Seseorang berdiri dibalik sebuah pohon. Melihat setiap kejadian yang terjadi. Ia tersenyum tipis namun matanya memandang sedih.
"Lo udah ngelakuin yang terbaik." ujar Kevin pelan sambil tersenyum kecil seraya menepuk bahu Gio pelan.
"Kita tahu gimana masa depan mereka," ujar Kimmy. Gio hanya tersenyum tipis.
Flashback...
Yuki menatap Gio lama. Ia tersenyum kecil."Gio, gue... Maaf, gue ngga bisa. Gue sayang sama dia. Selalu dia. Dan akan tetap dia." ujar Yuki. Gio tersenyum tipis. Kemudian terdengar tawa geli dari Gio. Yuki memandang Gio bingung. Kenapa Gio tertawa? Memangnya ada yang lucu? Yuki menatap Gio kesal.
"Hei, gue tahu lo pasti akan bilang kayak gini." ujar Gio sambil tersenyum.
"Maksud lo??" tanya Yuki bingung. Gio menatap Yuki lekat.
"Kita liat aja nanti. Cowok itu terlalu angkuh untuk mengakui perasaannya sama lo," ujar Gio. Yuki mengerutkan keningnya. Ia semakin tidak mengerti dengan ucapan Gio.
"Gio..."
"Ayo, kita balik." ujar Gio. Mereka pun menghilang.
Di cafe, setelah Stefan membawa Yuki pergi.
Gio, Kevin, dan Kimmy saling berpandangan dan kemudian tertawa geli."Akhirnya dia nyadar juga," ujar Kevin.
"Dia hampir mati ngecemasin Yuki." ujar Kimmy sambil tertawa geli.
"Ayo kita lihat gimana selanjutnya," ujar Gio seraya memegang tangan Kevin dan Kimmy.
Mereka pun menghilang. Mereka tiba di bawah pohon dekat lorong jalan yang sepi. Mereka melihat Yuki dan Stefan sedang berpelukan disana. Mereka melihat semua kejadian hingga keduanya pergi.
"Senyum bahagia itu udah cukup buat gue, Ki." lirih batin Gio. Ia tersenyum tipis namun matanya memandang sedih.
Flashback end...= * =
Indra tiba di rumah kediaman keluarga Rein. Cathy tampak terkejut dengan kehadiran Indra yang datang tanpa memberitahu dulu.
"Indra? Kamu..."
"Dimana Yuki?" potong Indra. Cathy tersenyum sinis.
"Anak itu kabur dengan seorang lelaki," ujar Cathy. Indra memandang Cathy tajam. Lalu ia duduk di sofa.
"Apa yang membuat kamu pulang ke Jakarta? Anak itu menceritakan hal yang buruk lagi tentang aku?" tanya Cathy. Indra tertawa pelan.
"Yuki tidak pernah menceritakan apa pun. Aku tahu semua, Kak. Kakak jangan pernah nyakitin Yuki. Karena aku ngga akan segan-segan mencebloskan kakak ke penjara." ujar Indra. Cathy menatap Indra tajam.
"Dasar adik ngga tahu diri. Kamu pikir, kamu bisa mendapatkan semuanya. Aku ngga akan ngebiarin itu terjadi." ujar Cathy kesal.
"Ini semua milik Yuki, kak. Kakak ngga berhak mengambil apa yang udah jadi milik orang lain," ujar Indra.
Cathy semakin menatap Indra tajam. Ia pun pergi dengan rasa kesal meninggalkan Indra. Indra hanya tertawa kecil. Indra mengambil ponselnya. Lalu menekan beberapa nomor dan menghubunginya.
"Halo, sweety...kamu dimana? Om mau kamu cepat pulang... Iya, Om sudah ada dirumah." ujar Indra seraya memutuskan komunikasinya. Di tempat lain, Yuki menatap Stefan lekat.
"Ada apa?" tanya Stefan seraya menoleh Yuki sekilas.
"Om Indra udah dateng. Gue disuruh pulang." ujar Yuki pelan. Stefan pun mengubah arah jalan mobilnya. Mereka menuju rumah Yuki. Yuki terlihat cemas. Stefan melihat jelas kecemasan itu.
"Ada masalah?" tanya Stefan. Yuki menggeleng pelan. Tak berapa lama kemudian, mobil Stefan sudah sampai di depan rumah Yuki.
"Lo tunggu disini aja." ujar Yuki pelan. Stefan menaikkan sebelahnya bingung.
"Kenapa?" tanya Stefan. Yuki menggaruk kepalanya pelan.
"Om Indra...ehm...sebenarnya dia orang baik, tapi kata-katanya sedikit...menyakitkan. Jadi, lo tunggu disini aja. Biar gue..."
"Hei, sampai kapan kalian akan didalam..." ujar seorang lelaki yang sudah berdiri didepan mobil Stefan. Yuki dan Stefan terkejut. Mereka pun segera keluar dari mobil.
"Om Indra..." panggil Yuki seraya berlari dan memeluk Om-nya itu.
"Hai, sweety..." ucap Om Indra seraya mencium puncak kepala Yuki. Sedetik kemudian matanya melirik ke arah Stefan. Stefan tersenyum kecil.
"Apa dia cowok berengsek yang udah bawa kabur?" tanya Om Indra dingin.
"Om... Stefan bukan cowok berengsek," pekik Yuki kesal. Indra berjalan ke arah Stefan. Ia menatap tajam ke arah Stefan. Menatapinya dari atas hingga bawah.
"Halo, Om. Saya Stefan. Saya..." Aww... Stefan meringis kesakitan karena Indra menjewer telinga Stefan. Yuki berlari mendekati Stefan.
"Om...berhenti..." pekik Yuki. Ia mengusap telinga Stefan yang memerah.
"Siapa kamu berani-beraninya membawa Yuki kabur, hah?" tanya Indra dengan suara keras.
"Saya pacar Yuki, Om." jawab Stefan tegas.
Yuki menepuk dahinya pelan. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya pada Stefan. Karena sebelumnya, setiap cowok yang mengaku menyukai dirinya akan dihajar sampai babak belur oleh Indra. Sekarang Stefan malah mengaku jadi pacarnya, entah apa yang akan terjadi pada Stefan. Yuki berdiri di depan Stefan. Ia berniat melindungi lelaki itu.
"Sweety, kamu ngapain berdiri disitu?" tanya Indra. Stefan menatap Yuki bingung.
"Om, aku mohon jangan..." ujar Yuki memelas.
Indra mendekati keduanya. Yuki memandangi Indra dengan ketakutan. Pletaaakk... Satu jitakan mendarat di dahi Stefan. Indra menarik tangan Yuki dan menjauhkannya dari Stefan. Lalu dengan cepat ia mengunci tangan Stefan ke belakang. Stefan berteriak kesakitan.
"Beraninya kamu pacarin Yuki," ujar Indra.
"Saya menyayangi Yuki, Om." ujar Stefan sambil menahan sakit ditangannya.
"Apa?!?" pekik Indra.
"Om, udah..." Yuki berusaha melerai keduanya. Dengan napas yang terengah-engah, Indra akhirnya melepaskan Stefan. Stefan meringis kesakitan.
"Lo ngga pa-pa?" tanya Yuki pelan. Stefan menggeleng pelan. Indra memandangi keduanya dengan lekat. Lalu ia tertawa geli. Yuki dan Stefan tercengang, kebingungan.
"Sejak kapan kamu memacari Yuki?" tanya Indra.
"Sejak hari ini, Om." jawab Stefan polos.
Yuki melotot ke arah Stefan. Kenapa dia begitu jujur. Indra semakin keras tertawa. Yuki menjadi geram dengan tingkah Om-nya, ia pun mencubit perut Indra berulang kali.
"Sweety...hentikan..." ujar Indra. Yuki menatap Indra kesal.
"Terima kasih, karena kamu sudah menjaga Yuki." ujar Indra pelan. Stefan hanya mengangguk kecil.
"Ayo kita masuk," ajak Indra pada Yuki. Langkah Yuki terhenti karena Stefan memegang tangan Yuki. Yuki memandang Stefan.
"Stefan..." lirih Yuki.
"Ada apa? Kamu tidak percaya sama saya?" tanya Indra.
"Bukannya saya tidak percaya sama Om. Tapi saya tidak percaya pada wanita yang ada di dalam rumah itu," ujar Stefan.
Indra menatap Stefan lekat, lalu memandang ke arah Yuki.
continue...

KAMU SEDANG MEMBACA
Back in Time
FantasíaMasa lalu tetaplah masa lalu. Biarlah itu menjadi kenangan. Dan biarlah semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Karena apa yang telah kita dapatkan pastilah ada makna indah tertentu di dalamnya - Azura Stefkivers