Yuki dan lainnya sudah kembali ke zaman sekarang. Mereka melihat Arian duduk sambil menikmati secangkir kopi hitam. Dia tersenyum ke arah Yuki.
"Kamu berhasil, Yuki."ujar Arian. Yuki mengangguk senang. Lalu ia melirik ke arah Stefan.
"Tangan lo ngga pa-pa kan?" tanya Yuki pelan. Stefan hanya diam. Lalu berjalan ke arah kulkas dan mengambil minuman soda di sana.
"Memangnya kenapa dengan tangan Stefan?"tanya Arian.
"Yuki menggenggam tangannya terlalu kuat,"jelas Kevin. Semuanya terkekeh geli. Kecuali Stefan, dia tetap dengan wajah dinginnya. Sedangkan Yuki, mati-matian menahan rasa malu campur bersalah.
"Sepertinya gue harus kembali ke kelas,"ujar Yuki pelan sambil menunduk dalam.
"Yuki, tunggu gue."ujar Kimmy seraya berjalan mendekati Yuki.
"Oh, iya..."Yuki menghentikan langkahnya lalu berbalik dan menghadap Arian.
"Kata Kevin, kami akan melakukan misi. Misi apa?"tanya Yuki kemudian.
"Besok kita akan membicarakannya lagi,oke?" Yuki menangguk lalu berlalu pergi.
"Persiapkan diri kalian,"ujar Arian. Semuanya mengangguk.
= * =
"Lakukan tugas itu besok. Lenyapkan dia."
"Baik,bos."
Cathy menutup teleponnya, lalu berjalan ke arah jendela. Dia melihat mobil Yuki masuk ke halaman rumah. Senyum tajam tersungging di bibir Cathy saat melihat Yuki keluar dari mobilnya. Tak lama kemudian, Yuki masuk. Ia menoleh sebentar ke arah Cathy, lalu berjalan menaiki anak tangga menuju tangganya.
Tiba di depan kamar, Yuki melihat pintu kamarnya terbuka sedikit. Ia pun melangkah pelan mendekati pintu, lalu membukanya. Ia melihat Natasha sedang berdiri didepan cermin. Natasha melihat Yuki sekilas, lalu kembali menatap dirinya di cermin. Yuki menatap Natasha lekat. Gaun selutut warna biru tosca melekat di tubuh Natasha.
"Ternyata ada maling masuk kamar gue," ujar Yuki seraya meletakkan tasnya di sofa. Natasha mendelik tajam.
"Maksud lo apa ngatain gue maling!"ketus Natasya. Yuki tersenyum kecil.
"Masuk ke kamar dan mengambil serta menggunakan kamar orang lain tanpa izin adalah tindakan seorang maling. Kalo lo ngga mau dibilang maling, jangan melakukan salah satu dari ketiga hal tersebut." ujar Yuki. Natasha menatap tajam Yuki.
"Lo cari masalah sama gue," ujar Natasha tajam seraya berjalan keluar.
Tanpa rasa malu dan bersalah karena menggunakan gaun Yuki tanpa izin. Yuki hanya tersenyum geli, karena ia berhasil membuat Natasha kesal. Yuki berjalan ke arah lemari pakaiannya. Saat akan mengambil salah satu baju, tiba-tiba ada yang menjambak rambut Yuki dari belakang.
"Aww...Lepasin!!" pekik Yuki menahan sakit di kepalanya.
"Kurang ajar kamu ngatain anak aku maling. Dasar anak tidak tahu diri, udah untung kami mau merawat kamu." ujar Cathy dengan keras. Yuki meringis kesakitan. Ia berusaha melepaskan genggaman Cathy dari rambutnya.
"Tante harus ingat, siapa di antara kita yang menumpang di sini," desis Yuki.
Cathy semakin mengencangkan tarikannya di rambut Yuki. Dia tidak suka mendengar kalimat itu. Walau kenyataannya memang begitu. Merekalah yang menumpang di rumah Yuki. Karena pemilik rumah mewah itu adalah almarhum orang tua Yuki.
"Apa yang ada di sini milik aku dan Natasha. Jadi kamu tidak berhak melarang anakku untuk tidak mengambil bahkan menggunakan barang milik kamu." kesal Cathy. Yuki masih menahan sakit. Sedetik kemudian Cathy melepaskan genggaman tangannya dari rambut Yuki. Lalu dia mendorong Yuki hingga jatuh ke lantai.
"Sebentar lagi semuanya akan jadi milikku. Ngerti kamu!" pekik Cathy lalu berjalam pergi.
Yuki berusaha duduk, ia bersandar di sisi ranjangnya. Ia mengatur napasnya yang terburu-buru. Ada setetes bening mengalir di sudut matanya. Dengan cepat Yuki menghapusnya. Ia tidak ingin menangis hanya karena wanita jahat itu.
= * =
Yuki berangkat pagi-pagi sekali ke kampus. Ia pun berjalan menuju Sekretariat. Disana masih sepi. Belum ada yang datang. Yuki memutuskan untuk duduk di sofa. Tak lama kemudian, terdengar seseorang membuka pintu. Arian dan Kevin berjalan masuk. Mereka hampir terkejut melihat Yuki sudah duduk disana.
"Sepertinya ada orang yang tidak sabar melakukan misi itu," ujar Arian seraya berjalan ke arah meja kerja.
"Tidak juga. Saya hanya merasa sedikit bosan. Karena pagi ini kelas pertama saya kosong. Dosennya tidak masuk." jelas Yuki.
Tak lama kemudian, Gio, Kimmy, dan Stefan masuk. Lagi-lagi jantung Yuki berdebar kuat.
"Kalo begini setiap hari, gue bisa mati muda karena jantungan." gumam Yuki.
"Hai, Yuki. Kenapa muka lo?" tanya Kimmy. Yuki mengerutkan keningnya. Memang ada apa dengan wajahnya. Yuki menggeleng pelan.
"Ngga kenapa-napa," jawab Yuki.
"Dia hanya merasa sedikit bosan," ujar Arian menjelaskan. Yuki melirik Arian lalu tersenyum. Sedetik kemudian senyum sumringah tercipta di bibir Gio.
"Lo mau gue hilangin rasa bosan itu,"ujar Gio sambil memainkan alisnya naik-turun. Yuki menaikkan sebelah alisnya.
"Gimana caranya?" tanya Yuki.
"Lo punya penyakit jantung atau fobia ketinggian mungkin," tanya Kimmy. Yuki menggeleng.
"Gue sehat. Tidak ada penyakit parah. Hanya sedikit alergi dengan aroma kenanga dan melati,"jelas Yuki.
"Bagus. Kalo gitu, ayo kita pergi." ujar Gio seraya menggenggam tangan Yuki.
"Eh, tunggu dulu. Kita mau kemana?" tanya Yuki.
"The Amazing Place." jawab Gio.
"Mungkin gue akan panggil ambulan untuk jaga-jaga," ujar Kevin. Yuki memandang Kevin, mencari maksud kalimat Kevin.
"Mungkin lo bisa ucapkan pesan terakhir," tambah Stefan. Yuki tercengang. Ia menatap Stefan lekat. Kalimat itu terdengar mengerikan ditelinga Yuki.
"Kalian terlalu berlebihan. Jangan membuat Yuki takut," ujar Gio.
Hilang...
contine...

KAMU SEDANG MEMBACA
Back in Time
FantasiMasa lalu tetaplah masa lalu. Biarlah itu menjadi kenangan. Dan biarlah semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Karena apa yang telah kita dapatkan pastilah ada makna indah tertentu di dalamnya - Azura Stefkivers