BAB 37

58 3 0
                                    

“Weh, akhirnya dateng juga ratu kita,” ucap salah seorang teman sekelas Ayasha ketika melihatnya sudah tiba ke restoran.

Ayasha pun yang sudah terbiasa dipanggil “Ratu” di kelasnya hanya tersenyum manis dan berkata, “Hai, guys, selamat ya!”

“Kau juga, Ayasha, selamat ya!” balas teman-temannya yang lain bersamaan.

“Terima kasih.”

Lalu Ayasha pun mengambil tempat duduknya.

Ketika ia datang ke restoran, teman-temannya sudah banyak yang datang sehingga perayaan mereka sudah bisa dimulai.

Mereka semua memesan berbagai macam menu minuman dan makanan yang harganya mahal, terkecuali Ayasha sendiri.

Ayasha hanya duduk diam di kursinya sambil menggeser buku daftar menu kepada temannya yang lain setelah melihat harga yang tercantum di setiap menunya.

Ia tidak mungkin menghabiskan uangnya semudah itu. Apalagi sekarang ia berada di tempat yang sangat berbeda level dengannya.

Ayasha yang tadi hanya ingin memesan nasi goreng di sana, namun membatalkannya setelah melihat harga satu porsinya berkisar 55.000 pun langsung segera berubah pikiran.

Dan saat ia mencari es teh pun harganya berkisar 25.000.

Jadi, daripada ia nanti merasa menyesal karena telah membuang uangnya hanya untuk makanan biasa, lebih baik ia tidak makan saja di restoran itu.

“Heh, Ayasha, Kau tidak makan?” tanya salah satu teman sebelahnya, Richo.

“Enggak, Rick, mahal gila harganya, parah!” bisik Ayasha dekat telinga Richo.

“Iya, menurutku juga, tapi setidaknya pesan minuman.”

“Satu es teh saja 23.000, Ric,” jawab Ayasha yang membuat Richo tidak percaya.

“Hah? Serius?”

“Lihat aja di buku menu!” ucap Ayasha dan langsung dilihat Richo.

Pria itu kini juga terkejut setelah melihat harga minuman biasa itu.

“Hahaha, wah kacau, harganya mahal bener! Siapa sih nih yang ngundang ke sini?” Tanya Richo kepada Ayasha dengan pelan.

“Enggak tau,” jawab Ayasha yang juga ikut tertawa.

Richo pun tidak memesan juga dan menggeser buku menunya kepada teman di sebelahnya yang lain.

Mereka berdua memiliki masalah yang sama, yakni pemasukan.

Maka dari itu mereka selalu mencoba menghemat pengeluaran.

Sebenarnya, jika Ayasha menerima traktiran dari teman-temannya, pasti mereka sekarang dengan bangganya menawarkan berbagai macam menu di sana kepada Ayasha dan mentraktirnya.

Namun, Ayasha tidak menyukai hal tersebut, jadi teman-temannya pun tidak bisa berbuat apa-apa.

----------------------------------------------


Mereka menghabiskan waktu di sana hingga pukul sebelas malam.

Meja mereka sudah dipenuh dengan gelas dan piring kotor.

Beberapa teman Ayasha sudah mabuk karena memesan minuman beralkohol, ada juga yang sudah pulang karena ditelepon oleh kedua orang tuanya.

Ayasha dan temannya yang tadi sempat tidak memesan pun akhirnya ditraktir paksa oleh yang mengundang mereka ke sana.

Katanya, mereka semua di sana untuk bersenang-senang, bukan untuk melihat orang bersenang-senang.

Dan Ayasha pun akhirnya memesan es teh manis yang harganya mahal itu.

Kini setelah menyadari bahwa waktu sudah terlalu larut malam, Ayasha segera berdiri dan berkata kepada teman-temannya bahwa ia akan pulang.

Richo sempat menawarkan tumpangan saat mengetahui bahwa Dewi, teman yang mengantar Ayasha ke restoran itu, mabuk di sana sehingga tidak dapat mengantarnya.

Namun tawarannya itu ditolak secara halus oleh Ayasha. Ia mengatakan bahwa ia akan pulang sendiri saja karena ia akan naik kendaraan dari aplikasi ojek onlinenya.

