BAB 30

66 3 0
                                    

Pagi hari berseri, matahari menyinari ventilasi kos Ayasha. Jadwal yang mereka sudah siapkan kemarin malam berhasil membuat mereka sudah sibuk beraktivitas menyiapkan segala hal pagi itu.

Sudah tidak ada yang masih meringkuk di atas kasur, kedua sahabat itu sudah bersiap-siap pergi menghabiskan waktu bersama-sama sesuai dengan jadwal yang telah mereka buat. Alesia juga sudah memanaskan mobilnya.

Pagi ini mereka akan sarapan di warung makan terlebih dahulu, lalu dilanjut pergi ke Museum Macan yang berada di Jakarta, dan siang hari membeli buku baru, lalu saat sore hari mereka akan belanja “Buah tangan” untuk teman-teman dan keluarga Alesia di London, dan pada malam harinya, untuk acara terakhir, mereka akan menghadiri festival kuliner yang terletak dekat dengan universitas Ayasha.

“Ready?”

(Siap?)

Alesia bertanya kepada Ayasha ketika mereka sudah masuk ke dalam mobil.

“Ready, let’s go!”

(Siap, ayo!)

Jawab Ayasha dengan bersemangat.

Keduanya pun berangkat ke tempat-tempat tujuan yang mereka telah tulis di jadwal mereka.

Sepanjang hari mereka lakukan dengan sangat bersemangat, mereka seakan melepaskan senyum terbaik mereka pada saat itu.

Baik Ayasha maupun Alesia sangat puas dengan yang mereka lakukan, apalagi di saat mereka membeli “Buah tangan”.

Kebanyakan yang mereka beli adalah aksesoris untuk mereka sendiri karena saking tergoda dengan bentuk-bentuk uniknya.

Sedangkan oleh-oleh untuk di London? Hanya ada empat bungkus makanan kering yang mereka beli.

Penyesalan Alesia akan datang terakhir setelah dipinta oleh teman-temannya.

Saking bahagianya Ayasha dan Alesia berbelanja, mereka hampir lupa bahwa hari sudah semakin malam, dan festival kuliner yang mereka tunggu-tunggu akan segera dibuka.

Mereka pun segera pergi dari toko oleh-oleh tersebut lalu langsung bergegas ke acara festival yang sangat dinanti-nanti itu.

Lumayan lama perjalanan yang mereka lalui, mungkin sekitar satu setengah jam. Dan saat mereka sudah sampai di sana, para pembeli sudah berbaris untuk memesan.

Ternyata bukan hanya mereka yang menunggu festival itu, melainkan banyak yang menunggu acara itu dibuka.

Mereka pun segera membeli tiket masuk, kemudian langsung mencari-cari makanan yang mereka inginkan.

“Hei Alesi, di sana ada bakso bakar, aku mau ke sana, Kau mau ikut gak?” tanya Ayasha setelah menemukan makanan kesukaannya.

“Aku ingin membeli tahu bulat dulu, Kau ke sana duluan saja, nanti aku menyusul!” ucap Alesia.

“Oke,” balas Ayasha, kemudian ia pergi menuju kedai bakso bakar.

Saat Ayasha tiba di depan kedai tersebut, ada sekitar lima pelanggan yang mengantre di sana sehingga Ayasha mau tidak mau harus ikut mengantre dan menunggu gilirannya.

Untung saja, bakso bakar adalah salah satu makanan favoritnya sehingga Ayasha rela menunggu lama, jika tidak, pasti Ayasha sudah pergi mencari makanan yang lain.

Cukup lama Ayasha menunggu gilirannya untuk memesan dikarenakan kebanyakan dari para pelanggan di depannya memesan banyak porsi.

Dan akhirnya gilirannya pun tiba.

“Bu saya pesan dua porsi bakso bakar.”

Bukan, itu bukan suara Ayasha.

Ayasha, Sang Penjual, dan para pembeli yang lain menengokkan kepalanya ke arah sumber suara.

Dan ternyata sumber suara itu adalah seorang ibu-ibu yang memakai riasan wajah tebal dan berdiri di luar antrean.

“Ibu antre dulu dong! Kita dari tadi udah di sini,” ucap salah seorang pembeli yang ikut mengantre dan disetujui yang lainnya.

“Ehhh, terserah saya dong, emang yang punya kedainya Kamu?” balas Sang Ibu tersebut.

“Kok gitu, Ibu?” Tanya salah satu pembeli tadi karena ibu-ibu tersebut justru menjawabnya dengan kasar.

“Udah ya, saya pesan dua porsi bakso bakarnya, gak pake lama, Bu!” titah ibu itu kepada Sang Penjual.

Ayasha yang bingung dengan keadaan tersebut karena gilirannya tiba-tiba diambil orang pun hanya bisa diam.

Bagaimana pun ibu-ibu menyebalkan itu adalah orang tua, jika Ayasha mencoba menyelamatkan gilirannya, justru nanti yang ia dapat adalah usiran dari security acara festival itu.

Ayasha pun hanya dapat memperhatikan ibu-ibu tersebut, lalu berbicara dengan hatinya yang terdalam.

“Ya ampun, udah nunggu lama lama, diserobot pula, Alesi di mana lagi? Beli tahu bulat udah kayak mau ke bandara, lama banget!”

“Ibu lebih baik antre dulu atau saya keluarkan dari sini?” tanya seseorang pria tiba-tiba dengan suara bariton yang akrab di telinga Ayasha.



To Be Continued...

CMIIW

Don't Forget To Leave Your Vote And Your Comment.

All You Need To Know (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang