Yuki berdiri didepan rumahnya. Betapa ia ingin masuk, namun ia tidak bisa melupakan kejahatan yang dilakukan oleh tantenya sendiri. Ia pun memilih untuk pergi. Dan memutuskan pergi ke suatu tempat.
Yuki tiba dirumah Arian. Arian sedikit terkejut dengan kedatangan Yuki ke rumahnya.
"Aku ingin tahu lebih banyak lagi, Om." ujar Yuki. Arian tersenyum kecil.
Arian mengambil sebuah album dari dalam lacinya. Ia memberikannya pada Yuki. Yuki pun membukanya. Isi album tersebut adalah foto zaman SMA Arian.
"Kami dulu bersahabat. Sama seperti kalian. Kami awalnya terkejut mengetahui kalau kami memiliki kelebihan, dapat pergi ke masa depan. Suatu hari kami iseng mencoba pergi ke masa depan salah satu teman kami, Rein. Papa kamu." Yuki menatap Arian lekat. Penuh penasaran.
"Dan kami semua terkejut saat melihat dua buah nisan yang bertuliskan nama Rein dan istrinya. Awalnya ia terlihat syok. Tapi setelahnya ia berkata, Waktu yang telah lewat tidak bisa kembali... Kami mengambil keputusan tidak akan mengacaukan takdir itu. Tapi..." Arian menggantung kalimatnya.
"Tapi kenapa Om?" tanya Yuki cepat.
"Wanita itu... Cathy, dia membunuh kami satu per satu karena kami tahu rencana buruknya terhadap Rein. Hanya aku yang selamat. Aku pergi ke masa lalu sementara waktu. Kamu tahu Yuki, kebodohan terbesar dalam hidupku adalah membiarkan sahabat-sahabatku terbunuh. Aku tidak bisa melakukan apa-apa karena kami telah sepakat tidak akan mengubah apapun. Kami cukup mengetahuinya saja, tidak lebih." cerita Arian.
"Aku mengubah semuanya. Hingga Stefan..." Yuki tercekat. Arian menepuk bahu Yuki pelan.
"Dia baik-baik saja. Saat ini dia berada di suatu tempat. Percayalah, suatu hari nanti dia akan kembali. Sama seperti masa depan yang kalian lihat, semua itu pasti akan terjadi. Lupakan masa lalu, hilangkan dendam dihati. Semua akan berakhir dengan indah." ujar Arian panjang lebar. Yuki tersenyum dan mengangguk. Kini ia paham, ia telah melakukan kesalahan. Dan untuk membayar kesalahan itu, ia harus rela menunggu hingga hari itu tiba pada pada waktunya.
= * =
10 tahun kemudian...
Yuki berlari sambil menenteng highheels-nya. Ia mencomot roti tawar dan meneguk segelas susu. Ini adalah hari pertama ia masuk kerja di kantornya sendiri. Ia memilih menjadi karyawan biasa sebelum ia menjabat sebagai presiden direktur Rein's Corp. Yuki bergegas menuju parkiran apartementnya. Setelah ia menemukan mobil miliknya, dengan cepat ia masuk dan melesat pergi.
Di tempat lain, tepatnya di bandara. Seorang lelaki dengan postur tubuh proporsional memakai jas hitam ditubuhnya, membuat lelaki ini semakin tampan. Ia melangkahkan kakinya keluar bandara. Terlintas wajah seorang gadis di pikirannya. Ia tersenyum kecil mengingatnya."Aku kembali, Yuki." ujarnya lembut namun tegas.
"Stefan!" panggil seseorang yang tersenyum ke arahnya. Stefan tersenyum dan memeluk orang itu.
"Max..." ucapnya pelan. Keduanya pun segera meninggalkan bandara.
= * =
Stefan mendatangi sebuah restoran makanan khas Jepang. Ia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan pemiliknya. Ia masuk dan duduk di salah satu meja.
"Maaf, Anda mau pesan apa?" tanya si pelayan.
"Saya ingin bertemu dengan pemilik restoran ini." jawab Stefan. Si pelayan terlihat terkejut, namun kemudian ia mengangguk pelan. Tak lama kemudian seorang lelaki berjalan menuju meja Stefan.
"Maaf, ada yang bisa saya ban..." orang itu tercekat saat melihat lelaki dihadapannya.
"Stefan,"
"Apa kabar, Gio." ujar Stefan sambil tertawa pelan. Gio terperangah.
"Baik," ujar Gio pelan.
Ia tidak tahu harus berkata apa lagi. Ini seperti mimpi. 10 tahun sudah, ia bahkan hampir melupakan orang yang sekarang ada dihadapannya ini. Gio duduk didepan Stefan. Ia meminta Stefan menceritakan semuanya.
Setelah kecelakaan, ia dibawa ke Amerika. Ia mendapatkan pengobatan dan melanjutkan sekolahnya disana. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk kembali. Hanya itu. Berbeda sekali dengan spekulasi mereka selama ini.
"Ya Tuhan, siapa ini?" pekik seorang wanita dibelakang Gio. Stefan tersenyum ke arah wanita tersebut.
"Hah!" pekik seorang lelaki hingga barang-barang yang ada ditangannya berjatuhan. Stefan tertawa melihatnya.
"Hai, Kim, Vin..." ujar Stefan.
Kimmy memegang perutnya yang membuncit. Yah, saat ini ia tengah mengandung anak dari pernikahannya dengan Kevin. Kimmy langsung memeluk Stefan. Ia tidak menyangka akan melihat Stefan lagi. Sedangkan Kevin hanya menepuk pelan bahu sahabatnya itu.
"Sayang, perut kamu..." ucap Kevin lembut. Kimmy merengut. Stefan tertawa kecil melihat tingkah kedua sahabatnya itu.
Braaakk.... Tiba-tiba terdengar suara benturan keras dari luar. Yuki keluar dari mobilnya dan melihat bumper-nya menabrak mulus papan nama restoran Gio. Yuki mendesah kesal. Ini sudah kesekian kalinya ia menabrak setiap kali mobilnya tiba di restoran tersebut.
"Huhh...aku harus pesan lagi papan namanya," Gio mengeluh pelan. Stefan kelihatan bingung.
"Gio, udah aku bilang kan jangan pasang papan nama disa..."
Yuki tercekat melihat seseorang yang kini tengah duduk bersama Gio, Kimmy, dan Kevin. Tubuh Yuki tiba-tiba membeku. Kakinya kaku untuk melangkah. Stefan berdiri dan berjalan ke arah Yuki. Keduanya saling menatap dan tanpa berkedip. Jantung Yuki berdetak dengan cepat. Matanya serasa pedih. Ketika sampai didepan Yuki, perlahan Stefan merengkuh Yuki dalam pelukannya.
Sedetik kemudian tangisan Yuki memecah disana. Ia tidak tahu harus berkata apa pada orang yang selama 10 tahun selalu ia tunggu. Hampir saja keyakinannya akan Stefan kembali hilang, namun hatinya selalu berkata lelaki itu pasti kembali. Hanya tangisan yang berbicara saat ini.
= * =
"Mama...Papa...ada pencuri..." teriak Narin yang membuat seorang gadis terkejut. Stefan dan Yuki muncul disana bersama seorang anak laki-laki.
"Stefan," lirih gadis tersebut sebelum akhirnya ia menghilang. Stefan melirik ke arah Yuki.
"Itu kamu dari masa lalu," gumam Stefan. Yuki terkekeh geli. Memang benar gadis itu adalah dirinya saat usia 17 tahun. Saat pertama kali ia pergi ke masa depan.
"Narin, Nino... Ayo pergi, kita tidak boleh terlambat ke acara pernikahan paman Gio." ujar Yuki.
"Harusnya paman Gio menikah denganku," sungut Narin, anak pertama Yuki dan Stefan.
"Dia terlalu tua untukmu, kak." ujar Nino, anak kedua mereka. Stefan dan Yuki tertawa melihat pertengkaran kedua anaknya itu. Yuki dan Stefan, kini mereka telah menjadi sebuah keluarga bahagia.
"Masa lalumu menentukan masa depanmu. Jangan sia-siakan waktu yang berharga, karena waktu yang telah lewat tidak bisa kembali lagi..."
----- The End -----
Cerita yang kedua...
Bagaimana???
Please, comment yaaa...
Terima kasih
.Asih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back in Time
FantasyMasa lalu tetaplah masa lalu. Biarlah itu menjadi kenangan. Dan biarlah semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Karena apa yang telah kita dapatkan pastilah ada makna indah tertentu di dalamnya - Azura Stefkivers