BAB 26

72 3 0
                                    

Cukup lama keduanya itu hanya saling berdiam diri duduk di kursi mereka masing-masing layaknya orang asing.

Ya, mereka memang orang asing yang baru saja bertemu.

Hingga akhirnya keheningan itu dibuyarkan dengan sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh Devian.

“Kamu berasal dari mana?”

Pertanyaan Devian membuat Ayasha langsung menatap pria itu dengan ragu. Ia bingung harus menjawab apa, jika ia mengatakan yang sebenarnya, pria itu nanti malah macam-macam. Jika ia berbohong, entah sampai kapan ia akan melakukannya terus-menerus.

“Bohong aja deh, daripada nanti nih orang macem-macem,” batin Ayasha.

“Asal saya dari Surabaya, Pak.”

“Pembohong!” batin Devian.

Ingat bahwa Devian sudah mengetahui informasi mengenainya! Walaupun belum seluruhnya.

Devian hanya sekedar basa-basi tadi, daripada keheningan terus yang melanda mereka.

Seperti kuburan saja!

“Bisakah Kamu memanggil saya Devian? Panggilan ‘Pak’ terlalu tua untuk saya.”

Ayasha sempat kebingungan dengan permintaan Devian.

Mengapa pria itu tiba-tiba meminta hal itu kepadanya?

Namun, Ayasha kemudian mengangguk-anggukan kepalanya sambil berkata, “Ba...baik, Pak, ehh...maksudnya Dev...Devian.”

“Dev juga cukup bagus,” ucap Devian lagi dan hanya dibalas senyum canggung oleh Ayasha.

“Dimana-,” belum selesai Devian berbicara, dua orang waiter masuk ke ruangan mereka dengan membawa menu “Appetizer”. Dan itu membuat Devian menghela napasnya kesal.

“Bon appetit! (Selamat makan!),” ucap salah satu waiter tersebut dengan sopan dan ramah, namun diabaikan oleh Devian.

Ayasha yang melihat tingkah pria di hadapannya itu pun hanya bisa menahan kesal dan tidak lupa mengucapkan “Terima kasih” kepada mereka.

Keduanya pun memakan makanan pembuka yang sedikit namun mahal itu.

Ayasha sempat berpikir untuk memakan makanan itu atau tidak, makanan itu hanya tiga suapan saja pasti sudah habis, sementara harganya saja bahkan bisa membeli sate dua puluh porsi.

Namun, pemikiran itu hilang setelah Devian menginterupsinya.

“Tenang saja, Kamu akan kenyang, ini baru makanan pembuka, nanti setelah ini masih ada lagi.”

Ucapan Devian sukses membuat mata Ayasha melotot terkejut menatap Devian.

“What?(Apa?) Masih ada lagi? Yang ini baru makanan pembuka, ku kira ‘appetizer’ itu nama menunya, astaga!” batin Ayasha terkejut lagi dan lagi.

“Kenapa?” tanya Devian lalu menyuapkan makanannya ke dalam mulutnya sendiri.

Ayasha mengedipkan kedua matanya beberapa kali, lalu berkata, “Tidak, tidak apa apa.”

“Oke, kalau begitu, makanlah!”

“Oke.”

Mereka pun memakan makanan mereka dalam diam. Hanya suara dentingan piring dan sendok yang terdengar jelas di dalam ruangan itu.

Delapan menit mereka menghabiskan makanan pembuka mereka. Lalu dilanjutkan dengan “Maincourse” yang dibawa oleh dua waitress cantik yang membuat Ayasha merasa sedikit “Rendah diri”.

Para pelayan di sana dibuat berkelas dan menarik agar para pelanggan tidak merasa terganggu.

Seragam yang mereka gunakan sungguh “Keren”, ditambah wajah mereka yang terawat, dan didukung dengan kemewahan restoran dan menu-menunya yang lezat.

Perfect!

Sayang sekali Ayasha baru mengetahui tempat seperti itu berada di Indonesia. Ia kira hanya ada di luar negeri.

Namun, keindahan tempat itu langsung pudar di mata Ayasha setelah ia melihat tatapan mengejek dari kedua waitress itu.

Sepertinya mereka mengejek Ayasha karena ia mengenakan pakaian murah sambil duduk dengan seorang pengusaha dari luar negeri di dalam ruangan yang elit.

Benar-benar membuat tidak nyaman.



To Be Continued...

CMIIW

Don't Forget To Leave Your Vote And Your Comment.

All You Need To Know (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang