BAB 24

88 2 0
                                    

Entah apa yang ada di pikiran Devian, yang jelas ia merasa bahwa langkahnya untuk menjemput Ayasha sudah benar.

Ya, mungkin kata "Menjemput" lebih baik.

“Hei Ayasha, saya sudah menunggumu, kemarilah!” ucapnya dengan lembut yang justru membuat Ayasha terkejut.

“Lama lama bisa jantungan nih,” batin Ayasha yang sudah dibuat berdebar dengan ucapan Devian.

Ayasha pun menghampiri Devian dan ia pun menanyakan alasan Devian ke restoran tempatnya bekerja.

“Kenapa Bapak kemari?”

“Saya yang antar, maka saya yang jemput! Kamu bukan jailangkung kan?” ledek Devian yang membuat kesal Ayasha, namun ia hanya bisa menggelengkan kepala sambil menampilkan senyum terpaksanya.

“Oke baiklah, dia mau samakan aku dengan jailangkung, dia ngerti jailangkung lagi, di Amerika emang ada jailangkung?” batin Ayasha kesal.

“Ayo! Saya yang jemput, masuklah ke dalam mobil!” kata Devian namun ditolak secara halus oleh Ayasha.

“Terima kasih, Pak, tapi saya tidak perlu diperlakukan seperti ini, saya terlalu merepotkan bapak, saya bisa naik ojek kok, Pak."

“Sudah tidak sopan, banyak bicara, sekarang keras kepala, apalagi nanti?” batin Devian yang emosi dan sudah mulai mengeluarkan asap.

“Saya tidak merasa direpotkan kok, ayolah!” titah Devian yang sehabis itu tanpa disadari, ia menarik pergelangan tangan Ayasha, lalu membukakan pintu mobilnya, dan memaksa Ayasha untuk segera masuk ke dalam mobil mewahnya.

Ayasha pun hanya pasrah dengan paksaan yang diberikan oleh Devian. Ia masuk ke dalam mobil dengan penuh hati-hati seperti tadi pagi karena takut interior di dalam mobil tersebut rusak akibat ulahnya.

Devian yang menyadari kehati-hatian Ayasha pun berkata, “Tenanglah, kalau rusak, maka saya hanya tinggal beli yang baru.”

Perkataan Devian sukses membuat Ayasha melongo ke arah pria itu.

“Otaknya sudah miring atau bagaimana? Membeli yang baru katanya? Wah, dia memang kaya, tapi tidak perlu boros seperti itu juga kali!” batin Ayasha sambil tersenyum paksa kepada Devian.

“Kamu sedang membicarakan saya?” tanya Devian tiba-tiba.

Sepertinya pria itu terlalu peka, tajam sekali indranya, padahal tadi Ayasha berkata dalam hatinya.

“Tidak, Pak,” bohong Ayasha.

“Oke, baiklah, sepertinya saya salah dengar.”

Setelah Ayasha duduk dan telah menggunakan seat bealtnya, Devian segera menutup pintu Ayasha, lalu ia mengitari mobilnya menuju pintu mobil tempatnya menyetir. Devian pun masuk dan juga mengenakan seat bealtnya.

“Siap?”

“Siap, Pak,” jawab Ayasha canggung.

Mereka berdua pun pergi meninggalkan Restoran Glory’s Fast Food.

Di perjalanan, Devian yang sebenarnya dari tadi pagi belum makan, kini perutnya bergetar layaknya ponsel yang berdering.

“Huft, kenapa sekarang, Sialan!” maki Devian dalam hati menahan malu karena di sebelahnya sedang ada orang lain.

Padahal bunyi keroncongan perut Devian tidak terdengar oleh Ayasha, namun pria itu tetap saja yang berlebihan.

Sebuah ide pun muncul di otak Devian, ia akan mengajak Ayasha makan malam berkedok perayaan keberhasilannya tadi di kantornya.

Devian sampai melupakan Michael Youth yang kebingungan karena reaksi darinya tadi.

“Ayasha, bolehkah saya meminta sesuatu?”


To Be Continued...

CMIIW

Don't Forget To Leave your Vote And Your Comment.

All You Need To Know (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang