Yuki semakin dibuat terperangah saat mengetahui orang aneh yang terakhir adalah Stefan. Sedetik kemudian tersungging senyuman manis dibibir Yuki. Tatapan berbinar keluar dari pancaran mata Yuki. Ia menatap lekat Stefan tanpa berkedip. Antara terkejut dan terpana. Ia semakin yakin kalau selama ini matanya tidak pernah salah menilai Stefan, lelaki itu benar-benar tampan. Dan selalu membuat jantung Yuki berdebar lebih cepat dari detakan normal.
"Oke. Aku rasa semuanya sudah lengkap." ujar Arian. Semuanya mengangguk, kecuali Yuki. Ia masih tidak tahu kenapa ia harus ada disini. Mereka duduk di sofa dan saling berpandangan.
"Pertama, kita ucapkan selamat datang pada Yuki." ujar Arian seraya tersenyum pada Yuki. Yuki tersenyum kecil. Matanya tidak lepas dari Stefan. Lelaki itu tetap terlihat dingin. Tanpa ekspresi. Tapi bagi Yuki, itulah gaya Stefan yang paling keren.
"Yuki, apa yang kamu lihat bukanlah mimpi." ujar Arian kemudian. Dia menatap Yuki lekat.
"Anda tahu tentang mimpi saya?" tanya Yuki takjub. Arian hanya tersenyum.
"Itu bukan mimpi, tapi masa depan," jelas Kevin. Kimmy dan Gio mengangguk membenarkan ucapan Kevin.
"Ma...sa de...pan?" tanya Yuki tidak percaya.
"Iya. Kalian adalah lima orang yang terpilih. Memiliki kemampuan untuk melihat masa depan. Kalian adalah generasi yang kesepuluh dari Future Mission. Masing-masing dari kalian juga memiliki kemampuan yang lain." ujar Arian.
"Ini benar-benar gila," lirih Yuki. Semuanya menatap Yuki geli.
"Itu pertama kali yang gue rasain. Gila. Tapi, lo akan bilang ini sangat menakjubkan saat lo udah ngejalaninnya," ujar Kimmy.
"Gue rasa semuanya ngerasain hal yang sama," tambah Kevin.
"Dan itu sangat menyenangkan," ujar Gio sambil tersenyum. Yuki memandang Stefan. Tetap tanpa ekspresi.
"Bagaimana dengan Stefan," gumam batin Yuki.
"Kenapa? Padahal sebelumnya hal ini tidak pernah terjadi," ujar Yuki.
"Keistimewaan itu datang setelah usiamu menginjak 17 tahun." jelas Arian. Yuki tertegun. Kenapa harus dia? Kenapa bukan Nina ataupun sepupunya yang menyebalkan.
"Kami memerlukan bantuanmu, Yuki. Mereka memerlukan kamu di dalam team." ujar Arian. Yuki memandang Arian tidak percaya. Team apa? Untuk apa? Semua pertanyaan mengitari otak Yuki. Yuki menepuk pelan kepalanya.
"Jangan berpikiran yang lebih, Yuki. Semua akan berjalan seiring waktu." ujar Arian yang merasa geli melihat tingkah Yuki.
"Saya masih belum mengerti. Masa depan seperti apa? Saya pikir itu hanya mimpi, tidak lebih dari itu." ujar Yuki.
"Memangnya apa yang lo lihat di masa depan lo?" tanya Kimmy. Seketika pipi Yuki bersemu merah mendengar pertanyaan Kimmy. Kenapa tidak, di masa depannya ia melihat Stefan. Yuki menatap Stefan sekilas.
"Ngga ada yang istimewa. Biasa aja. Gue cuma ngebayangin apa yang akan terjadi 20 tahun yang akan datang. Tiba-tiba gue ngeliat diri gue yang beda," cerita Yuki. Semuanya hanya tersenyum mendengar cerita Yuki. Kecuali Stefan.
"Lo cuma ngeliat masa depan? Ngga ada yang lainnya?" tanya Kimmy. Yuki mengangguk lalu memandang Arian.
"Memang ada yang lainnya?" tanya Yuki pada Arian.
"Seperti yang lo liat, Gio tiba-tiba muncul. Dia seorang Jumper. Gio bisa pergi kemana aja dalam hitungan detik. Yah, semacam teleportase gitu." ujar Kevin. Yuki menatap Gio takjub.
"Kapan-kapan gue ajak lo ke tempat yang menakjubkan," ujar Gio. Yuki tersenyum kecil.
"Kimmy, dia seorang Petunjuk. Kalau kalian tersesat, Kimmy yang berperan. Kevin, dia adalah Dreamer. Dapat melihat dan masuk ke mimpi orang lain. Sedangkan Stefan, ehm... Dia seorang Follow. Mengikuti hal apa yang kamu pikirkan. Dia bisa disebut sebagai penyelamat." jelas Arian panjang lebar.
Yuki semakin dibuat takjub sekaligus pusing dengan kenyataan yang ada didepannya sekarang. Yuki menatap mereka satu per satu. Semuanya semakin membuat ia pusing. Apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa harus terjadi? Pertanyaan itu sulit untuk ditemukan jawabannya oleh Yuki. Ia menarik napasnya pelan. Lalu beranjak dari duduknya.
"Saya sulit menerima semua ini. Ehm... Saya harus pergi sekarang karena saya ada kelas," ujar Yuki seraya pergi. Mereka hanya saling berpandangan satu sama lain. Stefan pun beranjak dari duduknya, mengambil ranselnya.
"Gue juga ada kelas," ujar Stefan seraya pergi.
"Apa dia akan kembali? Dia terlihat begitu syok dan kaget," ujar Kevin.
"Aku yakin dia akan kembali. Ini sudah takdirnya. Dia sudah terpilih." ujar Arian. Gio hanya mengangguk. Sedetik kemudian dia sudah menghilang.
"Apa dia harus melakukan itu. Pergi dengan tiba-tiba. Selalu membuat orang terkejut," gerutu Kimmy. Kevin hanya terkekeh. Arian tertawa kecil. Yuki berjalan menuju kelasnya.
"Apa yang ada dalam pikiran mereka. Mereka terlalu aneh. Sekumpulan orang-orang aneh. Dan gue barus termasuk di dalamnya. Stefan... Kenapa juga dia ada disana?" gerutu Yuki sepanjang jalan menuju kelasnya..
Yuki tiba dikelasnya. Nina menatap Yuki lekat. Mencari tahu, apa yang sedang terjadi pada sahabatnya itu.
"Ada apa, Ki?" tanya Nina pelan.
"Aneh. Menakjubkan." tukas Yuki.
"Hanya itu. Emangnya kelompok apaan sih," tanya Nina lagi. Yuki mengangkat bahunya pelan. Selama kelas berlangsung, Yuki tidak memperhatikan dengan baik. Pikirannya terganggu dengan apa yang baru ia alami.
"Apa yang harus gue lakuin?" guman Yuki. Nina menoleh kasihan ke arah Yuki. Dia bisa melihat ada beban yang tersirat di wajah Yuki.
"Lo baik-baik aja kan, Ki?" bisik Nina. Yuki menatap Nina lekat.
"Di kelompok itu, Stefan... Dia juga ada disana." ujar Yuki.
"Apa!!" pekik Nina.
continue...

KAMU SEDANG MEMBACA
Back in Time
FantasiaMasa lalu tetaplah masa lalu. Biarlah itu menjadi kenangan. Dan biarlah semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Karena apa yang telah kita dapatkan pastilah ada makna indah tertentu di dalamnya - Azura Stefkivers