Richo yang setuju maupun tidak setuju tetap harus menghargai keputusan temannya itu.

Ayasha sudah keluar dari restoran itu, dan kini ia berdiri di trotoar sambil menyalakan ponselnya untuk memesan ojek onlinenya.

Ia hanya berdiri di tempatnya sambil menunduk menatap ponselnya itu dengan penuh fokus.

Saking fokusnya hingga Ayasha tidak menyadari bahwa ia sedang dihampiri oleh empat pria bertubuh besar yang mengenakan jas hitam.

Tangan Ayasha langsung dipegang kuat oleh mereka berempat, kemudian mereka memaksa Ayasha untuk ikut bersama mereka.

Namun, Ayasha dengan sekuat tenaganya mencoba melawan.

“LEPAS!”

“Lepaskan aku, Kalian semua siapa?” teriak Ayasha sambil terus melawan, namun pegangan mereka tidak kunjung terlepas melainkan semakin kuat.

Ayasha hanya membela dirinya seorang diri. Tidak ada orang di sekitar sana.

Tubuh Ayasha terus ditarik oleh mereka menuju mobil berwarna hitam pekat yang mereka tumpangi.

Dan ketika Ayasha hampir masuk ke dalam mobil hitam itu, tiba-tiba seorang pria tampan yang Ayasha kenal datang dan langsung meninju keempat orang bertubuh besar tadi dengan tangan kosong.

Dan mereka semua langsung jatuh terkapar.

“Devian?” panggil Ayasha dan membuat Devian berhenti memukuli mereka.

Devian menghampiri Ayasha.

“Kamu tidak apa apa? Apakah mereka menyakitimu?” tanya Devian panik sambil memegang bahu Ayasha.

“Saya tidak apa apa? Tapi bagaimana Ka-,” ucap Ayasha namun dipotong oleh perintah Devian kepada suruhannya.

“Kalian bawa mereka!”

Para suruhannya itu pun langsung membawa mereka berempat yang sudah tidak sadarkan diri dengan menyeretnya.

Ayasha yang melihat itu pun merasa kasihan. Namun, ia juga kesal dengan keempat pria tersebut, jadi ia hanya membiarkannya.

“Kamu ikut saya !” titah Devian sambil memegang tangan Ayasha dan berjalan menghampiri mobilnya.

“Tapi ini sudah malam, saya harus pulang,” tolak Ayasha.

“Tempatmu sedang jadi incaran mereka sekarang, sementara Kamu bersamaku saja!”

“Mereka? Tapi, bagaimana Kamu tau?” tanya Ayasha setelah mendengar bahwa Devian mengetahui tentang keadaan kosnya.

“Mereka anak buah Refidge, saya melihatnya di depan kosmu ketika saya melewati tempat tinggalmu,” jawab Devian hati-hati agar perempuan itu tidak berpikir bahwa Devian ke sana karena merindukan Ayasha yang sudah seminggu lebih tidak bertemu dengannya.

Devian membukakan pintu mobil untuk Ayasha.

Ayasha pun masuk ke dalam mobilnya, lalu kemudian disusul Devian. Dan mobil pun berjalan menuju apartemen Devian.

“Oh iya, bagaimana Kamu mengenal Refidge?” tanya Ayasha kepada Devian yang justru membuat pria itu mengerutkan dahinya.

“Harusnya saya yang bertanya seperti itu! Dia pesaing bisnis saya sejak lama, tentu saja saya mengenalnya! Lalu bagaimana Kamu mengenalnya?” tanya Devian dengan pertanyaan yang sama.

Namun, bukannya menjawab, Ayasha malah diam dan menunduk.

Hal itu membuat Devian bingung lalu berkata, “Oh, tampaknya pria itu melakukan sesuatu hal yang buruk padamu, baiklah, tidak perlu dijelaskan sekarang, Kamu bisa cerita kapanpun Kamu mau!”

Lalu keduanya pun saling terdiam dengan pemikiran masing-masing selama di perjalanan hingga sampai di tempat tinggal Devian.



To Be Continued...

CMIIW

Don't Forget To Leave Your Vote And Your Comment.

All You Need To Know (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang