"Itu dia! Gue harus bawa mobilnya sebelum mereka," gumam Yuki.
Ketika ia akan melangkahkan kakinya. Tiba- tiba ada yang membekap mulut Yuki dari belakang. Yuki menahan napasnya sejenak. Lalu berusaha untuk melihat siapa yang telah membekapnya. Mata Yuki membulat sempurna saat melihat seseorang di belakangnya.
"Lo..."
Yuki tercekat. Perlahan ia melangkah mundur. Dan disaat ada celah jalan keluar Yuki langsung melarikan diri.
"Tangkap dia! Jangan sampai lolos!" teriak seorang lelaki yang merupakan orang suruhan Cathy yang pernah mengejarnya waktu itu.
Yuki berlari sekuat tenaga. Ia tidak ingin kedatangannya ke masa lalu menjadi sia-sia. Yuki memilih jalanan sempit untuk mempersulit mereka mengejarnya. Napas Yuki terus memburu. Ia harus bisa menyelamatkan dirinya sendiri saat ini, karena Stefan tidak berada di dekatnya.
"Stefan..." panggil batin Yuki.
= * =
Di tahun sekarang. Stefan keluar dari kamarnya setelah mengenakan pakaian rapi untuk ke kampus. Ia memandang ke sekeliling lalu melihat ke arah pintu kamarnya. Sepertinya Yuki belum keluar dari kamarnya. Stefan pun melangkah menaiki anak tangga menuju kamarnya. Sampai di depan pintu kamar ia mengetuk pelan. Tok...tok...tok... Tidak ada jawaban. Mungkin dia sedang mandi, pikir Stefan. Ia turun lagi ke bawah menuju meja makan.
"Tumben udah ngejongkrok aja lo disini," ujar Max sambil mengolesi rotinya dengan selai cokelat.
"Lo ngga liat Yuki?" tanya Stefan sambil menyiapkan dua roti, untuknya dan Yuki. Max menatap bingung.
"Yuki? Yuki siapa?" tanya Max bingung. Stefan menatap Max tidak mengerti. Kenapa tiba-tiba Max tidak mengenal Yuki? Bukankah dia sendiri yang menyuruh Yuki untuk tetap tinggal di rumah mereka? Stefan menghentikan aktifitasnya lalu menatap Max lekat.
"Yuki, cewek yang tidur di kamar gue." jelas Stefan. Kontan mata Max membulat sempurna. Ia tersedak. Hampir saja makanan yang ia kunyah keluar muncrat dari mulut.
"Lo bawa cewek tidur di rumah? Di kamar lo?" tanya Max dengan suara yang meninggi. Stefan semakin bingung dibuatnya. Apa Max mempermainkannya? Stefan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Iya. Gue bawa Yuki ke rumah dan..."
"Parah lo bawa anak gadis orang ke rumah." potong Max.
"Yuki cewek gue. Emang lo ngga kenal sama dia," tanya Stefan. Max menatap Stefan.
"Sejak kapan lo punya cewek, hah?" ucap Max dingin.
Stefan melihat ke arah kamarnya. Menatap dengan cemas dan penuh kekhawatiran. Ia pun bergegas menuju ke kamarnya dan mengetuk pintu sekali lagi. Tok...tok...tok... Namun hasilnya tetap nihil. Tanpa pikir panjang lagi Stefan langsung membuka pintu yang kuncinya telah ia rusak semalam. Stefan terperangah. Tidak ada siapa-siapa disana. Kosong.
= * =
Yuki masih terus berlari. Hingga akhirnya ia berhenti tepat di depan tembok beton yang lumayan tinggi. Napas Yuki terengah-engah. Ia menoleh ke belakang. Tidak ada jalan lain selain memanjat tembok itu. Dengan sekuat tenaga Yuki memanjat. Beruntung ia dulu sering memanjat tembok sekolah karena datang telat, sehingga sekarang tidak sulit baginya untuk memanjat. Yuki berhasil tiba di seberang tembok itu. Ia pun melanjutkan pelariannya. Yuki berhenti sejenak. Ia menatap ke sekeliling. Ia tidak tahu dimana ia berada sekarang.
"Itu dia!" teriak salah seorang suruhan Cathy. Yuki mendesah kesal. Ia melihat mobil yang pintunya terbuka. Dengan segera Yuki masuk.
"Sial! Kenapa harus manual sih!" kesal Yuki.
Ia pun mencoba menghidupkan mobil itu. Berhasil. Dari kaca spion Yuki bisa melihat orang-orang suruhan itu tidak menyerah. Mereka pun mengejar Yuki dengan menaiki mobil. Terjadi kejar-kejaran antara mobil Yuki dan orang suruhan Cathy. Yuki membawa mobil dengan kecepatan tinggi. Dengan lincahnya ia menyalip setiap kendaraan yang ada di depannya. Klakson tidak berhenti berbunyi. Memenuhi sepanjang jalan. Tidak hanya itu, teriakan serta makian dari orang-orang yang dilewati pun memenuhi jalanan. Orang yang mobilnya dibawa Yuki terkejut hebat dan berteriak histeris karena mobilnya hilang.
"Toolooongg...mobil saya hiilaaaanggg..." teriaknya histeris. Semua orang berkerumun untuk mencari tahu kenapa mobilnya bisa hilang.
"Kalau saya tahu ngga mungkin saya teriak-teriak ngga jelas." ujar pemilik mobil kesal. Dia tidak tahu saat ini mobilnya sedang dibawa Yuki untuk melarikan diri. Orang suruhan Cathy memang tangguh. Saat ini mobilnya sudah sejajar dengan mobil Yuki.
= * =
Stefan menuju kamar mandi. Siapa tahu Yuki berada di sana. Namun kamar mandinya kosong. Stefan mengacak rambutnya frustasi. Ia pun berlari turun ke bawah.
"Max, gue serius. Lo beneran ngga liat Yuki?" tanya Stefan. Max meminum tehnya.
"Jangankan ngeliat, kenal aja gue ngga." jawab Max. Stefan menggeram pelan.
"Dia gue bawa ke rumah malem. Udah hampir 2 minggu ini dia tinggal bareng kita. Gimana bisa lo bilang ngga kenal sama dia." ujar Stefan dengan suara yang meninggi.
"Stefan, kayaknya lo harus ke psikiater." ujar Max lembut sambil menepuk bahu Stefan pelan. Kontan mata Stefan menatap Max tajam.
"Lo pikir gue gila." desis Stefan kemudian ia pun pergi meninggalkan Max.
Mungkin Yuki sudah berangkat lebih dulu ke kampus. Ia kesal sekali dengan sikap Max hari ini. Bisa-bisanya ia tidak mengenal Yuki. Dan parahnya lagi ia menuduh Stefan gila.
= * =
Mobil Yuki tepat berdampingan dengan mobil orang suruhan Cathy. Namun posisinya kurang baik. Karena mobil Yuki berada di sebelah pembatas jalan. Kondisi jalanan juga tidak baik. Ada tikungan tajam di beberapa tempat. Kalau tidak hati-hati bisa gawat. Bahaya. Karena di sebelah pembatas jalan adalah laut yang cukup luas. Kalau terjatuh, bisa-bisa ia tenggelam. Sambil menyetir Yuki memikirkan apa lagi yang harus ia lakukan. Mobil orang suruhan Cathy selalu ingin mendahului dan memotong jalan Yuki. Yuki tidak bisa membiarkan itu terjadi. Bisa-bisa ia tertangkap nanti.
"Sial!" desis Yuki.
Mobil yang ia kendarai benar-benar menyentuh pembatas jalan. Terdengar suara gesekan besi dan tembok. Yuki memegang erat setir mobilnya. Semampunya ia berusaha agar tidak didahului. Ternyata Yuki tidak sehebat pembalap profesional. Ia gagal mempertahankan posisinya. Mobil orang suruhan Cathy berhasil mendahului mobil Yuki. Hal itu membuat Yuki kaget. Ia membanting setirnya kuat. Yuki tercekat. Kesalahan terjadi saat Yuki membanting setir, ia membanting ke arah yang salah.
Mobilnya justru menghantam pembatas jalan. Itu membuat mobil Yuki meluncur bebas ke laut. Di dalam air, Yuki mati-matian mencari oksigen. Ia terlalu terkejut saat melakukan terjun bebas itu. Apalagi kondisinya sekarang ia berada di dalam mobil. Yuki berusaha keluar dari mobil. Sial. Malang memang tidak bisa dihindari. Pintu mobilnya macet. Sehingga sulit dibuka. Yuki berusaha keras membuka pintu mobil itu. Namun ia merasa sudah tidak sanggup lagi menahan napas.
"Stefan...tolong gue..." pekik batin Yuki. Siapa yang tahu kalau saat ini ia sedang menangis. Air laut itu telah menutupi air matanya.
Di tempat yang sama, namun waktu yang berbeda. Stefan tiba-tiba menghentikan mobilnya. Ia seperti mendengar suara Yuki memanggil namanya.
"Yuki...lo dimana? Please, jangan ngelakuin hal bodoh." lirih batin Stefan.
Ia menunduk dalam di atas setirnya. Rasa khawatir benar-benar menyelimutinya saat ini. Tanpa terasa setetes bening mengalir dari sudut mata Stefan. Ia menangis.
= * =
continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Back in Time
FantasyMasa lalu tetaplah masa lalu. Biarlah itu menjadi kenangan. Dan biarlah semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Karena apa yang telah kita dapatkan pastilah ada makna indah tertentu di dalamnya - Azura Stefkivers