BAB 10

122 5 0
                                    

Pak Agus telah merebahkan dirinya di atas ranjang pasien akibat permintaan secara paksa Ayasha.

Perempuan itu mengambilkan air minum untuk Pak Agus, dan langsung diminum olehnya.

Ayasha menceritakan apa yang pada awalnya ia akan lakukan, namun karena tiba-tiba ia mendengar suara gaduh, jadi ia menghampirinya, dan terlihatlah kejadian seperti tadi.

Pak Agus pun menjelaskan kepada Ayasha bahwa tadi saat ia ingin membawa ember berisi air bekas pembersih lantai itu ke toilet untuk dibuang.

Namun, tiba-tiba kakinya terpeleset dan akhirnya jatuh, akan tetapi beliau tidak mengira bahwa itu akan terjatuh tepat di atas sepatu mewah nan mengkilap milik pria itu, hal tidak diinginkan itu pun terjadi begitu saja.

“Ya sudah, bapak di sini saja ya, istirahat! Saya yang akan membersihkan bekas tumpahan air tadi,” ucap Ayasha yang langsung ditolak Pak Agus.

“Tidak perlu, Nak Ayasha, nanti saya saja yang melakukannya, Nak Ayasha segera selesaikan urusannya saja di sini agar cepat pulang! Nanti baju kamu kotor lagi.”

“Bapak masih sakit perutnya, lagi pula saya sudah terbiasa kok membersihkan hal hal seperti itu, dan juga urusan saya di sini sebenarnya sudah selesai, sudah, bapak istirahat saja di sini ya, Pak!”

Lagi-lagi Pak Agus terpaksa harus menyetujui kata-kata Ayasha, perutnya juga masih sangat keram akibat bekas tinju pria tadi.

Ayasha pun segera pergi lalu membersihkan tumpahan air bekas pembersih lantai tadi agar jika ada orang yang lewat, mereka tidak terpeleset.

Tepat pukul sepuluh dan selesainya Ayasha membersihkan lantai, ia segera mencuci kedua tangannya, lalu bergegas ke dalam ruang pertemuan yang telah diinformasikan oleh Pak Rudi tadi di secarik kertas yang telah diberikan kepadanya.

Hanya butuh waktu sekitar enam menit Ayasha sudah sampai di depan pintu ruangan pertemuan, ia lalu bergegas masuk ke dalam ruangan tersebut. Namun, baru ia mengangkat kepalanya untuk melihat siapa saja yang hadir, ia terkejut setelah melihat pria jahat yang tadi meninju perut Pak Agus.

“Astaga, jangan bilang bahwa dia adalah Pak Devian, jika benar, aku bingung bagaimana membalasnya, jika aku tetap nekat, nanti dia malah berhenti jadi donatur kampus, bagaimana ini? Tapi aku terlalu muak dengan sifat arogannya itu,”  bimbang Ayasha dalam hatinya.

Di ruangan itu hanya ada Ayasha, Sang Pria Arogan, dan dua anak buahnya.

“Bukankah Bapak Rudi yang akan mewakilkan rektor, tapi kenapa yang datang mahasiswi?” tanya pria yang meninju tadi sambil mengarahkan kepalanya ke arah dua anak buahnya yang tadi memegangi tangan Pak Agus. Mereka hanya tersenyum.

Perkataan pria itu membuat Ayasha langsung mengarahkan pandangannya ke arah mereka berdua, lalu kembali menatap si pria jahat.

“Kata Pak Rudi dia orang bule, kok bahasa Indonesianya fasih?”  batin Ayasha bertanya sambil mengerutkan dahinya sekilas karena bingung.

“Pak Rudi mendadak tidak bisa hadir karena tiba tiba istrinya akan melahirkan hari ini, dan saya diperintahkan oleh Pak Rudi untuk menggantikan beliau,” jawab Ayasha judes.

Pria itu mengerutkan dahinya setelah mendengar cara berbicara Ayasha yang menurutnya sedikit tidak sopan.

“Apakah Kamu tahu cara bersikap sopan?” tanya pria jahat itu.

“Ya, saya tahu,” jawab Ayasha dengan judes kembali.

Keduanya saling terdiam sebentar pada pemikiran mereka masing-masing.

Si Pria Jahat memikirkan bahwa perempuan di depannya ini sangat tidak sopan. Sedangkan, Ayasha memikirkan bagaimana cara membalas dendam pada pria di depannya tanpa harus menimbulkan masalah terhadap kampusnya.

Devian yang terlebih dahulu sadar akan keheningan ruangan pertemuan itu langsung membuka pembicaraan kembali, melupakan sedikit hal yang barusan terjadi.

“Silakan duduk, saya Devian Miller Adams, kamu bisa panggil saya Devian!” ucap pria yang bernama Devian itu, orang yang telah memukul orang lain hanya karena kesalahan kecil, tanpa mengulurkan tangan kepada Ayasha.

Oh, sayang sekali ternyata aku benar, pria arogan ini adalah Pak Devian, kenapa harus dia sih yang jadi donatur? Bentuknya saja yang bule, tapi sikapnya brutal seperti preman Indonesia, lihat saja wajahnya, tidak terlihat sama sekali bahwa yang tadi ia lakukan membuatnya menyesal, dasar hati batu!”  batin Ayasha yang benar-benar sudah ingin mengeluarkan sumpah serapahnya kepada pria di depannya ini.

“Saya Ayasha,” balas singkat, padat, jelas, dan judes Ayasha sambil duduk tanpa mengucapkan “Terima kasih” yang membuat Devian harus menahan kesalnya kembali karena cara bersikap mahasiswi yang menurutnya tidak beretika itu.

Dan ingat sifat temperamen bawaan yang Devian miliki!


To Be Continued...

CMIIW

Please Don't Forget To Leave Your Vote And Your Comment.

All You Need To Know (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang