Part 7

1.4K 156 1
                                    

Yuki dan Gio telah menghilang dari hadapan Arian dan lainnya. Mereka saling berpandangan. Kimmy tersenyum kecil.

"Kita taruhan, setelah kembali ke sini apa yang akan terjadi pada Yuki?" tanya Kimmy. Arian, Stefan, dan Kevin tampak berpikir. Mereka menerka-nerka apa yang akan terjadi pada Yuki.

"Gue rasa dia bakalan muntah-muntah kayak lo," ujar Kevin seraya melirik Kimmy.

"Dia akan pingsan dan masuk rumah sakit," ujar Stefan dingin. Semua mata memandang ke arah Stefan, lalu tertawa kecil.

"Kita lihat apa yang akan terjadi nanti," ujar Arian.

"Lo ngga masuk kelas, Stef?" tanya Kevin.

"Gue masuk siang," jawab Stefan.

"Gue jadi ngga sabar, gimana ya keadaan Yuki sekarang," ujar Kimmy sambil tertawa kecil.

Di tempat lain, Gio membawa Yuki ke atas bukit. Yuki memandang di sekelilingnya.

"Ngapain kita disini," tanya Yuki. Gio memegang kedua tangan Yuki.

"Tetap seperti ini. Jangan lepasin tangan gue, oke?" ujar Gio. Yuki mengangguk pelan.

Sesaat kemudian, Gio dan Yuki menghilang lagi. Wuussshhh.... Kini Yuki dan Gio sedang terjun bebas. Aaakkhhh.... Teriakan Yuki terdengar menggema. Karena saat ini mereka sedang terjun bebas di antara tebing-tebing jurang yang tinggi. Benar-benar menakjubkan. Yuki dapat melihat pemandangan hijau dibawahnya. Ia berteriak sekeras-kerasnya. Gio tertawa keras melihat ekspresi Yuki. Ia pikir Yuki akan memeluknya erat karena ketakutan. Tapi justru sebaliknya, ia terlihat sangat senang. Beberapa meter lagi mereka akan jatuh dan mengenai tanah. Namun, dengan cepat mereka menghilang lagi. Kini mereka berada di atas puncak gunung tertinggi Mount Everest. Yuki ternganga. Terperangah kagum. Ia tidak menyangka bisa berada disini.

"Apa kita bisa ke Mesir. Gue pengen ada diatas piramida," ujar Yuki.

Dalam hitungan detik mereka sudah berada di atas piramida. Yuki tertawa senang.

"Ini benar-benar..." Yuki tidak bisa melanjutkan kalimatnya lagi. Speechless. Gio menatap Yuki.

"Lo ngga takut?" tanya Gio. Yuki menggeleng mantap.

"Untuk sesuatu yang hebat, kenapa gue harus takut." ujar Yuki. Yuki mendekati Gio.

"Kita akan kemana lagi?" tanya Yuki penuh semangat. Gio melirik jam dipergelangan tangannya.

"Kayaknya kita udah terlalu lama jalan-jalan. Lain kali, gue akan ajak lo ke tempat yang lebih dari ini," ujar Gio. Yuki mengangguk senang. Hilang.

Bruukkk.... Mereka mendarat dengan sangat buruk. Gio lagi-lagi menabrak lemari besi.

"Kenapa lemari ini masih disini," omel Gio. Arian dan lainnya menatap Gio dan Yuki lekat. Tidak ada ketakutan tersirat di wajah cantik Yuki. Yang ada hanya senyum bahagia.

"Yuki, lo baik-baik aja?" tanya Kimmy tidak percaya.

"Tentu. Memangnya kenapa?" tanya Yuki.

"Dia ngga seperti lo semua," ujar Gio seraya mengambil minuman di kulkas lalu membaginya pada Yuki.

"Tempatnya..."

"So Amazing! Sial, gue ngga pernah ke tempat seperti itu sebelumnya. Lo ngga akan percaya, semuanya benar-benar nyata dan menakjubkan." cerita Yuki penuh semangat. Lalu ia meneguk minumannya. Arian dan lainnya memandang Yuki takjub.

"Gue pikir lo akan muntah-muntah kayak Kimmy," ujar Kevin sambil terkekeh geli. Kimmy mendelik kesal.

"Masih mendingan gue daripada lo. Pingsan sampe dibawa ke rumah sakit," ujar Kimmy.

"Serius kalian ngalamin itu," tanya Yuki sambil tertawa kecil.

"Gue rasa masih mendingan mereka berdua, daripada..." Gio menggantung kalimatnya lalu melirik ke arah Stefan. Yuki ikut memandang Stefan.

"Gue harus menderita hebat. Badan gue biru-biru, kulit gue luka-luka dan berdarah. Cengkraman dan pukulan dari lo ngga akan pernah gue lupain, Stef." ujar Gio sambil tertawa geli. Kontan wajah Stefan bersemu merah, antara malu dan menahan marah. Ia pun beranjak dari duduknya.

"Kamu mau kemana, Stefan?" tanya Arian sambil menahan tawanya.

"Ada kelas," ujar Stefan pendek.

"Bukannya lo bilang lo masuk siang," ujar Kevin. Stefan terdiam. Langkahnya terhenti. Ia menatap tajam Gio.

"Gue ngga akan ngelakuin itu kalo lo ngga ada niat buat bunuh gue," desis Stefan.

Meskipun suaranya terdengar sangat tajam, tapi wajah Stefan tetap merona merah. Yuki tahu, Stefan pasti sedang menahan malu sekaligus kesal sekarang.

"Jadi, gue orang paling hebat dong diantara kalian," ujar Yuki kemudian.

"Bener banget. Mereka bertiga pada cemen semua," tambah Gio. Yuki tertawa keras. Ia tidak bisa menahan rasa geli diperutnya.

"Gue ngga bisa bayangin gimana wajah panik Stefan waktu itu," ujar Yuki sambil memandang Stefan geli.

Stefan berjalan pelan ke arah Yuki, lalu menatap wajah Yuki lekat. Menatap tajam tepat pada manik mata Yuki. Itu membuat Yuki langsung terdiam. Jarak keduanya sangat dekat. Hingga hembusan napas Stefan sangat terasa di wajah Yuki.

"Puas lo ngetawain gue," ujar Stefan dingin.

"Eng... Gue..." Tatapan Stefan kini menyelidik. Ia seperti mengingat sesuatu. Entah itu apa.

"Elo...." Stefan menggantung kalimatnya.

Deg! Jantung Yuki berdetak keras. Ia menahan napas pelan.

"Cewek yang nabrak pohon waktu hujan di depan halte kan?" tanya Stefan menebak.

Mata Yuki membulat. Bagaimana bisa Stefan mengingat hal memalukan seperti itu. Memori Yuki flashback ke kejadian 2 tahun lalu. Karena ia saat itu sedang terpukau dengan ketampanan Stefan. Saking terpesonanya Yuki, ia tidak melihat pohon besas dihadapannya. Yuki meringis malu. Ponsel Yuki berdering. Nina Calling. Thanks God. Nina, lo emang penyelamat gue! Pekik batin Yuki.

"Halo, Apa! Iya, gue kesana sekarang," ujar Yuki cepat.

"Bukannya elo..."

"Dosennya datang mendadak," potong Yuki seraya pergi berlari. Hahaha..Semua tertawa melihat Yuki.

continue...

Back in TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang