi, untuk apa gunanya meja dan kursi indah itu jika ujung ujungnya orang sepertimu duduk di lantai sambil menyender rak sebesar ini? Seperti orang yang punya banyak masalah saja!” ucap Ayasha dengan nada meledek sambil menunjuk tempat duduk di dalam ruangan tersebut.

Alesia menengok ke asal suara tersebut yang ternyata tak lain adalah Ayasha, lalu ia membalas tidak terima.

“Enak saja, aku lebih nyaman seperti ini, ada keseruan tersendiri jika duduk di bawah.”

“Mohon kepada Pemustaka yang berada di dekat rak dengan kategori buku novel untuk tenang!” tegur seorang pustakawan di sekitar tempat itu yang langsung membuat mereka berdua saling bertatapan sebentar lalu terdiam menahan malu.

Ayasha pun langsung duduk di sebelah Alesia sambil mencari buku di dekatnya kemudian pura-pura membaca buku tersebut.

“Bagaimana, seru gak duduk di sini?” tanya Alesia pelan agar tidak membuat kegaduhan lagi.

“Ya, lumayan,” jawab Ayasha yang tidak kalah pelan dengan posisi tetap berpura-pura membaca bukunya.

“Oh iya, kenapa Kau ke sini? Apakah pertemuan dengan dosenmu itu sudah selesai?” tanya Alesia sambil menutup buku novelnya.

“Pertemuan dengan beliau sudah selesai, tapi sebelum pergi, beliau memintaku mewakilkannya untuk menemui orang yang telah mendonasikan uangnya untuk kampus jam sepuluh nanti, jadi sambil menunggu, aku ke sini saja untuk menceritakannya padamu,” jawab Ayasha sambil menatap Alesia.

“Wow, bukan orang sembarangan tuh!"

"Iya, aku tau," balas Ayasha.

"Kalau kayak gitu, kita ke sana aja! Aku akan menemanimu, siapa tau juga ternyata beliau udah sampe ke sana lebih dulu,” ajak Alesia sambil berdiri dan disetujui oleh Ayasha.

Keduanya pun menaruh kembali buku yang mereka pegang tadi, lalu bergegas kembali ke kampus Ayasha.


To Be Continued...

CMIIW

Please Don't Forget To Leave Your Vote And Your Comment.

All You Need To Know (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang