BAB 27

64 4 0
                                    

Mood Ayasha benar-benar sudah berantakkan semenjak para waitress itu menatapnya seakan mengejek.

Dia hanya bisa diam di kursinya karena dia waras. Andai saja tempat itu sepi, pasti sudah habis kedua waitress itu dibuat babak belur oleh Ayasha.

Ayasha tidak mau membuang-buang waktu dan merusak harga dirinya di depan banyak orang.

Lagi pula, dia juga bukan siapa-siapa di sana. Jika ia berani macam-macam, pasti ujung-ujungnya ia juga yang mendapatkan caci-maki dari orang-orang.

Ayasha pun memilih melanjutkan memakan makanannya dengan sangat terpaksa.

Sedangkan Devian yang sedang memakan makanannya merasa ada hal janggal di sekitarnya, dan tepatnya, hal janggal itu berada di depannya, yaitu Ayasha.

Devian yang melihat Ayasha memakan makanannya dengan raut wajah cemberut pun bertanya, “Ada apa? Kenapa mukamu sangat kesal? Makanannya tidak enak?”

Ayasha menatap Devian, lalu ia mencoba tersenyum.

“Tidak, Pak...maksud saya Dev, makanannya enak kok, hanya saja, saya sudah kenyang,” ujar Ayasha bohong.

“Kamu serius? Bahkan Kamu baru memakan sedikit, bagaimana Kamu tiba tiba merasa kenyang? Padahal tadi saat hidangan pembuka Kamu seperti orang kesurupan,” ucap Devian yang sebenarnya hanya bercanda agar keadaan di dalam ruang tersebut tidak terlalu hening.

Namun, bukannya Ayasha tertawa, ucapan Devian barusan justru malah berhasil membuat Ayasha melotot menahan kesal dan malu.

Bagaimana tidak? Dua waitress yang masih berada di dalam ruangan mereka langsung menahan tawa setelah yang barusan Devian katakan.

Ayasha menundukkan kepalanya menatap piring di hadapannya.

“Sialan! Pria ini sama saja dengan perempuan perempuan itu, sama sama memiliki tujuan untuk menghinaku, lebih baik aku ke toilet saja daripada harus membanting piring mahal makanan ini, huft, mood baikku benar benar sudah hilang!” batin Ayasha yang sudah ingin mengamuk.

“Saya ke toilet sebentar”

Devian tiba-tiba merasa bersalah.

“Kenapa?”

“Kamu tahu alasannya,” ucap Ayasha lalu bergegas pergi ke toilet.

Sementara Devian diam di kursinya, berhenti memakan makanannya. Rasa bingung yang melanda Devian setelah ia tiba-tiba merasa bersalah terhadap orang yang baru ia temui, yaitu Ayasha.

“Ada apa denganku? Kenapa tiba tiba aku merasa ada yang aneh dengan diriku?” batin Devian.

Sementara Ayasha berjalan ke arah toilet di lantai tiga tersebut, lalu ia segera menghadapkan dirinya ke depan cermin wastafel.

Ayasha kesal sekaligus malu dengan apa yang terjadi, dan juga ia bingung mengapa ia harus marah kepada dua waitress dan juga Devian.

Mereka semua benar, Ayasha memang menggunakan pakaian murah, ia juga sadar bahwa tadi ia makan seperti orang kerasukan karena rasa lezat dalam menu pembuka tersebut.

Lalu, mengapa ia harus marah?

Ayasha marah karena ia seakan dipermalukan, para waitress itu menatap Ayasha seakan ia adalah makhluk yang paling menjijikkan di dunia, sedangkan Devian menghinanya di depan orang-orang yang bahkan mereka tidak kenal sekaligus orang yang menganggap Ayasha adalah hal yang menjijikkan.

“Huft, kenapa aku menjadi lebay gini sih?” gumam Ayasha sambil menatap dirinya di depan cermin dalam keadaan mata yang sudah mulai memerah menahan tangis.

Satu hal yang Ayasha sadari, sikap Devian saat di kampus itu benar, pria itu tentu saja tidak terima saat dirinya dihina orang yang bahkan belum dikenal, apalagi di depan orang lain, wajar saja bila ia marah.

“Aku memang bodoh!” gumam Ayasha kembali, lalu ia segera membasuh wajahnya untuk menghilangkan sedikit bekas bahwa ia barusan menangis.

Untung saja di dalam toilet restoran tersebut hanya ada Ayasha seorang, jadi ia tidak perlu ragu untuk mengamuk dan menangis di dalam ruangan beraroma karbol tersebut tersebut.

Setelah membasuh wajahnya, Ayasha lalu memastikan bahwa dirinya sudah tidak terlihat berantakan, kemudian ia segera keluar dari sana.

Namun, baru Ayasha berjalan sekitar dua langkah dari pintu toilet, tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang.



To Be Continued...

CMIIW

Don't Forget To Leave Your Vote And Your Comment.

All You Need To Know (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang